Typo tandai
________________Selamat membaca
________________________
.
.
."Almer, seperti nya proyek yang ini akan berjalan dengan sukses"
"Mengingat kita membangunnya di dekat pantai, ini akan menguntungkan. " Elkan bicara seperti orang benar di dalam sebuah Fancy Restaurant yang ia datangi dengan rekannya, Almer.
Setelah kemarin mereka mengunjungi Hotel milik Almer yang akan segera beroperasi, hari ini mereka kembali bicara tentang bisnis yang akan Almer tekuni. Almer tertarik sekali, meski bisnis ini berbanding jauh dengan latar belakang Almer.
"Eilat, itu tempat nya. Jika kau berminat, kita akan terbang ke sana lusa atau setelah Hotel mu beroperasi" Elkan menjelaskan nya serius, meski tatapan nya terlihat tak memiliki keseriusan.
"Eilat Israel maksud mu?" Elkan mengangguk membenarkan pertanyaan Almer.
"Ya saat aku mengunjungi Nenek ku di Tel Aviv dan aku mengunjungi Eilat, di sana akan cocok untuk mu membangun sebuah restoran dengan nuansa pantai. "
"Dan pengunjung--
"Kau pikir aku sudi berinvestasi ke negara antah berantah itu?" Balas Almer dengan nada tak suka. Baiklah, Elkan harus sadar bahwa sahabat nya ini sangat membenci tempat asal mendiang Ayah Elkan.
"Bukan begitu--
"Kau ingin aku menginvestasikan dana ku untuk mereka membunuh anak-anak dan warga sipil yang mereka jajah secara ilegal? Kau pikir Dokter macam apa aku ini?" Elkan mengangguk-angguk, ia menyesal telah memberi saran tanpa berpikir dahulu. Elkan bahkan harus menutup mata nya saat orang-orang memperhatikan mereka.
"B.. Baiklah pria beristri dua, "
"Aku tidak akan memberi mu saran lagi" Elkan tersenyum memperlihatkan deretan gigi rapi nya. Sementara Almer tak membalas, bukannya mendapat pencerahan, Almer malah di buat kesal dengan rekomendasi yang Elkan berikan.
Almer tentu tak akan sudi menginvestasikan dana nya untuk membangun sebuah tempat penginapan atau restoran di tempat yang tadi Elkan sebutkan, meski pria tigapuluh enam tahun itu sedang diam-diam membangun beberapa bisnis di beberapa wilayah maju di Timur Tengah.
Almer menghela napas panjang, ia tersenyum tipis karena apa yang ia lakukan sekarang hanyalah untuk Zara, istrinya.
"Pria beristri dua.. Maksud ku Almer" Elkan menatap Almer, ia sangat tahu tentang fokus yang sedang Almer lakukan sekarang. Fokus pada bisnis nya.
"Kalau kau punya banyak bisnis seharusnya kau punya anak, benar kan?" Elkan menyesap wine nya lalu menatap Almer lagi.
"Untuk menjadi penerus mu"
"Kenapa kau tidak menyentuh istri kedua mu itu saja?" Almer hampir saja tersedak martini nya, meski Elkan menyebalkan, Elkan membicarakan sesuatu yang realistis.
Namun, sayangnya Almer tak terlalu menanggapi nya, Almer memiliki hak untuk menyentuh Meysha karena Meysha adalah istri nya juga, tapi Almer tak bisa, ia terlalu mencintai Zara.
Sore ini bahkan pergi bersama Elkan agar bisa menunda-nunda datang ke Rumah Orangtua nya untuk makan malam, tapi Zara berkata bahwa Almer harus menghargai undangan Orangtua nya.
"Apa kau sedang memikirkan gaya apa yang kau gunakan untuk bersama istri kedua mu" Elkan berkata dengan nada bergurau, tapi Almer justru memberinya tatapan tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Wife
RomanceMature+ Posisi yang seharusnya di gantikan oleh wanita baru pilihan suami nya, tapi seperti nya hal itu tidak berlaku untuk nya. Zara Elmeera Benazir, wanita yang begitu menyedihkan kehilangan keluarga nya dan mandul. Alasan itu cukup untuk membuat...