Pertandingan terus berlanjut di Land Center. Satu persatu klub basket putri dari sekolah yang ada di Eiland dikalahkan oleh klub basket yang lainnya untuk memperebutkan piala Women's Eiland Cup. Tidak terasa, mereka akan berada di tahap perempat final. Hari ini, setiap klub yang tersisa akan saling mengalahkan—mencetak banyak skor untuk masuk ke babak selanjutnya.
Universe High School menjadi salah satu klub yang berusaha untuk menang. Mereka telah mempersiapkan kemungkinan strategi yang bisa digunakan. Sama seperti sebelumnya, Ishana akan berada di bangku cadangan, diperkirakan akan ikut kelapangan di quarter ketiga atau ketika terjadi sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka bayangkan. Jika kemarin Ishana akan bersama dengan Yuuki. Kali ini, Pelatih Joo juga ikut serta dengan tampang datar.
Ya, mereka mengingat perkataan yang pernah dikatakan padanya. Akan menyaksikan secara langsung jika mereka lolos di babak penyisihan pertama. Bahkan, ada hal yang tidak pernah dibayangkan, Pelatih Joo akan mulai mengamati sesi latihan mereka jika babak ini mereka keluar sebagai pemenang. Mengingat hal itu, membuat keenam gadis tersebut merasa kesal bukan main. Pasalnya, Pelatih Joo sangat terkesan hanya datang kepada mereka saat berada di puncak saja.
Akan tetapi, mereka mencoba untuk tidak terlalu peduli—terserah dengan apa yang Pelatih Joo ingin lakukan. Asalkan tidak mengusik mereka. Seperti agenda yang sudah tertera. Mereka akan melawan klub basket dari United High School.
"Sampai mana persiapan kalian untuk melewati babak ini?' Ishana yang tengah mengamati rekan-rekan yang sudah berada di dalam lapangan, bersiap untuk memberikan salam pada lawan sebelum pertandingan di mulai, nyaris tersedak akan air liurnya sendiri.
Ia tidak menyangka, Pelatih Joo akan bertanya mengenai hal tersebut. Dengan tenang, Ishana menghela napas. "80%!" jawab Ishana singkat yang membuat Pelatih Joo tak bersuara. Mereka lantas fokus pada susunan permainan yang ada di depan mata—Elakshi yang berhadapan dengan Ruki dibagian jump ball. Ishana menghela napas sekali lagi. Sungguh, kali ini, ia sedikit gugup. Namun, ia berharap permainan nantinya akan berjalan dengan baik dan mereka bisa keluar sebagai pemenang.
Suara peluit kini terdengar melengking, beriringan dengan bola yang dilambungkan ke atas sehingga membuat dua gadis memperebutkannya. Suara dari tribun menggema histeris—meneriakan dua kubu yang saat ini sedang bertarung.
Akan tetapi, Elakshi kala cepat dan tinggi. Ruki yang menjadi bintang utama di tim berhasil merebut dan mengoper kepada salah satu rekannya. Elakshi berlari, berusaha mengejar Ruki karena kali ini, ia bertugas untuk menjaga Ruki—membuat pertahanan agar Ruki tidak mencetak angka.
Bola tersebut lantas terus dipantulkan, kemudian beralih pada seorang gadis dengan nomor punggung dua puluh tak lain adalah sang kapten—Rose yang kadang tidak disadari akan kehadirannya. Ia men-dribble dengan cara menyilang—teknik yang digunakan untuk mengecoh siapapun yang ada di hadapannya. Kemudian, bola hanya memantul ditempat tatkala Rose melihat objek yang harus menerima bola ini sedang ditahan—sialnya terdapat dua orang yang tengah menahan pergerakan Ruki.
Rose mengumpat. "Sial, mereka pasti menyadari semuanya," kata Rose dengan sedikit gelisah, belum lagi saat ia dihadapkan dengan seorang gadis yang tak asing karena kepiawaian yang ia miliki. Kapten kubu lawan. "Sial!" Lalu, Rose berusaha keluar dari cengkeraman Zoe yang sudah menahannya terlebih dahulu, tetapi bola yang ada digenggamannya, lepas begitu saja.
"Aku mendapatkannya!" ucap Gaye.
"Gaye! Pass!" pekik Deppna yang baru saja terbebas dari lingkaran lawan. Gaye yang merasakan atmosfer itu, lantas mengoper karena dasarnya ia yang dihadang oleh salah satu lawan. Alhasil, bola kini berada di tangan Deppna. Momen yang tepat lantas datang sehingga Deppa langsung mengambil dua langkah setelah sedikit dekat dengan ring, kemudian ia melompat dan bola masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Captain!
Novela JuvenilZoe memiliki minat besar terhadap basket, terbukti dengan dedikasinya sebagai kapten di Hakley Boarding School. Akan tetapi, Zoe tidak pernah membayangkan setelah memilih Universe High School untuk melanjutkan studi, ternyata tingkat patriarki begit...