6. Garis Dua

395 99 3
                                    

Baca cepat di Karyakarsa Aqiladyna ketik nama pena Aqiladyna atau judul cerita.

https://karyakarsa.com/Aqiladyna/raha-part-34

Happy reading! 5.5.2024

Matteo merapikan anak rambut menutupi dahi wanita muda yang berdiri di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matteo merapikan anak rambut menutupi dahi wanita muda yang berdiri di hadapannya. Mereka memilih menepi dari pesta. Berada di lantai bawah sebuah balkon ruangan. Matteo memeluk wanita itu dari belakang menghirup aroma manis dari tubuh lembut wanitanya yang selalu membuatnya mabuk kepayang.

"Aku sangat merindukanmu Della, malam ini kamu begitu cantik sekali," puji Matteo semakin jauh menyentuh Della. Pergerakan tangan lelaki itu ketika menyusup di balik gaunnya dan mengelus pahanya dihentikan Della.

Matteo mengerutkan keningnya beradu pandang dengan binar mata indah Della.

"Kamu tidak berencana bercinta di rumah ini kan di mana istrimu di luar sana sedang berada di pesta ulang tahun pernikahan kalian," kata Della tersenyum manja.
"Dia lagi, akhir-akhir ini kamu selalu membahasnya, ada apa sayang?" tanya Matteo memberi jarak.

"Jelas tentu aku akan membahasnya selama dia masih terikat denganmu, bayangannya tidak akan pernah bisa hilang Matteo. Kamu tahu rasanya cemburu heh? aku di sini sebagai kekasih kamu cintai menghadiri undangan ulang tahun pernikahanmu dengannya... di mana orang lain menganggap kalian pasangan sangat serasi. Sementara aku...hanyalah semu," lirih Della dengan manik mata berkaca-kaca.

"Kamu tidak semu, kamu sangat berharga." Matteo menangkup pipi Della yang mengalihkan pandangan darinya. "Aku tahu aku memang lelaki sudah menikah, dan kamu pun sejak awal juga tahu itu, tidak ada yang aku tutupi dari kamu, tapi aku pastikan cintaku hanya untukmu."

"Aku percaya." Della akhirnya tersenyum membuat Matteo lega.

"Sekarang jangan cemberut lagi," kata Matteo dibalas anggukan Della.

"Aku ada kabar bahagia untukmu?"

"Benarkah, apa itu?" tanya Matteo penasaran memperhatikan tangan Della meraih tangannya dan meletakan di permukaan perut rata wanita itu.

"Aku hamil."

Deg, wajah Matteo berubah terkejut. Kening lebatnya nampak mengerut menatap lekat wajah kekasihnya.

"Kamu bercanda?"

"Aku serius." Kali ini Della menatap tajam pada Matteo. "Pagi barusan aku memeriksa dengan alat test pack dan hasilnya garis dua."

"Kenapa bisa? bukankah selama ini kita selalu menggunakan pengaman."

"Ada apa denganmu Matteo? kamu tidak senang dengan kehamilanku? pengaman tidak menjamin aku tidak hamil. Aku sudah telat mensturasi makanya aku memeriksakan diriku."

"Lalu?"

"Lalu? kamu bertanya padaku? Tentu kamu harus bertanggung jawab Matteo! atau kamu tidak ingin janin ini," desis Della mengeraskan rahangnya.

"Bukan seperti itu sayang." Matteo meraih Della ke dalam pelukan. Berusaha membujuk wanita itu dalam kemarahan. "Aku akan bertanggung jawab."

"Kamu akan menceraikan wanita itu?"

Matteo bergeming, raut wajahnya nampak semakin pucat membuat Della bertanya-tanya. Apakah Matteo akan tetap mempertahankan rumah tanggaya dengan wanita itu. Kenapa? bukankah Matteo tidak mencintai wanita itu tidak ada alasan kan untuk tidak melepaskan wanita itu.

"Katakan Matteo kamu akan menceraikan wanita itu kan dan menikahiku?" Della merenggut kerah jas Matteo yang masih bungkam.

"Kenapa kamu diam?!" Suara Della meninggi.
"Della pelankan suaramu nanti ada yang dengar."

"Aku tidak peduli."

"Hei sayang, tentu akan menikahimu... tapi..." Suara Matteo tertahan ketika suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya bersama Della pada seseorang yang berdiri di sana dengan memasang ekspresi terkejut.
Rupanya kepala pelayan Matilda. Wanita paruh baya itu merundukan kepalanya.

"Maaf Tuan saya tidak tahu ada berada di sini." Matilda melirik pada wanita muda bersama Tuan Matteo yang melenggang melewatinya keluar dari ruangan itu.
"Tidak apa Matilda." Kini Matteo melangkah mendekati Matilda menghentikan jalannya ketika di depan wanita itu. " Dia hanya rekan bisnisku, ada hal yang aku bicarakan barusan dengannya."

Matilda hanya semakin tertunduk tanpa berkomentar.
"Jangan beritahukan apa pun pada Nyonya," kata Matteo memperingati.

"Baik... Tuan."
Matteo kembali melangkah meninggalkan ruangan itu.

***
Semakin larut malam pesta semakin meriah yang dihadiri para tamu yang berdatangan. Namun, Raha memilih menepi di balkon taman belakang rumah—sendirian menikmati segelas vodka yang menghangatkan tubuhnya malam ini. Raha merasa jenuh bukan karena ia sendirian menghadapi para tamu sedangkan Matteo beberapa jam setelah pesta berlangsung menghilangkan begitu saja—tentu bersama lacur mudanya Nona Della Valorie.
Sudut bibir Raha menyeringai seraya menyesap minumannya berdiri sembari bersandar pada pilar bangunan. Mungkin di bagian ruangan rumah mewah ini suaminya sedang bermesraan dengan lacurnya, tidak mengapa, Raha akan memberikan banyak waktu kesenangan untuk keduanya hingga sampai puncaknya selesai.

Raha melangkah sempoyongan ke meja menuang minuman kembali untuk mengisi gelasnya, entah berapa banyak sudah ia minum hingga pandangannya mulai buram. Tidak biasanya ia mabuk. Namun malam ini Raha ingin minum sebanyak mungkin hingga ia puas.
Suara jam dinding berbunyi menandakan pukul sudah berganti. Raha kini sudah menyerah untuk minum. Ia berjalan meninggalkan balkon taman bukan untuk kembali ke pesta melainkan untuk ke kamarnya.
Pandangan Raha rasanya semakin berbayang menatap anak tangga menjadi dua. Namun, ia terus memaksakan diri menyeret langkahnya menaiki tangga. Raha hampir jatuh karena hak sepatunya yang tak seimbang, untunglah tubuhnya tertahan dan ia bergeming ketika seseorang menyangga punggungnya dari belakang. Pandangan Raha bertemu dengan wajah tampan seorang lelaki dengan ekspresi dingin dan tegas di balik mata legamnya. Tubuh lelaki itu juga begitu tinggi mungkin 185 cm dengan bahu lebarnya mengenakan jas bercorak hitam begitu kontras dengan kulit tannya. Raha tidak mengenali lelaki ini, mungkinkah salah satu tamu di pesta ulang tahun pernikahannya?

"Anda tidak apa-apa?" suaranya begitu serak dan berat singgah di pendengaran Raha.

Raha mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok lelaki itu. Bisa Raha rasakan rangkulan tangan kokoh lelaki itu di pinggangnya membuatnya terasa terbakar di balik gaun yang ia kenakan.

"Anda ingin ke mana?" tanyanya dengan nada semakin serak mendirikan bulu kuduk Raha. Ah dia tahu ini pasti efek minuman dikonsumsinya hingga mempengaruhi suasana hati dan pikirannya dan ia harus mengakhiri interaksi pembicaraan dengan orang asing ini.

"Kamar, aku... ingin ke kamarku."

"Biar saya antar."

"Tidak, tidak perlu." Raha melepaskan diri dari lelaki itu. Namun sekali lagi keseimbangan tubuhnya tidak stabil dan ia hampir jatuh kembali membuat lelaki itu membantunya lagi. Raha bisa mendengar lelaki itu terkekeh.

"Bahkan berjalan pun anda kesusahan, maka jangan sungkan menerima bantuan saya," kata lelaki itu menuntut Raha menaiki anak tangga. Kepala Raha semakin berat ketika mereka sampai di lantai dua menyusuri lorong panjang menuju pintu kamarnya. Tepat di depan pintu lelaki itu akhirnya melepaskan Raha, membuka pintunya untuk Raha.

Sesaat Raha bergeming menatap tepat di bola mata pekat lelaki itu.

"Selamat malam Nyonya Raha," bisiknya sembari mendaratkan kecupan di bibir Raha menjalarkan rasa panas yang semakin hebat hingga jiwa Raha rasanya hilang tenggelam begitu dalam.

Tbc

RahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang