"apa ada seseorang disana?"
Tok
Tok
Tok
Aneh sekali, padahal aku begitu yakin, kalo suara tangisan tadi berasal dari gudang ini, aku juga sudah mentok pintunya beberapa kali, tapi, tetap saja. Tidak ada yang menjawab dari dalam sana.
"Sea!"
Aku sedikit terkejut, saat Mark tiba-tiba memanggilku.
"apa yang sedang kamu lakukan disini?"
"begini, saat aku hendak ke toilet, aku mendengar seseorang menangis, tapi aku begitu yakin suaranya berasal dari gudang ini"
"a-apa? Suara tangisan? Yang benar saja, aku rasa kamu salah dengar."
"tidak, Mark. Aku sangat yakin kalo aku mendengarnya dengan jelas.
"tidak mungkin Sea, lagipula dirumah hanya ada aku, ayah dan bunda."
Aku menarik nafas dalam, benar juga, mungkin aku salah dengar.
"kamu sendiri, apa yang kamu lakukan disini?"
"ah, begini. Kamu lama sekali, jadi bunda takut kamu kenapa-napa, karena itu aku menyusul-mu kesini"
Brak
Aku terkejut saat mendengar suara benda jatuh dari dalam gudang, seketika pandanganku beralih menatap Mark yang sepertinya ikut terkejut. Aku melihat dengan jelas Mark bersikap aneh.
"sepertinya sudah larut malam, kamu tidak pulang? Aku takut bunda kamu khawatir- atau aku anterin aja gimana?"
Tidak biasanya Mark mengusirku seperti ini, biasanya dia akan menghubungi ibuku jika aku berada dirumahnya, benar-benar aneh. Sebenarnya apa yang sedang dia sembunyikan dariku?.
Aku tidak ambil pusing, lagipula aku tidak peduli, selagi itu tidak ada urusannya denganku.
Mark benar-benar mengantarku untuk pulang, sekarang aku tengah berbaring di ranjangku. Seperti yang aku katakan sebelumnya, saat menyendiri seperti ini, aku selalu membayangkan seseorang. Dulu aku selalu membayangkan kakakku, sekarang pikiranku malah tidak lepas dari Jeno.
"sekarang Jeno lagi apa, ya? Dia udah makan apa belum?" Gumanku.
Aku begitu khawatir padanya, dia menghilang tanpa kabar, aku takut Jeno Kenapa-napa. Sebenarnya aku tidak pernah menghawatirkan seseorang seperti ini, kecuali dia keluargaku sendiri.
Mungkin aku begitu lelah setelah beraktivitas seharian, tanpa sadar aku tertidur pulas. Paginya aku bersiap untuk pergi sekolah, seperti biasanya aku disambut hangat oleh keluargaku. Tapi aku pergi begitu saja tanpa menghiraukan mereka, bukan aku membenci keluargaku, hanya saja, aku merasa sedikit kesal. Mereka menyembunyikan semuanya padaku, mereka tidak pernah memberi tahuku tentang penyakit kakak ku. Aku merasa bersalah.
Saat ini aku berada di halte dekat sekolah, aku menatap tidak percaya, sekali-kali aku mencoba memperjelas pandanganku, tapi aku benar-benar tidak salah liat, itu Jeno-dia Lee Jeno selama ini aku rindukan.
"Jeno!" teriakku. Ah yang benar saja, aku lupa Jeno tidak bisa mendengar-ku.
Aku berlari menghampiri jeno, tidak hanya itu, aku juga melambaikan tanganku padanya. Tapi kali ini beda, Jeno mengabaikanku, padahal aku yakin dia juga melihatku.
Ada apa dengan Jeno? Kenapa dia berbeda, dia selalu mengabaikan-ku. Aku tidak menyerah, aku terus mengikuti Jeno dari belakang, tapi masih sama, dia mengabaikanku. Aku tidak tau apa yang salah denganku, apa ini balasan karena aku telah mengabaikan orang tuaku?, kalo benar seperti itu, aku akan minta maaf pada orang tuaku setelah pulang sekolah nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cacat (Lee Jeno)
Algemene fictieLee Jeno, laki-laki yang begitu sempurna dengan kekurangannya, laki-laki tuli dan juga bisu yang memiliki hati selembut salju. Bahkan dengan kekurangannya, ia tidak pernah mengeluh meskipun keluarganya malu dengan kekurangannya, namun ia begitu teg...