78. ADRIAN

1.1K 121 13
                                    

"Adrian?"

Sang pemilik nama menengadah, menoleh ke arah sumber suara. Dua irisnya menangkap Kai yang tengah berdiri dengan raut wajah bertanya-tanya. "You're here." ucap Kai. Seolah-olah meyakinkan kalau apa yang dilihat olehnya adalah sesuatu yang nyata.

Air muka yang semula datar berubah. Menunjukkan rasa iba melihat memar-memar di sekujur lengan Kai. "Oh please, stop looking at me like that." Jika disuruh memutuskan apa hal yang paling dibenci di dunia ini, Kai akan memilih dikasihani. Ia tidak membutuhkan perasaan simpati tersebut.

"Sudah diobati?" Adrian membalas dengan nada rendah. Mengingat Rai saat ini tengah tertidur. Setelah meluapkan segala emosi, tentu saja wanita itu lelah. Dan sepertinya Rai tidak menyadari kalau tubuhnya memaksa untuk diberi ruang untuk beristirahat. Sampai-sampai ia tertidur di posisi duduk dengan kepala yang menyandar pada sebelah bahu Adrian.

Kai mengangguk sebagai jawaban. "Aku baru saja mengobati lukanya dan mengganti seluruh pakaianku. Jax, asistenku yang bodoh membawakanku baju tanpa lengan, membuat semua orang dapat melihat memar-memarnya."

"Kaiana."

Suara itu membuat keduanya menoleh. Menemukan seseorang berpakaian scrub. Dengan name tag dr. Roden. "Sudah diobati?" tanya pria tersebut.

"Mengapa semua orang selalu menanyakan hal yang sama?" Kai mendengus kesal.

"Aku tanya, kamu sudah mengobati lukanya?" balas lawan bicara Kai yang terlihat panik.

Adrian yang menyaksikan hal tersebut, memilih bungkam. Tak ingin mencampuri. Lagipula dari nada bicara dan gestur tubuh sepertinya Kai mengenal pria dengan name tag dr. Roden tersebut. Apalagi raut wajah khawatir tercetak jelas di wajahnya, sama seperti dirinya barusan. Ketika mendapati Rai dalam keadaan berantakan.

"Sudah," ucap Kai singkat lantas beralih pada Adrian. "How long has she been asleep?" Kai bertanya selagi menatap Rai sendu.

"An hour and half."

Hembusan napas berat Kai terdengar. "You should take her somewhere. Somewhere comfortable. She needs to rest, Adrian. Kalau kamu membiarkan ia tertidur pulas dengan posisi sekarang, nanti saat bangun tubuhnya akan terasa pegal-pegal."

Apa yang dikatakan Kai benar. Adrian bahkan telah mencoba membangunkan Rai dan mengatakan kalau ia harus dibawa ke tempat yang lebih nyaman. "I did try. Aku sudah mencoba mengatakan kalau ia butuh waktu untuk beristirahat. You know, she's stubborn. Katanya ia mau tetap tinggal dan menunggu hingga Ailia bangun. Sampai akhirnya ia tertidur sekarang."

"Biar aku yang menjaga Mama. You can take her, Adrian."

"Are you sure?" Adrian memastikan.

Kai lagi-lagi mengangguk. "I'll be fine, Adrian."

"It's six thirty in the morning already. Aku yakin kamu belum mengisi perutmu dengan apapun. Aku bisa meminta Brandon untuk membawakan sarapan. He and Pak Rema are waiting in the lobby."

Tangan kanan Kai terulur untuk memegang bahu Adrian. "You sound like a very protective brother, Adrian. I'm fine." Kai menolak secara halus.

"Aku tetap akan meminta Brandon untuk membawa sarapan. You can rest afterwards. Kamu juga membutuhkan istirahat, Kaiana."

"Don't worry about me. There's a spare bed inside. Aku bisa beristirahat di sana."

Kai tidak bodoh untuk menyadari penyebab bekas merah dan luka di kedua lengan kakaknya. Oleh sebab itu, sekarang Adrian lebih baik untuk membawa Rai ke tempat yang lebih nyaman. Agar kakaknya mendapat ketenangan.

Eternally Yours | Chérie #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang