Happy reading
Jangan lupa vote dan komen juseyoooo.
.
.
Bian menggeliat sembari menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya, ia masih merasa sedikit pusing dan haus, matanya menelisik pada ruangan yang menurutnya asing, ia mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya, Bian ingat terakhir kali sebelum ia berada di sini adalah di pintu rumah.
Bian menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan terkejut dengan setelan piyama yang ia kenakan, seingatnya ia tak pernah memiliki piyama tersebut, dan apa ini?? Di dahinya tertempel bye bye fever dan apalagi ini kenapa kepalanya terlihat seperti apel saat rambut depannya di ikat ke atas menggunakan karet, itu semua terlihat pada kaca besar yang berbeda di pojok ruangan.
"Ini bukan kamarku, bukan kamar bi ratih, bukan kamar paman Han, bukan kamar kakak kev ataupun kak Ken." Bian melotot saat menyadari sesuatu.
"Bagaimana bisa!? Aku di kamar ayah??." Bian menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat, sekali lagi ia melihat sekeliling dan benar saja ia berada di kamar ayahnya karena ada foto pernikahan ayahnya dengan mendiang istrinya.
Bian turun dari ranjang dengan satu tangan berpegangan pada pinggir ranjang dan satu lagi memegangi celananya yang akan melorot, dengan berjalan pelan Bian menuju pintu kamar dan membukanya.
Sepi, itu yang terlihat dari sekitar kamar, dengan masih memegangi celananya Bian berjalan pelan menuju dapur, rasa hausnya masih mendominasi hidup Bian, hey Bian benar-benar haus jadi jangan di katakan lebay nanti anaknya marah, ok skip.
Bian berhenti di ambang pintu ruang makan saat melihat ayah dan kedua saudaranya dan juga pamannya tengah makan malam bersama.
"Halo boy! Sudah bangun, sini." Rendi yang pertamakali menyadari adanya Bian langsung memanggilnya, dengan sedikit terkekeh melihat penampilan Bian.
Dan oh! Shit! Semua yang berada di ruang makan memalingkan wajahnya dari Bian karena demi apapun mereka tak mampu melihat Bian berlari kecil dengan memegangi celananya, bahkan Bian terlihat lebih lucu dari anak tetangga mereka yang masih TK.
Bian berdiri di samping Rendi yang kini tersenyum hangat padanya, senyuman yang Bian suka.
"Om Bian rindu, rindu sekali." Ujar Bian riang dengan senyumannya.
"Kenapa tidak peluk om?" Tanya Rendi.
Bian melihat kearah celananya dengan ekspresi yang sangat menggemaskan membuat yang lain kembali memalingkan wajahnya kecuali Rendi yang terkekeh sembari menepuk pelan puncak kepala Bian.
"Baiklah kalau begitu duduklah dan makan, kau harus meminum obatmu setelah ini." Ujar Rendi sembari menepuk kuris kosong di sampingnya.
"Eumm Bian makan di kamar saja dengan bibi Ratih." Sahut Bian lirih sembari menunduk.
"Bi Ratih tidak ada jadi cepat duduk dan makanlah." Bukan Rendi yang menyahut melainkan Kevin membuat Bian segera mendongakkan kepalanya untuk melihat dengan jelas jika memang Kevin tengah berbicara dengannya.
"Apa yang kau tunggu? Cepatlah duduk sebelum aku berubah pikiran dan mengusirmu dari sini." Lanjut Kevin yang langsung mendapat tatapan tajam dari pamannya.
Mendengar hal tersebut Bian segera duduk di kursi kosong yang tersedia, mengambil piring dan sedikit nasi serta sedikit lauk.
"Kenapa sedikit sekali?, kau harus makan yang banyak biar cepat sembuh." Tanya Rendi yang melihat Bian makan sangat sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalingga Biantara [END]
Teen Fiction"Kalingga butuh pelukan ayah." #1Junkyu [21-01-24] #1 Kaivan [01-02-24] #2 Junkyu [18-03-24] #2 treasure [21-03-24] #3 Junkyu [25-03-24] Start -> 10-01-24 End -> 23-04-24