79. RAI

997 107 16
                                    

mature content, please be wise.

***

"Are you trying to run away, Baby?"

Suara serak nan dalam ketika seorang pria baru saja bangun dari tidurnya menghentikan Rai. Langkah yang sengaja dibuat pelan, mengendap-ngendap layaknya seorang pencuri bermaksud agar tidak membangunkan sang empu nyatanya gagal. Membuat Rai mengurung niat awalnya untuk membiarkan Adrian tertidur dan mengunjungi ibunya sendiri. Sebab perasaan tak tega menyelinap ketika memandangi Adrian yang kembali lelap dalam dunia mimpi.

"Hi," Rai kembali mengambil langkah, mendekat ke sisi ranjang di sebelah Adrian. "Kamu sudah bangun? Sejak kapan?"

Masih dengan kedua kelopak mata tertutup dan selimut yang menutupi tubuh, Adrian membalas, "Since I felt your eyes on me, Baby."

Tanggapan Adrian terdengar begitu santai. Berbanding terbalik akan reaksi Rai yang gelagapan. Seperti tengah tertangkap basah melakukan kesalahan. Terbukti dari rona merah yang tampak di kedua pipinya. "Kenapa kamu tidak memberitahu? Aku mengira kamu tertidur lagi setelah aku membersihkan diri."

"I like the feeling when your eyes are on me, Baby. And yes. I did sleep again. Sambil menunggu kamu selesai mandi."

Bagaimana bisa setiap kata yang keluar dari bibir Adrian berhasil menciptakan gelombang aneh pada diri Rai? Bagai kegembiraan menyebar pesat ke seluruh pembuluh darah. Menghadirkan beribu kupu-kupu berterbangan. Menyebabkan jantung seketika berdebar, gugup.

"Aku mau ke rumah sakit melihat Mama. I'll be back soon. In the meantime, you can use the time to sleep. Aku yakin kamu pasti sangat lelah."

Rai tersenyum bangga karena berhasil mengatakan hal tersebut cukup tenang. Namun sayangnya, ketenangan Rai berhenti saat Adrian menarik pergelangan tangannya. Membuat posisi tubuh Rai terduduk di sisa-sisa sisi ranjang dengan kepala yang bertabrakan dengan dada bidang Adrian.

Rai membenahi posisi tubuhnya lantas berujar, "Adrian, what are you doing?"

Kelopak mata Adrian akhirnya bermekaran, memandangi dua retina biru yang menatapnya tidak terima. Lalu, mengaitkan kedua lengan di sekitar tubuh Rai. "I'm keeping you from leaving, Baby. Lagipula bagaimana bisa aku membiarkan kamu pergi sendiri? I want to come with you. Kita akan pergi bersama."

"Tapi kamu lelah, Adrian." Rai tanpa berusaha melepaskan diri dan menatap Adrian sayu.

Adrian menggeleng pelan. Kini sebelah tangannya terangkat, membawa ibu jari ke pipi Rai. Memberi sentuhan lembut sembari berkata, "Tidak, Baby. I'm not tired. Six and half hours of sleep is enough."

"Tapi–" Perkataan Rai terhenti waktu ponsel Adrian berbunyi.

"Can you get my phone, Baby?"

Rai tahu Adrian memintanya untuk mengambil ponsel di nakas karena takut jika dirinya melarikan diri dari rengkuhan. "Ini," Rai menyerahkan ponsel tanpa melihat nama yang tertera pada layar.

"Pick it up for me."

Bibir Rai mengerucut sebal. "Sangat bossy." Kemudian kedua alis Rai bertaut selagi membaca nama seseorang di layar. Blue. Untuk apa ia menghubungi Adrian saat dirinya berada dalam dekapannya?

"You don't want to pick up the call, Baby?" Adrian masih setia memberi sentuhan di pipi. Lalu bergerak naik, membelai surai halus yang baru saja dikeringkan setelah dibilas dan diberi cairan pencuci rambut. Menciptakan kilap menawan saat diterangi cahaya.

Eternally Yours | Chérie #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang