BAB 4

11.1K 635 3
                                    

Masih dengan rutinitas yang sama, aku menjalani hari-hari yang membosankan.
Bahkan dengan terpaksa aku selalu makan berdua dengan Derrick, karena aku tidak punya rencana bepergian kemanapun.

Gaun-gaun dan banyak permata yang ku pesan semuanya telah kuterima, Namun Derrick tak memprotesku meski ia mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi membayar semua itu.

"Elena, hari ini aku akan pergi berburu."

Aku yang sedang membaca sebuah buku hiburan yang ku ambil dari perpustakaan, tak menghiraukan ucapannya.

"Mungkin aku akan sedikit lama kembali kesini, sekitar tiga hari."

Aku berdehem.
"Tak usah kembalipun tak apa."
Ujarku didalam hati.

"Aku pasti merindukanmu, Elena."

Langkah kakinya menjadi pengantar kepergiannya.
Sedikit Aku menoleh kearah Derrick yang sedang berjalan.
Meski hanya tampak punggungnya, namun ia terlihat tampan.
Siapapun wanita yang melihat akan terpikat dengan postur tubuhnya yang sempurna, serta senyumannya yang manis itu.

"Bahkan ia bukan pergi untuk berperang, mengapa drama sekali?."

                          ***

Sekarang adalah bulan kedua semenjak aku menjadi duchess. Ingatan samarku mengatakan saat ini di duchy diadakan festival bunga. Aku berencana mendatangi festival itu untuk membeli beberapa hortensia dan menanamnya di halaman dekat jendela kamarku.

Hostensia adalah bunga yang sangat indah, namun sangat sulit ditemukan di duchy karena tidak banyak yang mengetahui tentang bunga itu.
Namun, di festival kali ini aku akan mendapatkannya sebelum bunga itu menjadi mahal dimasa depan, karena permaisuri membuat tanaman itu menjadi obat. Dipercaya akarnya dapat menurunkan demam. Sehingga permintaan bibit hortensia menjulang tinggi dan langka, itulah yang membuatnya menjadi mahal.

"Dame, bisakah kau membantuku menganti pakaian?."

"Tentu nyonya, anda akan kemana?."

"Aku berencana ke festival, apa kau mau ikut denganku?."

Dame mengangguk cepat, ia tampak bersemangat.

"Tentu nyonya, ku dengar festival disana sangat meriah. Karena akan banyak berbagai jenis bunga yang dijual serta tumbuhan obat yang baru didatangkan dari luar negeri."

Hari itu aku mengenakan gaun bewarna biru laut, sehingga sangat cocok dengan rambut perakku.

"Benarkah? Darimana kau tahu itu Dame?."

"I,itu, sa,saya mendengarnya dari beberapa ksatria yang bergantian berjaga disana nyonya."
Dame terlihat bingung, wajahnya memasang ekspresi takut.

"Oh, baiklah. Ayo kita berangkat kesana, tolong katakan pada kepala pelayan untuk menyiapkan kereta kuda."

"Mungkin pertanyaanku membuatnya merasa tidak enak."

"Baik nyonya."

                           ***

Orchid Road, adalah sebuah nama dari jalan yang dipenuhi dengan berbagai macam tumbuhan termasuk bunga.

Aku berjalan bersama Dame, meski gaunku yang tampak mencolok, aku yakin tidak ada yang mengenaliku karena setelah menikah dengan Derrick, hanya keluarga kaisarlah yang pernah kutemui.

Warna-warni dari bunga Freesia dengan aroma yang sangat harum dan menyenangkan, hanya mekar di musim semi.  Aroma freesia , digambarkan sebagai manis, segar, dan ringan, akan cocok digunakan sebagai pengharum ruangan.
Aku berencana menaruhnya di vas bunga dan meletakkannya dikamarku.

"Dame, aku akan berkeliling mencari bunga Hortensia, kau belilah beberapa tangkai bunga Freesia itu untukku, dan buat agar bunganya tidak layu."

Sembari memberikannya beberapa koin emas, aku berjalan lurus melihat keindahan berbagai macam bunga yang membuat hati dan pikiranku terasa aneh karena pemandangan dari bunga-bunga itu sangatlah indah bagaikan sebuah lukisan.

"Baik nyonya, silahkan kembali setelah menemukan yang anda cari."

Sungguh nyaman keluar kastil bersama Dame, ia tak pernah mengeluh dan selalu mengiyakan perkataanku.

                           ***

Diantara bunga-bunga indah itu, tampaklah sebatang bunga Hortensia yang telah mekar dengan indah.
Bunga ini bisa berubah warna, mulai dari putih, merah, hingga ungu, tergantung dari kandungan didalam tanah.

"Terima kasih Tuan."

Seorang pria tampan berambut hitam kecoklatan dengan badan yang menjulang tinggi, serta kulit sawo matang telah mendapatkan bunga yang kuinginkan sejak lama.

Karena tak ingin melewatkan kesempatan ini. Aku menaikkan sedikit ujung gaunku dan berlari kecil kearah Pria itu.

"Tuan, bisakah anda menjual bunga itu kepadaku?."

Wajah tegas dengan ekspresi datar dari pria itu menoleh kearahku.
Mata coklat terangnya menatapku.

Aku sedikit takut karena ia memiliki ekspresi yang tajam.

Ia menutup tudung yang telah tersingkap, jubah panjangnya menutupi bunga hortensia yang berukuran hanya 17 inci.

"Maaf nona, saya membutuhkan bunga ini."

Pria itu berpaling dan meninggalkanku. Langkahnya yang perlahan tapi pasti mulai  menghilang diantara kerumunan orang-orang yang berlalu lalang di tengah festival itu.

Yang pastinya aku tidak tahu siapa Pria itu,  ini pertemuan pertama kami. Karena di masalalu pun aku tak pernah bertemu dengannya.

____________________________________

Duke, Kita Lihat Saja Nanti! [EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang