8. Amarah

384 107 6
                                    

Pdf Raha bisa kalian beli dengan harga promo terbatas 55k dari harga normal 85k di wa +62 822-1377-8824

Pdf Raha bisa kalian beli dengan harga promo terbatas 55k dari harga normal 85k di wa +62 822-1377-8824

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Matteo membanting pintu apartemennya ketika memasuki hunian itu. Kemarahannya memuncak dengan keputusan sepihak Raha lakukan padanya. Ia menendang meja dan memecahkan guci berada di ruang tamu, dengan napas yang tak stabil Matteo luruh duduk di sofa, pandangannya masih nyalang oleh kabut kemurkaan tenggelam pada ingatan pembicarannya dengan Raha.

"Wanita itu ternyata sangat licik, aku salah perkiraan," desis Matteo.

Dulu ia berpikir menikahi seorang wanita penurut yang banyak menghabiskan waktu di rumah tanpa berkenan terjun langsung menangani perusahaan dan tanpa mengusik urusan pribadinya, meski Matteo akui Raha seorang wanita yang cerdas. Namun setelah tiga tahun ia menduduki kekuasaan di kerjaan bisnis di kedua belah pihak keluarga—Raha seketika mengambil posisinya tanpa ada pembicaraan terlebih dulu.

Rahang Matteo mengeras, ia merasa dihina dan harga dirinya diinjak terlebih pengalihan kekuasaan itu di hadapan seorang kacung rendahan Hadwin.

Sial! Raha seharusnya tidak bisa melakukan ini padanya, ia sudah rela menerima perjodohan, menikah tanpa dilandasi cinta lalu menggantikan kedudukan mendiang Ayah mertuanya di kerajaan bisnis keluarga dan setelah perusahaan semakin berkembang pesat ia begitu saja didepak sangat kejinya.

'Apa alasannya?' Matteo tidak tahu kenapa Raha melakukan ini padanya, tidak mungkin tanpa alasan, meski tiga tahun pernikahan hubungan mereka begitu dingin. Namun, Matteo mengenal watak istrinya itu yang selalu memiliki alasan kuat bila bertindak sesuatu.
'Mungkinkah?' Pupil Matteo melebar, keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya. Ia menebak sendiri alasan Raha begitu merendahkannya karena mengendus hubungan gelapnya dengan Della.

"Ini tidak mungkin kan," gumam Matteo menepis pikirannya itu. Namun kalau benar dugaannya maka Matteo tidak akan terselamatkan. Raha tidak suka pengkhianatan. Matteo mengingat dulu seorang pelayan pernah dipenjarakan karena mencuri perhiasan tanpa rasa pengampunan. Hati Raha akan gelap tanpa rasa kasihan kalau seseorang yang diberikan kepercayaan mencacatinya.

Matteo mengumpat, mengusap rambutnya kasar, rasanya kepalanya ingin pecah memikirkan langkah apa yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa berdiam diri membiarkan Raha terus memojokannya, untuk melawan wanita itu pun dengan hal yang sama nyatanya Matteo tidak memiliki kekuasaan penuh seperti Raha.

"Aku harus memperbaiki semua ini, ya... hanya itu yang bisa aku lakukan mengembalikan kepercayaan Raha seperti awal," gumam Matteo.

Suara ponselnya bergetar dari balik saku jasnya. Matteo merogohnya menatap kontak nama Della di balik layar ponselnya yang sedari tadi terus menghubunginya.
Matteo akhirnya mengangkat panggilan itu.

"Akhirnya kamu mengangkatnya, kenapa sedari tadi kamu mengabaikan telepon dariku?" Marah Della di balik ponselnya.

"Aku sibuk sayang. Maafkan aku."
"Tidak adakah alasan selain sibuk."
"Aku tidak bohong, ada sedikit masalah di perusahaan."
"Aku tidak peduli itu urusanmu, tapi aku minta kamu tetap mengutamakanku Matteo."

"Ya Maaf, lain kali aku tidak akan mengecewakanmu lagi.  Jangan marah lagi ya."

"Aku ingin kita bertemu dan bicara."
"Sekarang?"
"Ya sekarang."

"Bagaimana nanti malam saja, sekarang masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."

"Matteo biasanya kamu akan langsung menjawab ya untuk menemuiku lalu kenapa kamu sekarang banyak alasan, atau karena kehamilanku ini?"

"Itu tidak benar, aku bahagia kamu mengandung darah dagingku, tapi kamu juga harus mengerti pekerjaan ini juga penting untukku dan untuk masa depan kita."
"Baiklah, nanti malam jemput aku jangan sampai terlambat."

"Ya pasti, aku mencintaimu."

Kelopak Matteo terpejam sesaat ketika panggilan telah berakhir. Matteo menghela napasnya bersandar ke kursi menatap plafon ruangan.

Kekasihnya Della kini telah berbadan dua lalu kedudukannya di perusahaan telah tergeser, lengkap sudah ia berada di titik keterpurukan dalam hidupnya.
"Raha kamu tidak bisa melakukan ini padaku," gumam Matteo mengepalkan tangannya.

***

Malam hari Raha baru kembali ke rumah, hampir 8 jam berada di kantor membuatnya cukup letih. Namun ia mulai menyenangi terlibat langsung terjun di perusahaan berinteraksi dengan para karyawan, staf dan juga bertemu dengan beberapa kolega bisnis.

Ternyata ada banyak kejanggalan Raha temukan, tentunya tentang sebagian keuntungan dari perusahaan yang disembunyikan Matteo darinya. Lelaki itu begitu lihai berperan dan menikmati sebagian keuntungan dari perusahan untuk diri pribadi. Tentu untuk kesenangannya bersama wanita lacur itu.

Namun mulai detik ini Matteo tidak akan memiliki akses penuh terhadap perusahaan keluarganya karena Raha bersama Hadwin lah yang akan menghandel keseluruhannya.

Langkah Raha memasuki rumah disambut kepala pelayan Matilda yang memberi sapaan hormat.

"Anda mau makan malam atau minum sesuatu dulu Nyonya?"

"Hanya minum, buatkan aku kopi tanpa gula antarkan ke kamar Matilda."

"Baik Nyonya."

Raha melangkah menaiki tangga. Namun jalannya tertahan ketika tiba di pertengahan. Keningnya mengerut pada sebuah kejadian ia hampir terjatuh dari tangga karena hak sepatunya yang tak seimbang menompang kakinya lalu seseorang menahan tubuhnya dari belakang—sosok lelaki tinggi dengan aroma parfum cendana. Namun setelahnya Raha tak ingat apa pun apa lagi menggambarkan raut wajah lelaki itu.

"Ada apa denganku, apa kejadian itu hanya mimpi atau halusinasiku," gumam Raha bingung melanjutkan langkahnya menuju lantai dua.

Kini Raha sudah berada di kamar, menaruh tasnya di atas meja, ia melepaskan pakaiannya melangkah menuju kamar mandi, memilih berendam di bathtub dengan sabun aroma vanila mungkin adalah pilihan yang tepat untuk menghilangkan letih mendera tubuhnya meski tidak dengan hatinya. Ya tentu saja Raha masih menyimpan rasa sakit hati yang luar biasa menyengat akan pengkhianatan dilakukan Matteo padanya. Walau akhirnya Raha satu persatu akan membalas pengkhianatan itu dengan cara kejam dan licik. Rasa kasihan dalam hati Raha untuk Matteo sudah ia tepiskan sangat jauh. Harapan dan mimpi tentang rumah tangga bahagia telah ia kubur begitu dalam di lautan luka. Maka yang sekarang hanya api dendam yang berkobar membalas segala rasa sakit ini.

Suara ketukan di kamar mandi mengenyahkan pikiran Raha.

"Nyonya kopinya saya taruh di atas meja."

"Ya Matilda, terimakasih."

"Nyonya ini... ada kiriman bunga."

Kening Raha mengerut memang dari siapa?

"Taruh saja di atas meja."

"Baik Nyonya, saya permisi selamat malam."

Selepas berendam Raha menyambar jubah handuk putih membungkus tubuh telanjangnya, Raha keluar dari kamar mandi menatap pada buket bunga mawar merah di atas meja. Ia pun meraihnya mengambil kartu ucapan dari selipan bunga itu.

'Selamat malam untuk istriku—Matteo.'
Raha tersenyum getir ketika selesai membacanya lalu membawa bunga itu dan membuangnya ke tong sampah.

"Sungguh bodoh," gumam Raha dengan manik mata berkaca-kaca. Matteo pikir ia mampu dirayu dengan bunga seperti merayu seorang wanita lacur? maka Matteo salah. Apa pun Matteo lakukan untuk memperbaiki hubungan yang sudah terlanjur cacat akan berakhir sia-sia. Hati Raha sudah beku dan mati yang tak akan mudah dicairkan lagi.

tbc

RahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang