64. ADRIAN

1.2K 164 23
                                    

The Generosity of Adrian Marshall: Nourishes Souls by Feeding the Homeless

Seusai bermain golf, Adrian disuguhkan oleh pesan singkat dari Brandon. Alisnya bertaut. Seolah-olah ingin menyatu. Kening berkerut, membentuk lipatan-lipatan halus. Tak mengerti akan headline yang baru saja dibaca. Menempati posisi teratas hot news. Tersebar di berbagai media. Tersemat foto dirinya yang sedang melakukan konferensi pers dua tahun lalu saat mengumumkan pada dunia bahwa Marshall Properties adalah miliknya. Sangat jarang terlihat di media, membuat jurnalis kesulitan mengunggah gambar terbaru. Bukan karena alasan bagaimana, Adrian memang menghindari liputan para media yang menyebabkan dirinya menjadi pusat perhatian.

Bibir Adrian menghasilkan sebuah decakan. Menggulir ke bawah layar iPad untuk membaca artikel. Rentetan kata, kalimat, terpadu menjadi sejumlah paragraf. Mengartikan secara perlahan sampai akhirnya mampu menarik sebuah kesimpulan. Seratus fettuccine alfredo disumbangkan kepada tunawisma. Pemberian yang mengatasnamakan dirinya. Adrian Marshall. Berpikir sejenak, bingung. Tidak pernah ia meminta siapapun untuk melakukan hal tersebut. Membaca ulang untuk menemukan clue akan siapa dalang dari pemberitaan mengenai dirinya.

Fettuccine alfredo. Wanita itu. Ketika Adrian ingin menghubungi Brandon untuk meluruskan, panggilan masuk dari ibunya menginterupsi.

"Ma," sapa Adrian waktu telepon ia terima. Menekan tombol lingkaran, dengan simbol suara agar tidak perlu menempelkan iPad di samping telinga.

"Adri."

Adrian tahu kalau ibunya kini sedang tersenyum sumringah. "Ada apa, Ma?"

"Ada apa, Ma?" balas Eris tidak terima. "Aku menghubungimu berkali-kali dan membutuhkan empat hari sampai akhirnya panggilanku diterima. Sekarang, hal pertama yang kamu tanyakan adalah, ada apa, Ma? You're unbelievable, Adri."

"Maaf, Ma. I've been busy."

Sibuk akan kekacauan yang terjadi di ruang kerjanya beberapa hari lalu. Pikiran dibuat berkecamuk. Terbawa hingga diri uring-uringan perihal berbagai tafsiran.

"Such a boring answer, Adri. Papa yang mengurus Marshall Company selalu meluangkan waktu untuk menghubungiku. You should ask him for some tips, you know."

"Apa Mama hanya akan memarahiku? I'm sorry, Ma. Maaf karena aku baru sempat untuk mengangkat teleponmu. Aku merindukanmu, bagaimana kabar Mama?"

Helaan napas terdengar di sebrang. "I'm fine, son. Aku menghubungimu karena satu hal. Promise me you'll do it."

Alis terangkat menciptakan kernyitan. "Jangan bilang Mama ingin aku melakukan kencan dengan anak teman, Mama. Karena aku tidak akan pernah melakukannya, Ma."

Eris yang khawatir terhadap putranya, masih lajang di usia tiga puluh dua, tentu saja akan mengambil beberapa inisiatif. Salah satunya adalah mengenalkan putri-putri rekannya untuk makan malam atau sekedar memesan kopi. Namun sayangnya hal tersebut selalu ditolak mentah-mentah.

"Naomi Dupont. Model ternama, anak teman Mama, Claire Dupont. Sebentar lagi akan sampai di LA. Mama minta tolong kamu untuk menjemputnya, bisa?"

Naomi Dupont. Nama yang tak asing. "Aku tidak akan tertarik dengannya, Ma. Kamu hanya akan membuang-buang waktuku dan waktu Mama,"

"Mama tidak sedang meminta kamu untuk berkencan atau apapun yang ada di pikiranmu, Adri. I simply ask you to pick her up. Kamu tidak perlu berbicara, bertukar nomor ponsel, atau–"

"I'm not a chauffeur, Ma. Aku akan meminta Brandon untuk melakukannya."

"Tidak! Bagaimana bisa Mama membiarkan putri Claire dijemput oleh asisten kamu? Kemungkinan Brad adalah salah satu penggemar Naomi membuat Mama was-was. Bagaimana jika Brad membuat Naomi risih? Bagimana–"

Eternally Yours | Chérie #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang