𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟐 🥀 "𝐎𝐏𝐏𝐀"

275 31 17
                                    

🍁🍁🍁

Meski masih penuh tanya soal siapa pria asing itu, Rania tetap melangkah perlahan, membantu menata makanan di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski masih penuh tanya soal siapa pria asing itu, Rania tetap melangkah perlahan, membantu menata makanan di meja makan.

Pria tampan tersebut duduk dengan tenang, lalu mengambil sebuah piring dan meletakkannya di depan Rania.

"Duduklah. Ini sudah malam, kau harus makan," ucapnya lembut, suaranya yang tenang mendamaikan hati Rania yang sebelumnya dipenuhi kecurigaan.

Meski awalnya mengira pria ini mungkin berbahaya, sikapnya justru berbeda dari yang ia bayangkan. Semakin penasaran, Rania akhirnya duduk. Ia melipat tangannya di atas meja, lalu berbicara dengan hati-hati.

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa bertingkah seolah ini rumahmu? Dan, bagaimana kau bisa masuk?" tanyanya dengan nada tegas, matanya terus mengawasi pria itu.

Pria tersebut berhenti sejenak, menuangkan makanan ke piring Rania. "Jangan banyak bicara. Makanlah dulu," titahnya sambil tetap menyiapkan makanan tanpa menoleh sedikit pun.

Rania merasa sedikit tersinggung. Ia menarik napas dalam-dalam, menatap tajam pria di hadapannya.

"Tidak! Aku tidak akan makan masakanmu! Siapa tahu kau menaruh racun di dalamnya, lalu mencuri barang-barang di rumahku!" ujarnya dengan suara yang meninggi, matanya membelalak penuh kecurigaan.

Pria itu hanya tertawa kecil, seolah-olah tuduhan Rania tidak ada artinya. "Terserah apa maumu," jawabnya sambil mulai menikmati makanannya dengan tenang.

Rania semakin geram. Ia terus memandangi pria di hadapannya, sementara suara perutnya yang lapar semakin sulit diabaikan.

"Ya! Tidak sopan jika kau-"

Sebelum sempat menyelesaikan ucapannya, pria itu dengan cepat memasukkan sepotong daging ke mulut Rania. Gerakannya begitu cepat dan tak terduga, membuat Rania terkejut, matanya membulat sempurna.

"Kau akan tahu siapa aku saat Eomma dan Appa pulang," ucap pria itu sambil menatapnya sekilas.

Rania masih kebingungan. "Eomma? Appa? Apa maksudmu?"

Pria itu tersenyum tipis, menunduk lagi ke makanannya. "Ya. Jangan khawatir, aku sudah cukup kaya. Tidak ada yang perlu kucuri dari rumah ini," ucapnya dengan nada sedikit sombong, membuat Rania mendengus kesal.

"Cih, benar-benar menyebalkan!" gerutunya dalam hati, sementara pria itu melanjutkan makannya tanpa peduli.

Rania, yang sudah merasa kesal, bangkit berdiri, berniat kembali ke kamarnya untuk menelepon Eomma. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar pria itu memanggil namanya dengan suara lembut.

"Rania... duduklah. Temani Oppa makan. Oppa tidak suka makan sendirian," pintanya dengan nada penuh kelembutan, senyuman manis menghiasi wajahnya.

Hati Rania sedikit melunak, rasa bingungnya semakin bertambah. Ia kembali duduk perlahan, memandangi pria yang kini memanggilnya 'Oppa'.

𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐓𝐞𝐫𝐥𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang