Oline mendengus sebal, sudah tiga hari ini ia merasa bahwa erina memang menjauhi nya. Dan sialnya, bukan menghilang rasa sukanya ini tapi malah bertambah besar rasa cintanya terhadap erina.Ia tak tahan, apakah ia harus mengatakan saat ini juga? Oke sepertinya begitu karna kini kaki oline melangkah menuju ruang osis dengan jantung yang terus berdegup kencang.
"lin"
Langkah oline berhenti ketika tepat di depannya lily menghampiri dirinya. "kenapa?"
Wajah datar lily mengambarkan bahwa gadis itu tengah serius, "dewa udah masuk lagi" kerutan terlihat di dahi oline, "ini belum sebulan dari skor dia kenapa bisa?" tanya oline heran sekaligus menahan kesal.
"itu yang buat gw bingung dan saat gw mau nanyak itu ke guru guru eh malah di marahin"
Mata oline perlahan terpejam dengan helaan nafas berat, "lo tau dia dimana?" tanya oline kini menetralkan emosinya.
"ini gua juga lagi nyari tu si brengsek"
Oline hanya diam sambil berjalan meninggalkan lily yang mengekorinya di belakang.
"lo mau kemana?"
"nyari erina" jawab oline jujur namun ketika matanya menari liar mencari sosok erina di setiap lorong ia malah mendapati gadis itu berjalan bersama dewa.
Jantung oline kembali tak beraturan dan sedikit sakit yang menjalar, ia memelankan langkahnya dengan tangan terkepal kuat.
Sebelah alis lily terangkat ketika tak sengaja melihat tangan oline yang sudah menonjolkan urat urat tangan nya. "jangan lepas kendali di sini" bisik lily mendekati oline lalu membawa gadis itu pergi.
"kenapa sih li? Kenapa gue harus jatuh cinta dengan ke adaan seperti ini?" tanya oline memukul dinding di sebelah lily bersandar.
Keduanya kini tengah berada di atas atap gedung sekolah. Lily yang sudah tau sejak awal jika oline menaruh rasa pada erina hanya bisa diam sembari berfikir.
"kenapa gue gabisa pilih apa yang gue inginkan dan tidak!"
Lily melirik oline sekilas lalu memandang gedung gedung yang terlihat kecil di matanya, "lo bukan tuhan yang bisa mengubah sesuatu sesuai keinginan lo atau berharap sesuatu yang tidak terjadi bisa terjadi begitu pun sebaliknya" kata lily membenarkan kacamatanya yang melorot.
Oline bersandar di dinding sebelah lily lalu duduk dengan tatapan sayu "ada yang bilang bahwa takdir bisa di rubah dan ada yang bilang bahwa takdir tak dapat di rubah" ucap oline pelan.
"mau lo pikirin itu sampai tumbuh jenggot juga gak akan ada kelarnya....lo ubah takdir hidup lo sekarang itu udah termasuk takdir juga"
"hmm" dehem oline mengerti, ia tau maksud lily namun tak ingin memikirkannya semakin jauh.
"jadi gua harus gimana?"
Mendengar pertanyaan oline yang menurutnya bodoh itu, lily pun menarik kerah baju oline hingga oline berdiri dan berjalan meninggalkan gadis itu.
"kejar yang menurut lo baik aja walaupun itu gak baik sama sekali"
Oline mengekor agak jauh dari lily, ia di buat frustrasi hanya karna satu nama dan itu erina.
"cinta itu petaka" gumam oline.
"tapi juga anugrah" lanjutnya.
.
.
."lukisan itu bukan hanya sekedar menuris warna di dalam kertas ataupun di objek lainnya, lukisan itu menggambarkan isi hati seseorang dimana akan terlihat jelas ketika perasaannya berubah lewat hasil karya nya"
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN ( ORINE ) END
Short StoryDi harap baca deskripsi sebelum ke cerita, agar tidak menyalah artikan isinya. Norma dunia. [ cinta terlarang antara dua gadis ] Dimana gadis jangkung bernama oline menyukai sosok seperti dirinya. Cinta yang menyesatkan dan kehidupan keluarga nya ya...