Baca cepat di Karyakarsa Aqiladyna ketik nama pena Aqiladyna atau judul cerita.
https://karyakarsa.com/Aqiladyna/raha-part-34
Happy reading! 7.2.2024
Matteo Wills
Della Valorie
***
Perhatian Raha teralihkan saat menghirup aroma mint yang menguar di indra penciumannya ketika ia disibukkan mengisi waktu sorenya dengan menata bunga mawar ke vas kosong di ruang tengah yang bunganya baru saja dipetik dari kebun belakang rumah. Raha menoleh pada lelaki bertubuh tinggi dan berbahu lebar tertutup oleh jas hitam, tatapan mata abu-abu yang selalu datar beradu dengan manik coklatnya—seraya lebih mendekat padanya.
Raha memalingkan wajahnya dari lelaki itu ketika berdiri tidak jauh darinya, berusaha fokus kembali dengan apa yang dikerjakannya hingga lelaki itu berdehem seakan kesal padanya.
"Ehhmmm....Apakah kamu tidak lihat aku di sini?"
"Tentu aku punya mata dan melihatmu. Matteo."
Matteo menghela napasnya seraya memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya."Aku dengar dari pelayan kamu menungguku kemarin untuk makan malam bersama."
"Kenapa kamu mempertanyakannya lagi, bukankah kita sudah membuat kesepakatan untuk makan malam bersama dan kamu..." Sudut mata Raha melirik tajam pada Matteo. "Melupakannya."
"Aku tidak melupakannya Raha, aku hanya sangat sibuk dan aku sudah menelpon ke rumah pada pelayan untuk memberitahukan agar kamu tidak perlu menungguku. Lagian... makan malam bersama tidak terlalu penting bukan, kamu bisa makan tanpa menungguku seperti hari sebelumnya."
"Baiklah, mulai hari ini aku akan makan sendiri."
Matteo malah tertawa samar mendengar ucapan Raha.
"Semoga harimu menyenangkan Raha," katanya sembari berbalik meninggalkan ruangan tengah.Manik mata Raha berkaca-kaca menatap punggung suaminya yang semakin jauh dari pandangannya. Senyum getirnya terukir seraya memalingkan wajahnya, membiarkan tangannya yang menggenggam salah satu tangkai bunga mawar yang masih terdapat duri hingga melukai telapak tangannya.
Sakit! ya memang sakit di telapak tangan Raha. Namun hatinya jauh lebih sakit. Hampir tiga tahun diabaikan dalam pernikahan yang hambar berpikir ini hanya masalah waktu untuk mencairkan, nyatanya pikirannya salah... Matteo telah mengkhianatinya, menjebaknya dalam harapan tidak ada ujungnya.
Sebuah fakta yang sampai detik ini terus menikam ulu hatinya, Raha bisa memaafkan kesalahan apa pun orang terdekat lakukan padanya, tapi tidak dengan sebuah pengkhianatan.
"Nyonya!" Raha tersentak pada sapaan Matilda yang berdiri di ambang pintu membawa nampan minuman.
Raut wajah Matilda nampak pucat bergegas menaruh nampan minuman itu ke atas meja lalu mendekati Raha.
"Nyonya, tangan anda terluka."Raha menatap ke arah tangannya yang masih menggenggam tangkai bunga mawar yang durinya tertusuk di telapak tangannya hingga meneteskan darah segar. Raha melepaskan tangkai bunga itu hingga jatuh ke lantai dan kelopak bunganya berhamburan.
"Tunggu, saya akan ambilkan kotak obat untuk mengobati luka Nyonya," kata Matilda ingin beranjak.
"Tidak perlu Matilda, biar aku sendiri," sahut Raha berdiri melangkah melewati Matilda.
Raha melangkah menaiki tangga menuju kamarnya. Namun ketika ia sampai di lantai atas melewati ruang kerja Matteo tubuhnya seketika meremang mendengar sayup-sayup pembicaraan Matteo dengan seseorang di balik ponsel.
Raha menghentikan langkahnya menoleh pada celah pintu yang sedikit terbuka menembus ke dalam ruangan. Di sana Matteo berdiri membelakanginya memegang sebuah ponsel melakukan video call dengan seorang wanita berpakaian minim.
"Tutup tubuhmu Della, aku sekarang ada di rumah."
"Memang kenapa? bukankah kamu suka dengan bentuk tubuhku, setiap kali kita bercinta kamu memujiku atau... kamu takut dengan istrimu?"Tawa Matteo pecah.
"Takut? yang benar saja, tanpa aku dia tidak ada apa-apanya, karena aku lah berperan penting menjalankan kerajaan bisnis keluarganya."
"Apakah kamu akan meninggalkannya?"
"Tentu, tapi kamu harus bersabar sayang."
"Demi siapa?"
"Demi kamu. Semua kulakukan hanya demi kekasih tercantikku ini."
"Gombal. Kamu memang lelaki nakal Matteo."
"Dan si gombal dan nakal ini sekarang merindukan tubuhmu, bibirmu yang manis dan kesempitanmu yang basah dan lembab."Dada Raha rasanya ingin meledak, langkahnya terhuyung mundur menahan air matanya, ia tidak mampu lagi mendengar pembicaraan kotor kedua manusia laknat itu yang membuatnya ingin memuntahkan isi perutnya.
Raha memilih beranjak menuju kamarnya, menutup pintunya rapat. Ia bersandar ke daun pintu meneteskan air matanya yang segera dihapusnya."Aku bersumpah hari ini tangisan terakhirku untukmu... Matteo," desis Raha dalam amarah dan kecewanya.
Tertatih Raha melangkah ke tepi ranjang dan duduk di sana, tenggelam pada rasa sakit yang menyayat jiwanya. Pandangannya menatap pada pigura foto yang memajang foto pernikahannya bersama Matteo di dinding kamar. Raha segera mengambilnya lalu menghempaskannya ke lantai hingga kaca foto itu hancur berserakan.***
Asap cerutu dihembuskan ke udara, sedari tadi Matteo berada di ruang kerjanya karena sebentar lagi ia akan pergi, bukan karena adanya pekerjaan melainkan ia akan menemui Della di apartemen tempat tinggal kekasihnya itu yang sering waktunya dihabiskan di sana, ya, Della Valorie—wanita yang hampir tiga tahun menjalin kasih dengannya di tengah pernikahannya bersama Raha yang begitu hambar.Mungkin ia nampak jahat menyembunyikan cinta terlarang ini hingga sampai detik ini Raha tidak mengendus hubungannya bersama Della, ya karena wanita itu—istrinya memang terlalu sibuk dengan dunianya, sifat datar dan kakunya hanya dihabiskan dengan menata bunga di rumah, berkumpul bersama temannya dan memperlajari bisnis dari belakang. Raha adalah tipe wanita yang membosankan bagi Matteo, lagian pernikahan mereka memang dilandasi dengan pernikahan bisnis untuk saling menguntungkan. Ketika Tuan Jarez dari Ayah Raha detik ingin meninggal lelaki tua itu menyerahkan segalanya pada Matteo meski di bawah kendali Raha yang akhirnya mengikat Matteo dalam hubungan sakral tanpa cinta ini.
Bukankah mereka harusnya berpisah? Namun, Matteo memilih mempertahankan pernikahan karena masih sangat menguntungkannya, selain kerajaan bisnis keluarganya yang ikut berkembang pesat dan juga namanya di dunia pembisnisan yang sangat disegani setelah menikah dengan putri keluarga Bulrey.
Raha hanyalah dijadikan Matteo sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuannya, mengeruk kejayaan dan kedudukan tanpa wanita itu sadari.
Ponsel Matteo bergetar menyentakan pikirannya, ia meraihnya dari atas meja dan tersenyum membaca pesan dari Della yang sudah tidak sabar lagi untuk bertemu. Matteo pun bergegas beranjak meninggalkan ruangannya menuruni tangga dan pergi.
Matteo memasuki mobilnya yang baru keluar dari garasi, tatapannya mengarah pada kamar Raha di lantai dua. Keningnya mengerut memperhatikan Raha yang berdiri di balkon menatap ke arahnya, tatapan yang sulit Matteo artikan yang bisa membuatnya merinding, dan juga tidak biasanya Raha di jam malam ini belum tidur dan malah menyendiri di sana.
Matteo mendengkus mengabaikan tatapan dari istrinya itu, ia tidak harus peduli dengan Raha karena selama ini pun peran mereka jalani masing-masing meski berstatus suami istri. Matteo kembali menjalankan mobilnya keluar dari gerbang rumah yang dibukakan penjaga.
Tbc