52. ADRIAN

1.4K 144 6
                                    

Los Angeles,

California.

Lima belas tahun kemudian.

"You have a meeting with Mr. Ali. Salah satu calon investor yang berasal dari Dubai. He'll see us in the firm at six."

"Conference meeting with the Italians to discuss the approximate amount of money we should spend to have all the properties in Los Angeles by next week at eight. They will give you details in the session."

Jari-jemari berlomba mengancingkan satu-persatu kancing kemeja Kiton berbahan katun. Menghantarkan sensasi menyejukkan ketika bersentuhan dengan kulit pucat milik Adrian. Setiap potongan kain dengan teliti disejajarkan untuk memastikan desain yang rata di setiap sudut. Dilengkapi dengan lipatan kotak pada bagian kuk, manset yang menyatu, dan keliman bulat dengan belahan samping. Menciptakan tampilan yang begitu elegan.

Hembusan napas panjang terdengar saat Adrian berhasil mengganti jerseynya dengan Kiton di dalam Maybach. Ia hanya mempunyai waktu kurang dari enam puluh menit untuk sampai di perusahaan setelah memenangkan semifinal NCAA. Sebuah organisasi yang notabenenya diperuntukkan untuk para mahasiswa dengan rentang usia dua puluh hingga tiga puluh tahun. Berkat kemahirannya Adrian dinobatkan sebagai pemain terbaik lacrosse sepanjang satu dekade. Oleh sebab itu, tim nasional enggan untuk melepaskannya meski Adrian telah melanggar aturan yang telah ditetapkan dan membayar biaya penalti dengan senang hati karena uang bukan lagi masalah bagi pria berusia tiga puluh dua tahun tersebut.

Adrian tergolong pria yang sangat sibuk. Selain menjadi pemimpin Marshall Properties–salah satu perusahaan subsidiari Marshall Company yang bergerak di bidang real estate terbesar di Los Angeles–ia juga memegang jabatan sebagai salah satu goalies di tim nasional lacrosse putra Amerika Serikat.

"Aku ingin kontrak dengan Mr. Ali selesai sebelum aku sampai di perusahaan, Brad." kata Adrian kepada Brandon. Brandon Wallace adalah asisten yang telah bekerja dengan Adrian selama dua tahun terakhir. Tidak ada yang tahu bagaimana laki-laki itu mampu bertahan, mengingat Adrian mempunyai rekor jumlah mantan asisten yang terbilang tidak sedikit.

"Pertemuan hari ini hanya untuk mendiskusikan biaya investasi yang akan beliau–" Brandon mencoba memberi penjelasan namun sayangnya Adrian sama sekali tidak ingin mendengarkan.

Tatapan tajam Adrian layangkan. Bagai belati, membungkam setiap kata yang tertahan. Memberi sesak. Menimbulkan ketakutan. "I want the contract in my office. Today. Five forty. Sharp."

Brandon mengangguk. Menelan ludah susah payah sebelum menghubungi Sandra untuk menyelesai kontrak yang Adrian perintahkan. Sementara Brandon sedang berkutat dengan Ipad di pangkuannya, mengirim email untuk Sandra, Adrian sibuk mengganti bawahan dengan celana panjang hitam berasal dari brand yang sama seperti kemejanya dan hal tersebut sangat mengganggu Brandon. Meski Brandon adalah pria normal yang menyukai wanita, melihat Adrian berganti pakaian adalah kesempatan emas.

Menyadari kalau seseorang menatapnya, Adrian mendongak, "Stop looking and do your job, Brad." ucap Adrian dengan penuh penegasan. Membuat suasana kembali mencekam terutama bagi Brandon.

"Yes–yes, Sir."

Adrian menggerutu ketika sikunya tidak sengaja terkena kaca mobil saat ingin mengenakan jas. Sial. Mengapa Maybach begitu kecil bagi Adrian yang begitu besar? Adrian menarik napas dalam lantas kembali melanjutkan gerakan tangannya yang tertunda.

Setelah jas hitam membalut tubuh Adrian, ia berkata, "Next time, you'll choose another car. Maybach sangat kecil."

Brandon yang sama sekali tidak mengerti, bertanya, "Pardon, Sir?"

"Kamu tidak akan menggunakan Maybach untuk menjemputku, Brad. Aku kesusahan untuk mengganti pakaianku di dalam mobil ini. I have plenty of cars in my garage. You better think carefully of which car you should drive next time. Aku tidak ingin hal seperti ini terulang kembali."

"Noted, Sir."

"Now, where is my bike?"

Adrian memang memerintahkan Brandon untuk menjemputnya. Namun ia hanya akan berada di dalam mobil untuk mendengarkan jadwal yang diberikan Brandon dan mengganti pakaian. Selanjutnya Adrian akan pergi ke perusahaan menggunakan motor. Dari dulu hingga sekarang, motor selalu menjadi pilihannya. Salah satu alasan signifikan yang membuat Adrian melakukan hal tersebut adalah waktu. Mengendarai motor menghemat beberapa persen waktu dimilikinya.

Dengan cekatan Brandon memberi kunci BMW kepada Adrian. "Here, Sir." Namun Brandon menarik kembali tangannya yang terulur dan berkata, "Anda belum memakai dasi, Sir."

"I'll wear a tie as soon as I arrive at the firm," kata Adrian lalu meminta Brandon untuk memberi kuncinya. "Now, the key."

"Your Vacheron Constantin for Friday, Sir,"

Setiap hari Adrian akan mengenakan jam tangan sesuai dengan daftar brand yang telah Brandon rancang. Hasil pengamatannya selama enam tahun terakhir mengatakan kalau dihari jumat, Adrian akan selalu memakai Vacheron Constantin.

Tanpa aba-aba, Adrian meraih jam tangan tersebut dan segera mengaitkannya di pergelangan tangan kiri kemudian keluar dari mobil setelah berhasil merebut kunci motor dari Brandon.

"Mr. Marshall." sapa Pak Rema yang telah menunggu Adrian di samping motornya.

"Pak Rema." balas Adrian singkat.

Pak Rema yang mengerti segera meninggalkan Adrian untuk menuju mobil. Ya, Brandon akan mengendarai Maybach dan Pak Rema yang mengendarai motor. Keduanya akan kembali dengan Pak Rema yang mengantarkan Brandon ke perusahaan.

Ditekan tombol untuk menyalakan mesin motor setelah helm dan sarung tangan hitam terpasang sempurna. Mengambil ancang-ancang sejenak, sebelum kaki kirinya menginjak, mengganti gigi. Lalu melaju perlahan, membelah Los Angeles sore itu. 

Eternally Yours | Chérie #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang