Baca cepat di Karyakarsa Aqiladyna ketik nama pena Aqiladyna atau judul cerita.
https://karyakarsa.com/Aqiladyna/raha-part-34Happy reading! 7.2.2024
Berbagai menu makanan dengan kualitas rasa yang lezat telah tersaji di atas meja dimasak oleh koki terbaik yang di perkerjaan di rumah—kini hanya masih dipandangi seorang wanita cantik berusia 35 tahun. Raha Bulrey dengan penampilan elegannya mengenakan dress hitam dengan tataan rambutnya disanggul rapi, warna lipstik maroon meronakan bibir penuhnya yang sangat kontras dengan raut wajahnya yang tegas. Tangannya terulur meraih gelas di sisi meja—menyesap minumannya sembari melirik ke arah kursi yang kosong—tempat di mana suaminya kelak akan duduk. Namun, sepertinya makan malam ini hanya untuk dirinya, sudah satu jam berlalu ia menunggu di meja makan ini tapi tidak ada jejak kepulangan suaminya untuk menempati janji dengannya.Langkah kaki terdengar mendekati meja makan mengalihkan perhatian Raha pada seorang wanita paruh baya mengenakan pakaian pelayan berwarna biru memberi hormat padanya.
"Maaf Nyonya Raha barusan Tuan Matteo menelepon. Beliau tidak bisa pulang karena banyak pekerjaan yang harus ditangani."
Raha menghela napasnya, tanpa kata menggeser kursinya dan beranjak pergi.
"Nyonya... makanannya belum tersentuh, apakah anda tidak ingin makan duluan," kata si kepala pelayan.
"Berikan ke anjing. Matilda," sahut Raha menyebut nama kepala pelayan seraya melanjutkan langkahnya menuju kamar pribadi di lantai atas.Matilda mendesah letih, menatap prihatin pada punggung Nyonya majikannya. Sejak pernikahan hampir 3 tahun lamanya Matilda tidak pernah melihat kebersamaan hangat antara Nyonya Raha dan Tuan Matteo. Padahal kalau disandingkan ketika di altar pernikahan mereka sosok yang sangat serasi dan saling melengkapi.
Memang tidak menutup mata pernikahan hampir 3 tahun lalu terjadi karena perjodohan bisnis. Mendiang Ayah Nyonya Raha—Tuan Jarez sebelum meninggal karena sakit meminta Raha untuk bersedia dinikahkan dengan Tuan Matteo, karena Tuan Matteo lah dianggap mampu melindungi Raha selain kedua orang tua mereka dulunya bersahabat baik.Akan tetapi pernikahan yang diharapkan berbuah manis nyatanya nampak hambar dan datar. Tuan Matteo nampaknya masih memberi jarak meski lelaki itu berusaha berperan menjadi suami untuk Nyonya Raha dan sekaligus sebagai penjabat penting beberapa perusahaan yang dipercayakan padanya. Sejak pernikahan itu pun kejayaan perusahaan di bidang properti keluarga Bulrey dan Wills semakin jaya meski di balik pernikahan yang tidak baik-baik saja.
Matilda menatap makanan tanpa tersentuh di meja, ia pun membereskannya dibantu pelayan lainnya yang menghampiri.
Sementara di dalam kamar Raha duduk di kursi menghadap cermin, memperhatikan penampilannya di pantulan itu. Senyumnya terukir getir mengalihkan tatapannya pada cincin berlian yang tersemat di jemari manis kanannya. Cincin pernikahannya dengan Matteo hampir 3 tahun lalu.
Entah kenapa sudah hampir tiga tahun berlalu sikap suaminya masih menjaga jarak padanya seperti tembok kokoh berdiri menghalangi hubungan ini, padahal Raha sudah berusaha mencairkan hubungan ini agar lebih hangat tanpa adanya rasanya sungkan. Namun tetap saja ia terus gagal.
Ataukah dirinya saja yang bodoh mengharapkan perhatian dan cinta dari suami yang diawali hanya perjodohan bisnis. Hubungan ini terikat hanya untuk saling menguntungkan bukan karena cinta.
Ponsel Raha bergetar dari atas meja nakas, ia menoleh lalu beranjak melangkah duduk di tepi ranjang. Ia mengangkat panggilan itu dan mendengarkan si penelpon bicara."Nyonya Raha... Tuan saat ini bersama dengan seorang wanita."
Raut wajah Raha pias bersamaan manik matanya berkaca-kaca. Ia mematikan panggilan dengan meremas ponsel itu kuat di dalam genggamannya dan tatapannya begitu tajam lurus pada udara.
"Kamu mengkhianatiku setelah keluargaku berikan kejayaaan padamu. Matteo... kamu lelaki sampah," desis Raha. Rasanya begitu sesak, dadanya bergemuruh hebat seakan bola api panas baru saja berguling menghantam jiwanya dan meleburkannya.
Raha tertawa mengusap wajah kusutnya. Jadi sikap dingin itu... dan dengan jarak yang nyata rupanya memang di sengaja karena adanya wanita lain.
Luar biasa!Berapa lama mereka berhubungan, berapa lama suaminya menipunya?! atau memang sejak awal pernikahan ini?
***
Pagi ini Raha duduk di taman belakang rumah di sebuah kursi menghadap meja bundar menikmati sarapannya sendirian. Meski semalaman ia tidak bisa tidur dengan pikiran yang bergelut kusut tak tentu arah. Namun sebisa mungkin Raha menyembunyikan permasalahan yang membelitnya. Penampilan Raha selalu elegan dan berkelas, mengenakan dress nude sebatas lutut dengan rambut yang selalu tersanggul rapi.
Sudut mata Raha melirik pada seorang lelaki berjas hitam menghampirinya seraya memberi hormat padanya. Lelaki itu yang kemarin telah menghubunginya dan dimintanya datang menghadap di pagi ini.
"Pagi Nyonya."
"Apakah mereka masih bersama?"
"Ya. Tuan baru saja meninggalkan apartemen milik wanita itu."
"Siapa dia?"
"Putri dari keluarga Albern yang cukup berpengaruh di kota ini. Dia bernama Della Valorie. Ayahnya salah satu rekan bisnis Tuan Matteo."
"Aku tidak mau tahu seberapa pengaruh nama orang tuanya atau kerajaan bisnisnya. Kamu pasti paham maksudku Hadwin."
"Tentu saya sangat memahami Nyonya."
"Pergilah."
"Baik Nyonya."Hadwin merundukan kepalanya, undur diri melangkah meninggalkan taman belakang.
Kini Raha kembali sendirian menyesap minuman dari gelasnya sebelum ia beranjak untuk pergi keluar. Mungkin dengan menyegarkan pikirannya berkumpul dengan teman-temannya suasana hatinya akan jauh lebih baik.
Raha meninggalkan kediaman mewahnya di antar oleh supir pribadinya bernama Azzo. Tibalah ia di sebuah cafe di mana teman-temannya berkumpul menghabiskan waktu bersama. Mereka sering berempat, di antaranya Vivi, Ashlle dan Ana. mereka dulunya adalah teman satu universitas dengan Raha.
Raha keluar dari dalam mobil melangkah memasuki cafe. Di sana di sebuah kursi mereka sudah berkumpul menunggu dirinya. Raha mengulas senyum ketika mereka menyambut kedatangannya.
Seperti biasa Raha duduk di tengah, mereka membicarakan tentang bisnis suami mereka masing-masing dan juga asmara. Ya hubungan antara suami istri di atas ranjang tidak luput dari pembahasan mereka. Sementara Raha sedari tadi hanya banyak terdiam.
"Bagaimana hubunganmu dengan Matteo?" tanya Vivi membuat Raha hampir tersedak ketika menyesap minumannya."Maksudnya?" tanya Raha meletakan gelas di meja.
"Hubungan ranjang apa lagi, apakah Matteo pecinta yang handal, atau dia terlalu kuat di saat bercinta heh?" sahut Vivi bersemangat. Raha tersenyum getir mengamati wajah-wajah para temannya yang seakan penasaran menunggu jawabannya."Kurasa... aku tidak perlu menjawabnya, karena... itu tidak harus diceritakan," kata Raha membuat wajah para temannya cemberut kecewa.
"Raha memang selalu begitu terlalu tertutup dengan pernikahannya," kata Ashalle.
"Karena suaminya begitu tampan dan sempurna yang sangat mencintainya," timpal Ana sembari tersenyum.
Tampan dan sempurna yang sangat mencintainya. Kata-kata itu mengelitik hati Raha yang berusaha tersenyum di tengah mereka. Walau sebenarnya hati kecil Raha tenggelam dalam kegelapan kesakitan oleh pengkhiatan dilakukan suaminya. Pengkhiatan yang begitu sempurna untuk membodohinya.Tbc