54. ADRIAN

1.3K 148 9
                                    

"How many percent will he get in return for the investment?"

Pertanyaan tersebut Adrian lontarkan sambil membolak-balikkan beberapa carik kertas di atas meja. Iris hitam bergerak, menelaah setiap kata, kalimat, hingga berbagai angka di dalam kontrak tersebut. Dahinya mengkerut sejenak saat mencoba memahami proposal yang telah disiapkan.

Sandra Louis selaku general counsel yang memegang peranan penting dalam urusan legal affairs, termasuk penyusunan dokumen dan kontrak hukum, mencoba menjelaskan, "Seperti yang kita ketahui, Mr. Ali wants to invest in one of our penthouse in Beverly Hills, which worth about eighteen billion dollars," Sandra menunggu hingga Adrian menegadah, memberikan seluruh atensi kepadanya, sebelum ia kembali melanjutkan, "He'll only fund twenty percent of the total amount, since you clearly don't want him to take over your property. Lima puluh enam triliun adalah nominal yang akan Anda peroleh jika Mr. Ali menyetujui tawaran yang kita berikan. In return he'll gain six percent of interest every month."

"Remind me again, how much does it cost to rent our penthouse?"

"Eight million per month, Sir."

"How long will this partnership last?"

"A year, Sir."

"Fair enough." komentar Adrian lalu menghembuskan napasnya kasar. Ia tahu kalau harga sewa selama bulan-bulan berikutnya akan terus meningkat. Apalagi penthouse yang dimilikinya berada di kawasan strategis, elite, dan tentu saja banyak orang yang bersedia untuk mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan properti miliknya.

Vacheron Constantin yang melingkar sempurna di tangan kiri Adrian kini menunjukkan pukul enam. Tepat saat ia ingin meraih dasi di laci meja, ia menerima pemberitahuan kalau Mr. Ali telah sampai di ruangan meeting. Hal tersebut membuat Adrian mengurungkan niatnya dan memilih bangkit dengan map hitam yang berada di genggaman sebelum meninggalkan ruangan untuk menemui kliennya. Tak lupa dengan Sandra yang mengikutinya dari belakang.

Selang beberapa waktu, kedua langkah kaki Adrian dipercepat saat keluar dari lift. Mengefisiensikan waktu dan tidak ingin membuat rekan kerjanya menunggu. Ia harus turun delapan lantai dari lantai sebelumnya untuk menemui kolega bisnisnya. Adrian mengangguk ketika Brandon membukakan pintu. Memberi akses bagi Adrian untuk melihat Mr. Ali yang sedang duduk di tengah sofa dengan gelar margarita berisi martini di tangannya.

"Our greatest bachelor in town! Adrian Marshall!" Pria itu menyambut Adrian dengan menyodorkan gelas martini yang diterima Adrian dengan senang hati.

"How's your flight, Mr. Ali?" tanya Adrian sambil mengambil tempat di benda empuk yang berhadapan dengan pria di hadapannya.

"Oh please. Just call me Adam. Mr. Ali terdengar sangat tua." Adam meneruskan, "Flight is fine. No jet lag."

"Adam." balas Adrian. Ia menunggu hingga Adam menyelesaikan minuman sebelum menanyakan, "Should we start now?"

"Please," ucap Adam kemudian mengisyaratkan kepada Brandon yang sejak tadi berdiri di sudut ruangan untuk mengisi gelasnya yang telah kosong.

"Dua puluh persen adalah jumlah yang aku tawarkan. My penthouse is worth over eighteen billion dollars, meaning, you'll invest twenty percent of that price. Roughly four billion dollars. Anda akan memperoleh enam persen dari keuntungan biaya sewa penthouse sebesar empat ratus delapan puluh juta dolar setiap bulannya."

"Why twenty percent? Four billion is too little, Marshall."

"How much do you want to offer?"

"Let's raise it up to twenty five percent. And I'll get eight percent in return,"

Adrian menoleh, menatap Sandra untuk memberikan pendapat melalui anggukan maupun gelengan. Lalu berpikir akan segala resiko sebelum akhirnya Adrian menarik napas panjang. Menyetujui penawaran yang Adam Ali berikan kepadanya.

"Great! Do we have a deal?" tanya Adam dengan uluran tangan yang disambut baik oleh Adrian.

"Deal." Karena memang tidak ada kerugian apapun yang akan diperoleh dengan menerima penawaran yang Adam berikan.

"When will the transaction be done?"

"Sandra," kata Adrian meminta penasihat umumnya untuk memutuskan.

"Tomorrow, ten in the morning, Sir."

"You heard her. After we sign the contract, you may proceed with the transaction."

Beberapa menit kemudian, Sandra dan Brandon meninggalkan ruangan, memberi ruang bagi Adrian dan Adam untuk saling mengenal satu sama lain dalam hal bisnis. Adam mulai menanyakan properti lain yang membutuhkan investor. Adam adalah investor pertama di program REIG(1) karena faktanya sejak awal Adrian enggan untuk melakukan program yang dianggap hanya membagi kekayaan yang ia punya. Namun Sandra dan Brandon mampu memberi penjelasan dan membuatnya mengerti.

Tak terasa sejam telah berlalu. Sampai akhirnya Adam kembali menjabat tangan kanan Adrian lalu meminta izin untuk mengakhiri pertemuan. Ketika Adrian membukakan pintu untuk mempersilahkan Adam meninggalkan ruangan, raut wajah panik bercampur takut Brandon terpampang jelas di hadapannya.

"Sir–I'm so sorry, aku benar-benar ceroboh,"

"Brad, what's going on?"

"Aku melupakan jadwal kalau Anda memiliki pertemuan dengan Mr. Gaudi pukul tujuh malam ini dan–"

"Calm down, Brad. I'll escort Adam first. In the meantime, you'll show Mr. Gaudi to the meeting room."

"It's–"

Dunianya berhenti ketika melihat wanita di belakang Brandon. Manik mata legam memancarkan kilat keterkejutan. Tak pernah terpikir bagi Adrian kalau ia akan kembali. Benteng pertahanannya seolah tengah bersiap-siap untuk terjaga. Menepis segala perasaan. Mengingatkan diri kalau ia tidak boleh jatuh.

Keduanya saling memandang. Tak ada yang bisa menebak arti dari pandangan tersebut. Diam dengan beribu kata yang tertahan. Sampai Brandon berdehem, mencoba mengambil atensi, "There's no Mr. Gaudi. She's the one–"

"I will not repeat what I have said, Brad."

"Yes, Sir."

"Don't keep our guests waiting then."

–––

REIG(1) : real estate investment group is an entity with two or more partners focusing on real estate.

Eternally Yours | Chérie #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang