"bagaimana? Menyenangkan bukan? Asal kita diam maka tidak akan ada yang tau" ucap shasa tersenyum begitu bahagia seolah olah hal itu sangat membakar semangatnya.Oline dengan wajah datar dan tatapan sayunya hanya bisa memandang dalam diam apa yang di lakukan shasa.
Shasa terus berucap bercerita tanpa menatap oline di belakangnya, ia terus melakukan kegiatan nya terlihat begitu senang tanpa puas yang belum tercapai.
"kamu mau coba?" tawar shasa masih dengan posisi berdiri di depan pohon besar di hadapan mereka.
Oline di belakangnya hanya bisa mengatur nafas dan detak jantung nya ketika harus menahan mual, "aku gak berbakat seperti kamu" saut oline tak berniat sama sekali. Pandangan nya mungkin datar namun tidak dengan perasaan ngeri nya.
"ini menyenangkan oline kamu harus coba dan itu gak akan menyakiti kamu" shasa berusaha menyakinkan namun oline tetap lah oline.
Ia menggeleng walau shasa tak dapat melihatnya. "ayo pulang ini udah jam 9 malam" ajak oline melihat jam di layar ponsel dan melirik signal nya sekilas yang kosong.
"sebentar lagi selesai" shasa memasukkan sesuatu ke dalam topples setelah ia selesai menurih sedikit batang pohon.
"ayok" ujarnya berbalik dengan riang lalu menggandeng lengan oline.
Oline memegang ponselnya erat dengan terus menyenter jalan kecil yang berlumpur akibat hujan serta sedikit menggigil karna cuaca malam yang dingin apalagi di tengah hutan dengan sepatu but dan jas hujan.
Cuaca memang tak terkira, padahal sudah sedari siang hujan dan nyatanya rintik bertahan hingga malam.
Sekitar 20 menit keduanya keluar dari hutan lalu memasuki mobil hitam yang ter parkir di tepi jalan. "jalan pak" perintah shasa pada pria di kursi kemudi. Setelah mobil berjalan, shasa meletakkan topples di samping nya lalu bermain ponsel.
Ke adaan berjalan hening, namun dengan senyum shasa yang terus terbit ketika ia memandang foto seseorang di dalam ponselnya yang tidak di sadari oleh oline.
Oline sendiri memilih memejamkan matanya karna lelah dan kedinginan, namun tidurnya terganggu karna shasa menghentikan mobil di sebuah pondok kecil yang cukup jauh dari tempat mereka keluar tadi.
"permisi pak" ucap shasa sopan kepada kedua pria tua yang tengah bermain catur.
"naon neng?" tanya pria berkepala plontos menatap penuh penasaran kenapa ada dua gadis muda di malam seperti ini dan di tempat yang seperti ini.
"boleh pakai api disana pak?" jari shasa menunjuk drum yang terbakar.
"boleh atuh neng silahkan"
"terimakasih" shasa sedikit menunduk lalu menarik tangan oline.
Ia membuka jas hujan dan sepatunya untuk ia masukkan ke dalam drum, di ikuti oleh oline yang melakukan hal serupa.
Setelah itu keduanya pamit dengan sopan pada kedua pria tua yang memperhatikan mereka sedari tadi.
"nanti mobilnya langsung cuci aja pak kalau sudah sampai dirumah" kata shasa.
"siap nona" jawab pria di kursi kemudi.
.
.
.7 panggilan tak terjawab dari mommy nya, 10 dari papanya, 3 dari flora, 2 dari olla dan 4 dari lulu. Setelah signal masuk, ponsel oline tak berhenti berbunyi notif begitupun ponsel shasa.
"gawat pasti mama sama oma bakal ngomel" shasa bergumam dengan raut wajah bete, ketika mobil masuk ke dalam parkiran disana sudah terlihat dua wanita berpangku tangan di teras rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN ( ORINE ) END
Short StoryDi harap baca deskripsi sebelum ke cerita, agar tidak menyalah artikan isinya. Norma dunia. [ cinta terlarang antara dua gadis ] Dimana gadis jangkung bernama oline menyukai sosok seperti dirinya. Cinta yang menyesatkan dan kehidupan keluarga nya ya...