68. ADRIAN

1.5K 147 10
                                    

"Distribusi pengiriman dari Italia telah sampai, per hari ini terhitung proyek hotel enam puluh enam persen beres. Jason Silas, selaku manajer konstruksi memastikan kalau hotel akan finish bulan depan," Sandra Louis membuka pertemuan mingguan yang dihadiri berbagai sub bidang.

"Kalau begitu kita dapat memulai perekrutan untuk beberapa staff. Mengingat banyaknya tahap yang harus dilalui agar mampu lolos. Aku bersama timku akan merancang proposal mengenai jumlah karyawan dan jenis posisi yang kita butuhkan. Lalu membuat announcement dalam waktu dekat." Emily Wilson, perwakilan departemen HR(1), mengimbuhi.

"There's a growing interest in our company for this month. Seratus delapan triliun adalah laba yang kita peroleh. Aliansi bersama Mr. Adam Ali turut membuat banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi," Finance director, Owen Wyatt giliran mengeluarkan suara.

Cole Dmitriev, sebagai kepala bagian pemasaran, berkata, "Sewa salah satu penthouse di Beverly Hills akan usai akhir bulan. Nicole Chen sepertinya tidak berniat untuk memperpanjang kontrak. Ada beberapa klien yang telah menunggu dengan penawaran-penawaran yang sangat fantastis. We're currently at ten million dollars."

"We're going to double our interest if we manage to be at least fifteen million dollars, Cole," sahut Owen.

Rapat mingguan sama sekali tak menarik perhatian Adrian. Merenung akan apa yang baru terjadi. Sibuk menerka-nerka. Terasa mustahil untuk dipercaya. Nalar kembali berangan-angan. Terbawa arus hingga kejadian beberapa jam yang lalu kembali berputar samar. Berawal dari sapuan bibir yang terulang dua kali. Kecupan singkat di pipi. Menyalurkan perasaan hangat. Hingga percakapan mereka. Menghadirkan sensasi tak biasa.

"Sir,"

"Sir,

"Mr. Marshall,"

Hanyut dalam gelombang kuat. Tak mampu mengendalikan apalagi memberhentikan pikiran. Adrian tidak menyadari kalau dirinya dipanggil.

Sampai Sandra, satu-satunya orang di dalam ruangan yang berani untuk memanggil Adrian dengan nama depannya. "Adrian,"

Tetap terlihat tenang, Adrian membalas, "Ya, sampai di mana pembicaraan kita?"

Sandra menghembuskan napas kasar. Ia tahu kalau atasannya itu sedari tadi sama sekali tidak mendengarkan. "Proyek hotel akan selesai bulan depan. Perekrutan karyawan baru hotel dilakukan secepatnya. Bulan ini, perusahaan mendapat keuntungan cukup besar. Seratus delapan triliun, to be exact. Sewa penthouse, milik Nicole Chen, akhir bulan berakhir. Kita memasarkan di angka sepuluh miliar. Menargetkan di angka lima belas miliar dan keuntungan yang kita peroleh menjadi dua kali lipat,"

"Now, we're wondering, do we have a new project?" Sandra bertanya setelah memberi Adrian kesimpulan.

Anggukan Adrian berikan, "Thanks, Sandra," Kemudian beralih menatap satu-persatu orang yang sejak tadi berada di dalam ruangan. "I've planned to build an underground stadium. Ide gilaku itu muncul ketika aku kesulitan membagi waktu antara menjadi CEO dan pemain lacrosse. Namun sayangnya, hal tersebut sulit bahkan mustahil untuk terjadi. Oleh sebab itu, kami, Aku dan Raissa Sorelli, arsitekku, memutuskan untuk membuat bangunan baru. We're going to set a meeting to discuss further by next week."

"Apa sudah ada shareholder yang akan mendanai?" tanya Owen.

"Fifty one percent of the budget will come from Marshall Properties. Sisanya akan diputuskan setelah aku melakukan pertemuan dengan Marshall Company." Adrian memang mempunyai tujuan untuk berbicara dengan Arthur. Mendengar opini ayahnya adalah hal penting dan tidak mungkin terlewatkan.

Eternally Yours | Chérie #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang