we will find it

94 9 1
                                    


Warning!
Cerita ini hanya fiksi dan murni dari pikiranku sendiri. Harap bijak dalam membaca.

Happy reading

.
.
.

Sejak Jun pergi untuk mencari Jeno, aku masih betah di tempatku—diluar ruangan operasi menunggu Mark yang sedang berjuang didalam sana. Setiap saat aku selalu merasa gelisah lantaran Jun masih belum muncul, beberapa kali aku melihat jam dari Balik layar handphoneku.

“Mark sudah empat jam berada didalam sana, kenapa doktornya masih belum keluar?” gumanku lalu kembali menatap pintu ruangan operasi sebelum kembali berbicara. “mark bertahanlah, aku mohon,”

“kamu tidak perlu khawatir, aku yakin, Mark baik-baik saja” tiba-tiba seseorang berbicara seolah mendengar apa yang aku katakan tadi.

“dokter?” tanyaku. Ia tersenyum padaku, tanpa basa-basi dokter itu duduk disampingku. Aku bisa merasakan aura positif dari dokter yang ada disampingku ini ditambah dia selalu tersenyum ramah padaku.

“kamu tau, bukan? menjadi dokter bedah tidak mudah? tapi percayalah semua dokter yang berada didalam sana tengah berjuang sekarang. Mereka masih butuh paling lama dua jam lagi berada didalam sana, jadi bersabarlah.” ucapnya panjang lebar.

“terima kasih, aku hanya takut terjadi sesuatu pada orang-orang di sekitarku.” ucapku tiba-tiba.

“tidak akan, percayalah. Ini bukan kali pertama Mark berada didalam ruangan ini,”

“apa dokter mengenal Mark?” tanyaku.

“tentu saja, saya ayahnya Lee haechan.” jawabnya.

aku menatap tak percaya sambil memperhatikan dokter yang ada disampingku dari bawah hingga atas. “kalian tidak mirip” ucapku tiba-tiba. dokter yang berada disampingku tertawa pelan. Namun setelah beberapa detik keadaan kembali canggung, tidak ada lagi yang memulai pembicaraan. sampai akhirnya pintu ruangan operasi terbuka, dengan cepat aku berdiri menunggu reaksi mereka yang berdiri didepan pintu. Namun dokter yang baru saja keluar berjalan menghampiri dokter Lee yang juga ikut berdiri di sampingku. Dokter itu mengangguk pelan, mataku beralih menatap dokter Lee yang tengah tersenyum lalu mengacukan jempolnya padaku. Aku tersenyum lega mendapat jawaban dari dokter Lee, setelah beberapa menit aku melihat beberapa perawat membawa Mark yang belum sadarkan diri keruangan VIP, aku juga tidak tau kenapa mereka membawanya kesana, tapi meskipun begitu aku tetap mengikuti Mark sambil memperhatikan wajahnya yang begitu tenang, rasanya aku ingin kembali menangis saat melihat keadaan Mark sekarang, namun aku tau, Mark tidak akan suka melihatku menangis seperti ini.

Setelah memasuki ruangan itu, aku sedikit menahan salah satu perawat yang ingin meninggalkan kami berdua sebelum berkata “suster, kapan dia akan bangun?”

“mungkin sekitar dua atau tiga hari ke depan, kita berdoa saja yang terbaik untuk Mark” ucap dokter Lee. Aku bahkan tidak sadar kalau dokter Lee sudah berada di belakangku.

aku hanya mengangguk paham, namun sesuatu mengganjal terlintas di benakku. Seperti; kenapa Mark langsung bisa di operasi? Bukankah seharusnya pihak rumah sakit butuh persetujuan dari pihak keluarga sebelum melakukan operasi? dan juga, apa pihak rumah sakit belum memberi kabar kepada keluarga Mark? Lagipula aku tidak melihat keberadaan bunda dan paman Lee di sini.

namun dokter Lee tiba-tiba berbicara. seakan paham dengan apa yang aku pikirkan.

“Mark bisa langsung dioperasi itu karena saya. keadaan Mark cukup serius, saya tidak bisa membiarkan terjadi sesuatu pada pasien saya, apalagi itu Mark yang sudah saya anggap seperti anak saya sendiri, saat mengetahui bahwa pasien saya itu adalah Mark, saya sudah mencoba untuk menelfon ayahnya, tapi sampai sekarang saya tidak bisa menghubunginya.”

Cacat (Lee Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang