Kalingga 10

422 40 14
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan komen juseyoooo
Sorry for typo

.

.

.


Tidak seperti hari biasanya pagi ini Bian terbangun penuh semangat karena ia akan sarapan bersama serta berangkat bersama-sama dengan kedua saudaranya, bahkan semalam Bian susah tertidur karena menantikan hari esok, hari yang selalu Bian nantikan di mana ia bisa berangkat bersama dengan kedua saudaranya.

"Selamat pagi semuaaa." Sapa Bian sembari tersenyum senang.

"Selamat pagi adekk." Sahut Mahendra dan kedua putranya yang lain dengan kompak.

Setelah sarapan bersama ketiga putra Mahendra berpamitan berangkat sekolah menggunakan mobil Kevin dengan Kevin sebagai pengemudinya karena Kenan maupun Bian belum ada yang bisa mengendarai mobil.

Bian duduk di kursi penumpang samping Kevin dan Kenan di belakang, Kevin meminta Bian duduk di depan karena ia tak ingin terlihat seperti supir mereka.

Sesampainya mereka di sekolah semua mata tertuju pada Bian yang keluar dari mobil Kevin, hal yang sangat langka dan bahkan baru pertama kali mereka lihat, banyak desas desus tak mengenakan membuat Bian menundukkan kepalanya, semua mata tertuju padanya dan itu membuatnya gugup setengah mati, Bian tidak suka menjadi pusat perhatian.

Kevin dan Kenan mendekati Bian, mengusap bahunya untuk menenangkan Bian, mereka paham jika Bian tengah merasa gelisah.

"APA YANG KALIAN LIHAT! BUBAR SEMUA!" Bentak Kevin membuat para siswa yang memperhatikan mereka segera meninggalkan tempat karena mereka takut jika Kevin akan mengamuk, di sekolah mereka Kevin adalah salah satu berandalan sekolah yang di takuti banyak siswa namun juga tak sedikit dari mereka yang mengidolakan Kevin.

Kevin dan kenan telah mengantarkan Bian ke kelasnya tak lupa menitipkan Bian pada Kaivan hingga jam pelajaran ke-tiga Bian meminta izin ke kamar mandi, awalnya Kaivan ingin menemani Bian namun Bian menolaknya agar Kaivan melanjutkan menyalin PR-nya, Kaivan lupa mengerjakannya dan Bian dengan senang hati menawarkan PR-nya pada Kaivan.

Bian merapikan seragamnya dan bergegas keluar kamar mandi, namun begitu ia membuka pintu telah ada tiga siswa yang tengah menunggunya di depan pintu, tiga siswa yang selalu Bian hindari karena mereka telah melakukan perundungan pada Bian.

Devano, Gabriel dan Arthur selalu mencari kesempatan untuk merundung Bian tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Kaivan.

"Apalagi yang kalian inginkan dariku?" Tanya Bian.

Tanpa menjawab Devano menyeret Bian menuju gudang belakang sekolah.

BRAKK

Devano melempar Bian pada tumpukan kursi di gudang hingga beberapa dari kursi ada yang jatuh, beruntung tak ada satupun kursi yang mengenai Bian.

"Gue lihat-lihat lo udah baikan ya sama sodara-sodara lo yang sok jagoan itu, tapi jangan harap gue bakal lepasin lo gitu aja." Ujar Devano sembari menarik kerah seragam Bian.

"Kalau sampai lo ngadu ke sodara-sodara lo itu, buka cuma lo yang bakal terima akibatnya!"

Bian dengan sekuat tenaga mencoba melepas cengkraman tangan Devano karena demi apapun sekarang Bian mulai susah bernafas karena cengkraman Devano, selalu saja seperti ini Bian tak tahu apa alasan Devano selalu mengganggunya, sejak awal sekolah Bian telah mendapatkan perundungan dari Devano dan teman-temannya dan setiap Bian bertanya alasannya bukan menjawab namun Devano akan menghajarnya habis-habisan.

"Tt-tolong l-lepashh." Ujar Bian terbata karena Devano semakin mencekiknya.

Dengan kasar Devano melepas cengkramannya hingga punggung Bian kembali membentur tumpukan kursi dan membuat kursi-kursi itu kembali berjatuhan namun sayangnya salah satu kursi menimpa Bian dan membuat luka pada pelipisnya.

Belum sempat Biam bernafas lega Gabriel dan Arthur memukulinya dengan kejam, tak ada belas kasihan sedikitpun meski kini Bian tak berdaya, dengan sisa tenaganya Bian melindungi bagian wajahnya agar tak terkena pukulan, karena ia tak ingin Kevin, Kenan maupun Kaivan mengetahui lukanya, untuk bagian pelipisnya ia bisa menutupinya dengan rambut depannya yang memanjang.

Bel pergantian jam pelajaran yang menyelamatkan Bian, dengan adanya bel pergantian jam Devano dan kedua temannya berhenti menghajar Bian dan meninggalkan Bian yang tergeletak tak berdaya di lantai dingin gudang sekolah.

Bian mengatur nafasnya yang terasa sesak, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, setelah merasa lebih baik Bian kembali ke kamar mandi untuk membersihkan darah yang mengalir di pelipisnya, ia ingin segera kembali ke kelas agar Kaivan tak khawatir.

Bian menahan perih di pelipisnya saat terkena air, rasanya Bian ingin menangis dan meminta Tuhan agar menjemputnya, ia lelah dengan semua yang terjadi padanya, baru saja ia merasakan bahagia berbaikan dengan keluarganya namun hal lain kembali membuatnya menderita.

Bian termenung di salah satu bilik kamar mandi sembari menikmati rasa sakit di sekujur tubuhnya hingga bel istirahat berbunyi Bian baru bergegas meninggalkan kamar mandi.

***
Kevin dan Kenan berniat menghampiri Bian di kelasnya untuk makan siang bersama, namun saat tiba di kelas hanya ada Kaivan yang membereskan buku-bukunya dan juga buku di meja sebelahnya yang mereka duga milik Bian.

"Bian kemana Kai?" Tanya Kevin tiba-tiba membuat Kaivan terjengit kaget.

"Elah bang ngagetin aja sih." Sahut Kaivan sembari mengusap dadanya.

"Hahaha sorry, lagian serius amat sih lo."

"Oh iya bang tadi Bian izin ke toilet dari jam pembelajaran ke tiga sampe sekarang ngga balik-balik gue jadi khawatir, kita cari aja gimana?" Ujar Kaivan dengan raut wajah khawatir.

"Kenapa ngga di temenin tadi?" Tanya Kenan.

"Eh itu dia!" Tunjuk Kaivan pada Bian yang berjalan pelan menuju mereka dengan senyuman khasnya.

"Eh nyet lo darimana aja sih njir?? Ga di culik kunti bogel kan lo." Tanya Kaivan saat Bian telah berada di dekat mereka.

"Sorry Kai tadi gue mules banget." Sahut Bian cengengesan.

"Sekarang masih mules ngga dek? Apa mau pulang aja?" Tawar Kevin sembari memperhatikan raut wajah pucat adik bungsunya.

"Udah sembuh kog kak tenang aja, ayo ke kantin aja adek lapar." Sahut Bian sembari melangkah lebih dahulu menuju kantin.

Sesampainya di kantin Bian dan Kevin mencari tempat duduk sedangkan Kenan dan Kaivan memesan makanan, setelah mendapat tempat duduk serta makanan mereka makan dengan khidmat.

Bian makan dengan perasaan bahagia, biasanya ia hanya makan di taman belakang dengan Kaivan tapi sekarang ia bisa makan di kantin dengan kedua saudaranya dan juga Kaivan.

Bian telah selesai dengan makanannya dan sekarang ia mengambil tisu karena merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya, Bian kira itu ingus tapi saat mengusapnya ternyata itu darah, ia mimisan.

"Dek! Kamu mimisan!" Teriak Kenan membuat kevin dan Kaivan menoleh pada Bian.

Dengan heboh Kevin serta Kaivan membawa Bian ke UKS, lebih parahnya mereka memilih bolos sekolah untuk mengantar Bian pulang, padahal Bian telah menolaknya dan mengatakan jika ia baik-baik saja, namun Bian bisa apa jika dulu hanya melawan Kaivan kini bertambah dengan Kevin dan Kenan mau tak mau Bian menuruti nya untuk di antar pulang.

***

Annyeong yeorobunnnnn, gimana kabar???
Semoga baik dan selalu baik.

Terimakasih buat vote dan komennya 🩷🩷
See u next chapter...

Aul update malem lagi xixixi, masih ada yang belum tidur??

감사합니다

Kalingga Biantara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang