Bagian IV : Who Are You?

38 11 5
                                    

Zoe termenung mengamati lapangan basket yang ada tidak jauh dari sekolah. Ketika malam perlahan menghampiri, Zoe tidak memedulikannya. Ia pun sudah mengirimkan pesan kepada sang nenek jika akan pulang terlambat. Hal itu karena Zoe memikirkan soal mencari rekan tim dalam waktu tiga hari. Hanya saja, Zoe tidak tahu harus memulai pencarian dari mana? Hei, dia adalah tahun pertama dan sekitarnya tampak begitu asing.

"Tidak, perjanjian itu tidak boleh batal. Bagaimana pun caranya, aku harus mencari rekan tim," kata Zoe dengan mantap. Ia perlahan melepas ransel, menaruh di atas lapangan bersamaan dengan jas sekolah.

Tatapan Zoe berfokus pada bola basket yang ada di bawah ring basket. Dengan kaki mungilnya, ia menarik langkah untuk mendekat—meraih bola berwarna orange tersebut. Kedua tangannya menggenggam amat erat, melampiaskan rasa frustrasi yang menguasai diri.

Aku ingin menjadi atlet basket profesional.

Itu adalah mimpi Zoe yang ia beritahukan pada kedua orangtuanya ketika bola pertama yang ia shooting masuk ke dalam ring. Masa itu, tampak begitu mengagumkan. Zoe lantas menghembuskan napas kasar beriringan dengan dirinya memantulkan bola ke lantai lapangan—tidak peduli jika ia sendiri di malam yang perlahan larut.

Zoe begitu lihai melakukan dribble. Kali ini, di area center circle, Zoe memindahkan bola dari satu tangan ke tangan lainnya di antara kedua kaki. Gerakan ini dikenal dengan nama between the legs yang Zoe lakukan di tempat. Pikirannya berkelana, berharap bisa menemukan jalan keluar dari masalah yang ia hadapi. Biasanya, Zoe melampiaskan rasa frustrasi dengan bermain bola basket. Walaupun begitu, Zoe memiliki keunikan yang bisa tetap memfokuskan diri ketika melakukan shooting.

Beberapa menit ia melakukan satu gerakan yang sama, Zoe lantas mengubah haluan dengan satu kali dribble. Sontak, ia mengambil posisi kuda-kuda yang rendah sembari mengangkat kedua tangan yang memegang bola—bersiap untuk melakukan shooting. Zoe menyelaraskan pergerakan shooting-nya, selalu yakin pada dirinya jika bola yang ia shooting saat ini bisa masuk dari tempatnya berdiri.

Dalam sekejap, terdengar suara yang bersumber dari bola yang mengenai titik kotak dan terjatuh ke dalam ring. Zoe mencetak poin lagi. Kembali, Zoe mengambil bola tersebut. Ia melakukan dribble dan menggiringnya ke arah ring dengan lay-up. Poin sekali lagi diciptakan oeh Zoe dan terjadi berulang kali hingga sementara waktu waktu berhenti ketika Zoe berhasil mencetak tiga angka—hal yang sudah biasa lakukan. Nyatanya, bola tersebut memantul begitu lama saat jatuh dari ring dan menggelinding. Zoe hendak mengejar, tetapi tertahan ketika bola tersebut dihentikan menggunakan kaki oleh seorang lelaki asing dengan postur tubuh yang begitu tinggi.

"Wow, tinggi sekali dia," kata Zoe spontan dengan nada bergumam. Sedikit kagum karena lelaki itu tepat berada di atas bulan yang bersinar. Seolah-olah, lelaki itu berasal dari sana karena memiliki aura yang begitu bersinar—menyilaukan mata. Sontak saja, Zoe menggelengkan kepala. Kenapa pula ia berpikir sejauh itu? Ya, sepertinya Zoe harus menghentikan kegiatan yang begitu mengasikkan ia lakukan saat ini agar ia tetap waras dan tidak berpikir aneh-aneh.

Namun, Zoe tidak mengatakan apapun. Ia hanya mengamati lelaki tampan yang mengenakan hoodie menutupi kepalanya dengan tudung hoodie tersebut. Nyatanya, lelaki itu meraih bola yang ada di kakinya. Tampak mengamati dengan lekat hingga menggenggamnya cukup erat lalu fokus pada ring basket. Tahu-tahu, lelaki asing itu langsung mengambil posisi kuda-kuda dan melakukan shooting di posisinya—tanpa melakukan dribble ataupun menggiringnya ke area ring. Puncaknya, bola itu masuk dengan sempurna. Itu sudah pasti karena tekanan dan arah bola yang tampak sempurna.

Alhasil, Zoe yang semula mengamati bola yang berhasil masuk kini beralih pada lelaki tersebut yang ternyata mendekat padanya. Berjalan dengan ransel yang bertengger di bahu kiri. Lelaki asing itu tersenyum tipis, seolah-olah mengenali dirinya dan hal itulah yang membuat Zoe tidak mengerti. Matanya mengerjap.

Hello, Captain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang