you and him are brothers

162 23 0
                                    

Sejak hari pertama Jeno mengajakku ketempat yang indah ini, aku jadi terbiasa berkunjung kesini-walaupun Hanya sendiri.

Semenjak aku menceritakan perihal Jeno beberapa hari yang lalu, ibu tidak memberikan sepatah katapun, tapi aku tau, mungkin sulit bagi ibu menerima kekurangan Jeno. Hari itu terjadi begitu saja, ibu bahkan tidak pernah bertanya ataupun membahas mengenai Jeno, hari itu seperti hari pertama dan terakhir aku bercerita soal jeno, ibu melupakannya begitu saja.

Aku memandang keindahan yang ada di depanku sambil mendengarkan lagu kesukaanku. Bahkan aku tidak bosan, walaupun memutarnya berulang kali. sampai beberapa saat aku tersentak saat seseorang berdiri di depanku. Dia Jeno- Lee Jeno. Aku berdiri menatap Jeno yang juga sedang menatapku. Aku melihat headphones yang aku beli untuknya beberapa hari lalu melingkar indah di lehernya. Aku tersenyum padanya, begitu juga dengannya.

"kamu indah saat tersenyum, jeno"

"benarkah?"

Dengan cepat aku mengangguk.

"aku suka melihatmu saat tersenyum, jadi seringlah tersenyum untukku"

"ini permintaan?"

"tidak, ini perintah"

"kamu mendengarkan musik?" ucap Jeno mengalihkan pembicaraan.

"iya, ini lagu kesukaanku, apa kamu mau merasakannya?"

"maksudnya?"

"walaupun kamu tidak bisa mendengarkan lagunya, tapi kamu bisa merasakannya"

"kemu bercanda?"

"tidak, di setiap lagu ada lirik yang walaupun tidak bisa kamu dengar, tapi bisa kamu baca, disetiap nada dan melodi yang tidak bisa kamu dengar, kamu bisa merasakannya."

Aku meletakkan henset di telinga Jeno, dan satunya lagi di telingaku. Dengan keberanian aku memegang pergelangan tangan Jeno dengan membentangkan telapak tangannya. Dengan pelan aku mengetuk telapak tangannya sesuai nada dan melodi lagu yang sedang kami dengarkan.

"apa kamu bisa merasakannya?"

Jeno memejamkan matanya, merasakan setiap ketukan jariku di tangannya-seakan dia menikmatinya. Tidak lama dia mengangguk, menjawab kalau dia bisa merasakannya.

"aku yakin, lagunya indah"

"benar, aku sangat menyukai arti liriknya"

"boleh aku melihatnya?"

Dengan semangat aku memberikan hp-ku padanya, di layar itu sangat jelas lirik lagu yang hampir setiap hari aku putar.

"lagunya bagus, tapi walaupun aku sudah membacanya, aku tidak tau iramanya seperti apa, atau tinggi rendah nadanya, karena aku tidak bisa mendengar"

"tapi kamu bisa merasakannya"

"tadi, sekarang rasanya berbeda"

"jeno kamu bisa! Aku yakin"

"berhenti, aku tidak bisa, jadi percuma karena sampai kapanpun aku tidak mungkin bisa"

Aku menarik tangannya pelan, membawanya lebih dalam lagi memasuki ladang bunga tulip itu, sampai akhirnya aku menghentikan langkahku begitu juga dengan jeno. Dengan yakin aku berbalik lalu menatapnya.

"tolong dengarkan aku sekali ini"

Jeno hanya diam membalas tatapanku.

"tolong ingat nada yang sempat kamu rasakan tadi"

Cacat (Lee Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang