BAB 11

8.2K 485 45
                                    

"Suruh Dame ke kamarku sekarang juga."
Ucapku pada seorang pelayan yang sedang mengelap vas bunga saat aku akan memasuki kamarku.

"Ta,tapi Dame tidak ada nyonya."

Aku tertegun mendengar jawaban singkat dari pelayan itu, karena kemarahan yang kutahan pada Dame telah memuncak hingga membuat kepalaku seakan meledak.

"Apakah kau tau kemana Dame pergi?."

Pelayan itu membungkuk, Setelah sejenak menghentikan pekerjaannya.

"Maaf nyonya saya tidak tau, tapi sepertinya Ida mengetahuinya. Saya akan memanggilnya menggantikan Dame ke kamar anda."

Jawab pelayan itu lagi, yang masih membungkukkan tubuhnya. 

"Baiklah, segera panggilkan Ida."

Ia mengangguk sebelum akhirnya berjalan dengan tergesa-gesa.

                           ***

Aku mengingat pembicaraanku dengan Izekiel, yang mana ia berasumsi Dame telah bersengkokol dengan Bella setelah aku menceritakan hal yang sebenarnya terjadi, bersama niatku untuk bercerai dengan Derrick.

Ia berjanji akan membantuku tanpa membuatku mengalami kerugian apapun.

"Nyonya, apakah anda memanggil saya?."
Suara Ida terdengar dibalik pintu bersamaan dengan pintu yang diketuk.

"Masuklah Ida."

Pelayan itu membuka pintu dengan perlahan, hingga akhirnya ia berdiri tepat dihadapanku.

"Apakah kau tau kemana Dame pergi?."
Tanpa basa-basi aku langsung menanyakan itu padanya.

"Apakah anda tidak tau nyonya, Dame telah mengundurkan diri, karena ia memutuskan untuk merawat ibunya yang sedang sakit dikampung halamannya."

Hatiku semakin panas mendengar jawaban yang dilontarkan Ida.

"Apakah Duke tau akan hal ini?."
Tanyaku lagi untuk memastikannya.

"Tuan sudah tau nyonya, sebelumnya Nona Bella yang membicarakannya pada Tuan karena Dame merasa takut jika ia meninggalkan Nyonya tanpa seizin Nyonya."

Wajah datar yang kubuat dengan susah payah berusaha ku tahan, agar ekspresiku tak berubah.

"Baiklah, terima kasih atas informasi yang kau berikan."

"Nyonya. Jika anda menginginkan sesuatu panggilah saya."

Wajahku yang telah berpaling seketika kembali menatapnya, aku tak percaya dengan kalimat yang keluar dari bibirnya.

Ntah mengapa kini aku sulit mempercayai orang-orang yang ada di kastil ini.

"Baiklah Ida, kau boleh pergi."
Jawabku agar ia segera meninggalkanku seorang diri dikamar ini.

"Sial, bisa-bisanya pelayan kurang ajar itu pergi seakan tau bahwa kedoknya telah terbongkar, kalaupun aku memberikan pil ini pada Derrick sebagai bukti. Ia hanya akan menyalahkanku karena  berniat untuk tidak hamil anaknya."

                         ***

Tok,,tok,,tok,,
Terdengar kembali suara ketukan pintu dari balik kamarku.
Aku tidak tau siapa yang ada dibaliknya, namun siapapun itu aku yakin tak akan ada hal baik jika ia memasuki kamar ini.

Aku yang mencoba mengabaikan suara ketukan itu, tak tahan karena suara itu tak ada henti-hentinya, hingga dengan terpaksa aku menyerah.

"Masuklah."

Bella yang tersenyum ceria berlari menghampiriku yang sedang duduk disebuah kursi.

"Apakah anda telah menerima hadiah dariku Duchess?."
Ia memainkan surainya yang secerah mentari.

"Apa maksudmu?."
Teriakku kasar sampai ingin menarik kembali rambutnya itu.

"Ups, bukankah kau ingin bercerai? Mengapa kau tidak meminum pil yang diberikan oleh Dame?."

Ia berbisik pelan, sebelum akhirnya ia tersenyum senang seakan telah berhasil menyingkirkanku.

"Berani sekali kau."

Aku beranjak, hingga akhirnya berdiri kokoh dihadapan jalang itu.

"Elena, ada yang ingin ku bicarakan padamu."
Terdengar suara Derrick bersama langkahnya yang sedang menuju kearah kamarku.

Plaaaakkkkk,,,

Dengan sengaja Bella menampar pipi dan menjatuhkan dirinya sendiri, setelah mendengar suara Derrick.

"Nyonya, maafkan saya huhuhu." Ntah mengapa ia bisa membuat airmatanya jatuh berderai.

"Ah, aku benar-benar muak, ia berhasil memfitnahku lagi."

"Elena! Mengapa kau selalu kasar?."
Derrick berlari setelah melihat Bella yang terduduk dilantai tepat dihadapanku.

Seperti sebelumnya, kejadian yang terus berulang, kini terjadi kembali. Derrick membantu Bella berdiri kemudian ia mendekapnya.

"Tuan, saya tak bermaksud membuat nyonya marah."

Perlahan Derrick mengusap airmata itu menggunakan tangannya, kemudian ia membelai mesra surai panjang Bella yang sedikit bergelombang.

"Apakah Derrick memberitahuku secara terang-terangan bahwa ia sedang berselingkuh?."

"Tadinya aku ingin berbicara baik-baik padamu, tapi melihatmu yang selalu bersikap kasar pada Bella, membuatku mengurungkan  niatku. Aku akan mengatakan padamu sekarang juga.
Mulai hari ini Bella adalah Selirku, dan kau tidak boleh bersikap kasar lagi padanya. jika Bella berhasil memberiku keturunan sebelum kau, maka saat itu aku akan menceraikanmu."

Setelah mengucapkan kalimat yang membuat hatiku semakin hancur, Derrick menggenggam erat pergelangan tangan Bella dan mereka melangkah pergi meninggalkanku seorang diri.

"Hahaha."
aku tertawa, tak ada lagi kata-kata yang mampu kuungkapkan tentang kesakitan yang aku rasakan.

____________________________________

Yang belum follow, follow dulu ya dan jangan lupa vote untuk menghargai karya Author 😊

pecintasenjamu

Duke, Kita Lihat Saja Nanti! [EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang