BAB 14

7.3K 481 66
                                    

Aku masih tidak menyangka Izekiel adalah seorang Kaisar disebuah negara.

Sosoknya yang misterius serta memiliki kekuatan sihir, membuatku tidak tau harus berpikir seperti apa.

Ntah ia adalah seorang malaikat yang diturunkan Tuhan sebagai penolongku dikehidupan ini, atau seorang musuh yang akan menghancurkan kehidupan dan negaraku, akan terlihat setelah ia bisa menepati janjinya atau tidak.
Karena yang kutahu, negara tempat tinggalku memiliki banyak musuh, itulah penyebab Derrick harus berperang dikehidupan pertamaku demi mempertahankan kedaulatan di tanah perbatasan.

Dengan langkah Perlahan aku keluar dari tempat itu, kini aku tak memiliki apapun karena sisa koin emas yang kubawa telah ku selipkan ditas tempatku menyimpan gaun.

Kakiku terus melangkah hingga aku tertegun saat melihat Izekiel bersama kuda yang ditungganginya tak  jauh dari tempatku berdiri.

"Izek? Bukankah kau telah kembali ke negaramu?."

Aku berlari menghampiri Izekiel, ntah mengapa aku merasa senang bertemu dengannya lagi.

"Aku kembali untuk menunjukkan hal menarik padamu Elena."

Izekiel turun dari kudanya, ia menatapku sambil tersenyum.

"Ah, Izek?."

Pekikku keluar begitu saja karena terkejut, saat kedua tangannya memegang erat pinggangku dan menaikkanku kepunggung kuda hitamnya.

"Hahaha, kau sangat lucu El, mengapa kau takut?."

Pipiku memerah karena malu, aku memalingkan wajahku kearah lain tanpa menjawab pertanyaannya.

Izekiel menaiki kuda hitam besarnya dan ia duduk tepat dibelakangku, tangannya meraih tali yang dapat mengendalikan kuda itu. Kini tak ada jarak diantara kami.

"El, berpeganganlah yang erat karna ini akan menjadi perjalanan yang panjang."

Seketika itu, kuda hitam besar yang kami tunggangi berlari kencang, hingga angin bertiup  membuat rambutku berterbangan mengenai wajah Izekiel.

Setelah beberapa jam berlalu, Kami tiba disebuah hutan belantara yang gelap, seketika itu Izekiel memelankan kudanya.
Ia mengulurkan tangannya kedepan, hingga sebuah portal besar muncul.

Kuda yang kami tunggangi masuk ke dalam portal itu, dengan perasaan takut aku memejamkan mataku, hingga sekejap ketika aku kembali membuka mata, tampaklah sebuah kota yang sangat indah.

Sebuah peradapatan yang tampak maju dari negeri tempat tinggalku.

Gedung tinggi dan kastil besar dibangun dengan mewah berlapiskan emas.

"Selamat datang di tanahku Elena."

Ucap Izekiel yang telah turun dari kudanya, ia mengulurkan tangannya isyarat membantuku menuruni kuda itu.

                           ***

Kami berjalan beringingan memasuki Sebuah Istana yang begitu besar, para ksatria berpakaian zirah besi berbaris rapi menyambut kedatanganku bersama Izekiel.

"Silahkan Yang Mulia."
Ucap seorang lelaki berambut putih panjang yang kulihat tadi.

"El, ini adalah ajudanku. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa memanggilnya."

Seketika lelaki itu mengangguk pelan dan membungkukkan tubuhnya.

Tanpa sempat membalas penghormatan darinya, Izekiel mengajakku ke sebuah ruangan perjamuan yang luas.

Berbanding terbalik dengan ruangan makan dikastil Dominion.

Para pelayan bergantian menghidangkan berbagai makanan mewah yang tampak lezat, kulihat hidangan itu berbeda dengan yang biasa ku makan.

Dengan wajah yang ramah, perlahan seorang pelayan membantuku meraih beberapa menu dan meletakkannya di piringku.

Siang itu aku menikmati hidangan lezat yang menurutku sebagai sarapan sekaligus makan siangku.

                              ***

Berlatar pemandangan hutan hujan dibalik dinding kaca,  Aku dan Izekiel duduk disebuah ruangan dimana bagian dinding lainnya dipenuhi lukisan dari para kaisar terdahulu.

Lampu serta hiasan mewah terpajang dengan rapi, aroma harum dari lilin yang menyala membuatku yang menghirupnya merasakan ketenangan.

Para pekerja diistana ini terlihat berbahagia, karena raut wajah mereka selalu menampilkan senyuman.

Meski budaya dan pakaian yang mereka kenakan sangat jauh berbeda dengan negaraku, namun aku tidak merasakan hal yang tidak nyaman.
Sebaliknya aku malah tidak ingin pulang.

"Yang Mulia, jika aku mengunjungi negaramu dengan kereta kuda, berapa lama aku akan sampai?."

Tanyaku pada Izekiel yang sedari tadi diam menatap wajahku.

"Panggil aku Izek seperti biasa kau memanggilku."
Tegas Izekiel dengan nada yang tidak suka.

"Tapi kau seorang kaisar."
Jawabku dengan cepat, sambil menikmati teh yang dicampur dengan madu.

"Meski begitu, aku lebih senang saat kau memanggil namaku, Elena." Keluhnya pelan, sembari mengekspresikan wajah yang tampak kecewa.

Seketika itu perlahan aku menganggukkan kepala, karenanya aku juga lebih nyaman saat kami saling memanggil nama.

Sembari tersenyum ia kembali menjawab pertanyaanku sebelumnya. "Jika kau kemari menggunakan kereta kuda. Maka kau akan sampai setelah tiga bulan tanpa beristirahat."

Seketika aku tersedak setelah mendengar jawaban yang dilontarkan Izekiel.

"Selama itu? Apakah negerimu sangat jauh? Bukankah kita kesini tak sampai setengah hari?."

Tanyaku lagi, karena aku sangat penasaran dengan penjelasan Izekiel.

"Itu karena kita kesini melalui sebuah portal yang tersambung dengan negaramu, yang membuatnya lama karena negara kita dibatasi oleh lautan."

Pungkasnya, dan kemudian Izekiel meminum teh itu sampai habis tak tersisa.

"Izek, katakanlah dengan jujur. Apakah benar kau tidak akan melakukan apapun terhadap negaraku?."

Tanyaku lagi karena aku memiliki kekhawatiran yang mendalam mengenai tempat tinggalku.
Setelah melihat prajurit perang yang tampak kuat dan peralatan perang yang lengkap serta memadai.

"Mengapa kau selalu menanyakan itu? Dan lagi bukankah kau ingin memiliki tempat tinggal baru?."

Izekiel, meraih tanganku dan kemudian menggenggamnya.

"Meski aku membenci Duchy dan kaisar yang telah membuat persyaratan yang merugikanku, tapi aku tidak ingin adanya pertumpahan darah, karena aku sangat membenci perang."

Dengan wajah dingin nan mempesona, Izekiel menatapku. Tiba-tiba saja ia  meletakkan tanganku dibibirnya, ia mengecup pelan punggung telapak tanganku, Hingga aku tertegun.

"Aku berjanji tidak akan melakukan apapun yang membuatmu menjadi sedih Elena."

Pungkasnya, hingga akhirnya kami membicaran hal lain mengenai Dame, pelayan yang berhasil ditangkap Ajudan Izekiel saat akan kabur kesebuah kota tempat tinggalnya.

____________________________________

Gimana babnya? Apakah ada keluhan lagi?
Spill dikomen guys 🗿

Duke, Kita Lihat Saja Nanti! [EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang