Bab 19 || Semu

144 71 1
                                    

Happy Reading 📖

Vote

Komen

Follow

"Dengarlah matahariku."

🥀🥀🥀


****

Alexa menghembuskan napas beratnya untuk mengurangi rasa asing pada rongga dadanya. Niatnya berganti, yang tadinya ingin ke kelas, kini dia melangkah melewati kelas sampai di tangga ujung lantai, di mana itu merupakan tangga menuju rooftop.

Ting...

Sebuah suara notifikasi aplikasi berwarna biru menghentikan langkahnya. Dari mana dia tahu sebelum mengecek ponselnya? Karena Alexa memberikan notifikasi berbeda untuk setiap aplikasi.

Entah mengapa filing-nya berkata untuk membukanya, padahal dia tidak pernah membuka aplikasi itu karena banyaknya tagline pada akunnya dan banyaknya gosip yang tidak bermutu baginya. Namun, untuk kali ini dia ingin membukanya, sebab filing-nya begitu kuat mendorongnya.

Satu ... Dua ... Tiga ...

Deg...

Alexa memejamkan mata dengan tangan yang mencengkram gawainya kuat, menyalurkan perasaannya. "Ternyata lo sama aja."

Baru tadi pagi, baru beberapa menit yang lalu suasana hatinya baik, dan sekarang Alexa merasa itu semua tidak ada gunanya.

Dia membuka room chat grup pada aplikasi hijau. Mengirimkan satu kata.

Monicca : rooftop

Setelah itu dia membuka pintu rooftop, terpaan angin menerbangkan rambut pirangnya, Alexa berjalan ke arah tumpukan meja dan kursi, menaiki satu kursi untuk naik ke atas meja teratas.

Cuaca berubah dalam hitungan menit, yang tadinya mendung kini menjadi cerah berawan. Sinar matahari masih begitu hangat, tetapi mengapa diaa merasa kedinginan. Setelah beberapa detik menatap gumpalan putih di langit, Alexa menutup kedua bola mata, lalu menindih menggunakan lengannya. Sedari tadi ponselnya tiada henti-hentinya berdering, tapi Alexa tidak berniat untuk mengeceknya.

Ingatannya menerawang pada percakapan semalam bersama laki-laki itu di tepi jalan daffodil.

"Kenapa lo beda?"

Leon mengelus luka yang berada di pipinya menggunakan ibu jari, gerakannya pelan, tapi teratur. "Karena semua orang emang beda, Ale."

Alexa menggeleng, bukan itu maksud pertannyaannya. "Banyak orang yang menawarkan bahu, sedangkan lo hanya menawarkan tisu."

Leon menutup kotak P3K-nya, dia memutar kepala, kembali menatap gadis cantik bermata biru itu. "Karena gue ngga mau kasih harapan sesaat."

"Perjelas," tuntut Alexa tanpa mengalihkan pandangan.

Leon menggenggam sebelah tangannya. "Gue maunya kasih harapan pasti."

"Al?"

Suara itu membuat Alexa tersadar dari lamunannya. Dia melirik Cindy, Debbie, dan Michelle yang sudah duduk di meja samping tempat dia berbaring.

"Lo baik-baik aja, Al?" tanya Debbie setelah menelan strawberry-nya.

Tanpa menatap ketiganya, Alexa berujar menusuk, "Ada yang mau kalian jelasin ke gue?"

Glek...

Baik Cindy, Debbie, dan Michelle menelan ludahnya masing-masing karena gugup mendengar nada ucapan Alexa.

ALEXA [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang