Bab 18 || Cerita

136 72 2
                                    

Happy Reading 📖

Vote

Komen

Vote

"Dengarlah suara tangisku."

🥀🥀🥀

****

SRETTT...

Pecahan botol kaca itu menggores pipi sampai tulang hidung.

Alexa tidak hanya melakukan dengan ekspresi datar, tetapi juga tanpa ada setitik belas kasih, dalam bola matanya hanya menyiratkan kemarahan. Sesungguhnya dia sangat ingin membunuh laki-laki itu yang sudah berani menyentuh sesuatu yang berada dalam radarnya, tetapi bagaimanapun itu bukan tugasnya.

Setelah itu, Alexa membanting botol kaca yang sudah berlumuran darah ke lantai, sehingga pecah berkeping-keping.

Saat dia mengangkat kepala, semua tatapan mengarah kepadanya dengan berbagai ekspresi. Alexa menghiraukan itu, dia lebih memilih berjalan ke arah Daniel yang hanya diam di tempat. "Bawa ke rumah sakit sebelum mati." Selepas itu, Alexa pergi meninggalkan markas Tata Surya bersama motor hitamnya.

Di tengah mengendari motor, pikirannya tertarik pada kejadian setengah jam yang lalu, bagaimana cacian dan makian dia dapatkan. Luka-luka pada tubuhnya tidak begitu bisa dirasakan, karena sakit pada hatinys lebih dalam, lalu dia mengingat kembali apa yang dilakukannya beberapa menit lalu menggunakan tangannya sendiri.

Cengkraman pada stang motor semakin menguat, menandakan bahwa emosi Alexa naik. "Bangsat! Gue sama aja kayak dia."

Saat di belokan hendak mengurangi kecepatan motornya, Alexa mengeryit. Lagi, dia mencoba tarik tuas rem, ternyata dugaannya, benar.  Motornya mengalami rem blong.

"Ck, sialan!" Dia memilih untuk menabrakkan diri ke pembatas jalan dari pada membahayakan orang lain.

BRAK...!

Setelah menghantam pembatas jalan, motor yang dia kendarai terguling ke arah kiri, body motor menyentuh aspal dengan posisi kaki Alexa tertindih.

Dia beberapa kali berusaha untuk menarik kakinya, tapi nihil, tidak bisa. Tubuhnya tidak memiliki tenaga yang cukup. Alexa sudah bersyukur karena masih diberikan nafas, padahal dia berharap untuk menyudahi rasa sakitnya. Ternyata, Tuhan tidak mengizinkannya. Mungkin, ada beberapa hal yang harus dia lakukan sebelum waktunya.

Saat Alexa memejamkan mata, tidak lagi berusaha untuk menarik kakinya, tiba-tiba motornya terangkat. Dia merasa itu hanya khayalan semata. Jadilah, Alexa tetap memejamkan matanya.

"Ale?"

Suara itu  ...

Membuat Alexa mendongakkan kepala guna melihat seseorang yang sepertinya memanggil namanya.

DEG...!

Bola mata birunya bertubrukan dengan bola mata hijau orang itu.

Alexa merasakan dejavu untuk sesaat, karena orang yang menolongnya sekarang merupakan orang yang menolongnya saat itu, yaitu, Leon.

Leon mengecek kondisi perempuan itu. "Lo ngga papa?"

Alexa mencoba bangkit dari tempat terjatuhnya, tetapi kakinya mati rasa, Leon yang melihat itu segera instingnya memerintah untuk memapah.

"Gu–"

"Gue bisa sendiri?" Leon memotong ucapannya dengan kalimat yang akan dia lontarkan. "Ga usah batu."

Akhirnya Alexa hanya mampu mengikuti ke mana langkah Leon memapahnya dengan diam. Ternyata Leon membawanya ke tepi jalan.

"Duduk sini dulu." Laki-laki itu berlari entah pergj ke mana.

ALEXA [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang