𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟏𝟐 🥀 𝐋𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐫𝐚𝐡.

111 16 6
                                    

Yoongi memeluk Rania erat, seolah itu adalah pelukan terakhir yang bisa mereka bagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoongi memeluk Rania erat, seolah itu adalah pelukan terakhir yang bisa mereka bagi. Tangis Rania pecah, tak mampu lagi menahan luapan perasaannya. Di balik setiap isak, ada rasa cinta yang mengoyak hatinya, namun juga kesadaran yang perlahan menyeruak. Di depan mereka, ada keluarga yang bahagia. Eomma dan Appa yang tidak pernah tahu ada badai yang melanda di hati kedua anaknya.

Rania tahu, cinta ini tak seharusnya ada. Tapi bagaimana caranya dia bisa menghapus perasaan yang begitu dalam, yang begitu nyata setiap kali ia menatap Yoongi? Tubuhnya bergetar dalam pelukan Yoongi, seolah mencari kekuatan yang ia tahu tidak akan pernah bisa didapatkan.

Yoongi mengusap lembut punggung Rania, meskipun dirinya sendiri juga terluka. Ia tahu mereka harus kuat, meski hatinya terasa seolah remuk. Perlahan, Yoongi melepaskan pelukannya, tatapannya jatuh pada Rania yang masih terisak. Matanya dipenuhi kesedihan, namun ada juga keyakinan yang kuat dalam dirinya.

Dengan suara lembut namun penuh keteguhan, Yoongi mulai bicara, mencoba menahan gejolak emosi di dalam dirinya.

"Rania... ini memang tidak mudah untuk kita, aku tahu. Tapi kita harus berhenti. Aku sayang padamu, lebih dari yang bisa kukatakan, tapi aku juga sangat mencintai Eomma dan Appa. Mereka pantas mendapatkan kebahagiaan, bukan luka dari kita."

Rania menggeleng dalam pelukannya, air mata jatuh tanpa henti. Ia tahu apa yang dikatakan Yoongi benar, tapi itu hanya membuat semuanya terasa semakin sulit.

"Tapi... aku tidak tahu bagaimana harus melupakan perasaanku padamu Oppa. Aku tidak bisa.."Rania tersedu, suaranya lirih dan penuh keraguan.

Yoongi menatap Rania, melihat gadis itu terperangkap dalam dilema yang sama seperti dirinya. Perlahan, ia mengangkat tangan, menghapus air mata di pipi Rania dengan lembut. Dia berusaha untuk tidak terlihat goyah, meskipun hatinya ikut hancur melihatnya begitu terluka.

Dengan nada yang lebih tenang, Yoongi berbicara lagi, seolah berusaha memberikan kekuatan bagi Rania.

"Rania... dengarkan aku. Kita.. bisa melakukannya pelan-pelan. Aku juga merasakan hal yang sama, ini sulit, tapi... kita harus belajar untuk membuang perasaan ini, dan jangan sampai ada yang tau. Aku ingin Eomma dan Appa bahagia, begitu juga dengan dirimu. Kau bisa bahagia meskipun tidak bersamaku."

Yoongi menghela napas panjang, matanya tetap tertuju pada Rania. Dia tahu mereka berdua harus kuat, meskipun terasa sangat berat.

"Mulai sekarang, anggap aku hanya sebagai Oppa, sebagaimana mestinya. Kita harus menjaga keluarga kita, Rania. Demi mereka, kita harus mengorbankan perasaan ini. Aku janji akan tetap berada di sisimu, tapi hanya sebagai kakakmu, tidak lebih dari itu. Percayalah, ini yang terbaik untuk kita berdua, Rania."

Yoongi melihat keraguan di mata Rania, tapi dia tahu bahwa mereka tidak punya pilihan lain. Ia menggenggam tangan Rania dengan lembut, berharap sentuhannya bisa sedikit meredakan kesedihan yang mereka rasakan.

𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐓𝐞𝐫𝐥𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang