25 hujan

2.5K 281 12
                                    

Oline pov.

Rumah terasa amat sepi lima hari belakangan ini, setelah hari dimana semuanya terungkap walaupun hanya ytta ( yang tau tau aja ) tentang perselingkuhan itu, mommy, papa kak ashel seolah sibuk menyibukkan diri.

Ella juga sama, gadis itu menjadi begitu pendiam dan enggan di ajak bicara, mungkin juga karna callie yang menghindarinya sejak kejadian itu. Entah atau karena papanya, adel.

Kak adel lebih sering kesini hanya sekedar untuk meminta maaf dan menyuruh kak ashel membatalkan niatnya. Waktu itu ketika berita tentang penceraian terdengar di telinga kak kathrina kak lulu kak olla dan kak flora, mereka sangat marah dan begitu kecewa.

Kak ashel, papa dan mommy tentu bungkam tentang masalah yang sebenarnya. Kak ashel hanya berasalan ia bosan dengan kak adel dan itu tentu saja sangat terlihat sekali kebohongannya.

Mereka tau jika kak ashel mulai jatuh cinta dan begitu sangat cinta pada kak adel setelah umur ella beranjak 9 tahun saat itu. Waktu yang lumayan lama karna kak ashel type orang yang gengsi tentang masalah cinta.

Kak marsha sendiri tidak pulang sampai hari ini dengan asalan menginap dirumah kak zee, karena lumayan dekat dengan kampus katanya.

Aku? Huh, hati ku kacau karna harus terus menerus mengabaikan erin, gadis anggun dengan senyumnya yang selalu dapat membuat ku jatuh cinta setiap hari.

"jangan di liatin terus"

Aku mengabaikan suara di depan ku dan tetap memandang ke arah luar jendela kaca di perpus. Jendela yang mengarah ke tengah lapangan tepat erin dan bersama teman sekelasnya sedang bermain voli.

"entar lo kesambet gila!" suara lily mulai terdengar kesal dan tiba tiba membuatku memekik kaget karna pukulannya yang begitu kencang di lengan ku.

"aduh" aku mengaduh sambil mengusap memandang lily dengan datar lalu kembali ke rutinitas awal ku.

"dasar gila! Lo suka apa obsesi! Jangan bikin gue khawatir!" nada pelan sedikit bentakan itu mau tak mau harus kusahuti.

"apa bedanya? Gue tetap cinta sama dia"

Lily berdecih lalu beranjak pergi tanpa menimbulkan suara, hingga bell berbunyi dan aku dengan amat terpaksa meninggalkan perpus dengan malas.

Tidak ada rasa niat untuk kesekolah selain ingin melihat gadis ku, ha? Gadis ku? Mungkin itu hanya mimpi belaka, dan dia straight!. Jadi ketika aku keluar aku memilih ke toilet sebentar lalu berfikir ingin ke taman sekolah walaupun harus bersembunyi agar tak terciduk pengawas.

Ketika aku berbelok, aku melihat ada teman erina di depan pintu wc. Aku tak ingin perduli pada sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk ku jadi aku masuk saja dengan mengabaikan mereka.

Semoga tak ada erina atau..

Deg

Jantung ku berdesir saat mata kami berdua saling bertatapan, ia baru saja keluar dari salah satu bilik wc dan aku yang sudah kepalang tanggung mengabaikan memilih masuk ke dalam salah satu bilik toilet tapi....

"kamu mau menghindar lagi"

Aku dengan ragu menoleh melirik sekilas lengan ku di cekalan tangannya lalu menatapnya sebentar setelah itu membuang wajah, "siapa yang menghindar? Aku mau pipis kak lepas" alasan ku terdengar logis walau itu tetap tidak melepaskan cekalannya.

"lima hari ini aku nyapa kamu tapi kamu menghindar, apa aku berbuat salah? Aku minta maaf jika aku melakukan sesuatu atau berbi-"

"kakak berfikir begitu?" aku kembali menatap nya dengan perasaan bersalah, harusnya aku tidak mengorbankan dia juga. Ini salah ku yang memiliki perasaan berdosa ini padanya. Dia mengangguk sendu dengan mata sayu menatap ku.

HUJAN ( ORINE ) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang