ending

490 42 2
                                    

2 Minggu berlalu kondisi lara setiap harinya semakin memburuk didalam ruangan yang sudah di penuhi oleh orang terdekat lara.

Pia,hargan,Jun dan juga orang tuanya Tengah berkumpul didalam ruang inap lara.

"Kak". Panggil pia.

Lara yang merasa terpanggil replek menoleh kepada sang adek.

"Kenapa?". Jawab pelan lara mencoba menjawab panggilanmu.

Pia berjalan mendekati kasur lara dengan senyuman manis dari bibirnya mengambil tangan lara dan mengambil tangan hargan lalu di satukan.

Melihat lara dan hargan secara bergantian pia sadar dengan ekperesi lara dan hargan yang tampak sangat terkejut.

" Gw tau kok,kalian berdua saling cinta".

"Tapi gw aja yang datang, dan jadi benalu buat hargan". Menoleh ke hargan dengan tatapan sendu.

" Gw juga sadar, cinta gw sebenernya gak nyata".

"Cinta yang hanya di rasakan oleh satu pihak,gw emang punya raganya kak".

" Tapi hatinya cuman untuk Lo". Mengalihkan tatapannya ke lara dengan senyuman kecil.

"Dek..".

"Heum.." jawabmu

" Kamu sakit?". Menatap wajah pia dengan serius.

"Aku gak-".

"JANGAN BOHONG!!!!!". Sejujurnya lara ingin bertanya sejak kemaren namun ia tunda dulu karena hargan yang melarangnya.

Pia terdiam tak ada ucapan yang keluar dari bibirnya perasaan takut mulai terasa.

"Argh..". Setelah membentak pia kepala dan perut lara mulai merasa sakit sehingga penglihatannya mulai menggelap.

.
.
.
.
.

Di taman hargan menyakinkan pia agar tidak mendonorkan ginjalnya untuk lara.

" Kita cari pendonor lain". Ketus hargan.

" Telat, kak lara butuhnya sekarang". Ucapnya tak mau menatap hargan.

" Tapi Lo ka-".

"Gw cuman mau balikin apa yang emang dia punya!!!".

"Emang salah??". Membuka tutup botol Aqua dan mulai meminumnya.

" Terus hidup Lo gimana?".

" Belakangan..

.
.
.
.
.
.
.

Setelah 4 jam operasi berjalan dengan lancar kondisi lara telah membaik begitupun dengan pia yang awalnya membaik namun tiba tiba saja denyut nadinya berhenti.

Membuat seluruh orang yang didalam ruangan panik dokter dan para susterpun dengan sigap menarik pia ke ruang ICU dan melakukan tindakan lebih lanjut.

Nyatanya tuhan lebih sayang kepada pia semuanya tidak menyangka bahwa pia pergi secepat itu tangisan sang ibu tak bisa di pukiri hargan yang juga tiba tiba terduduk lemas saat mendapatkan informasi dari dokter.

" Lo bohong..

"NGGAK!!!!!!,NGGAK!!!". Teriak hargan tak terima dengan semua kenyataan ini.

"LO UDAH JANJI PI!!!".

" MANA JANJI LO ITU!!!". Darah segar mulai mengalir di tangannya saat hargan memukul dengan keras tembok rumah sakit.

Fight For Love (End) Haruto Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang