10 Menghilang

377 104 6
                                    

Cerita Raha insyaallah akan di tamatkan di watty.

Pdf Raha bisa kalian beli  di wa +62 822-1377-8824

Raha menatap kosong ke luar kaca mobil pada kegelapan malam yang menyelimuti bumi, jam tangannya yang menunjukan angka 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Raha menatap kosong ke luar kaca mobil pada kegelapan malam yang menyelimuti bumi, jam tangannya yang menunjukan angka 23.30 di mana ia biasanya akan beristirahat di kamarnya. Namun sekarang kegiatannya telah berubah karena perusahaan yang telah beralih padanya yang harus ia tangani dan ia sangat berterimakasih pada Hadwin kaki tangannya yang turut banyak membantunya di perusahaan.

Mobil telah memasuki pintu gerbang yang dibukakan penjaga dan kini mobil berhenti di depan teras. Azzo bergegas keluar dari mobil membukakan pintunya untuk Raha.

Ketika Raha keluar dari mobil ia memperhatikan mobil hitam milik Matteo bertengger di halaman rumah, sangat tumben sekali Matteo pulang karena biasanya suaminya itu jarang pulang atau lebih memilih menghabiskan waktunya di luar tentunya bersama pelacurnya itu. Lagian seharian ini Matteo juga tidak menampakkan batang hidungnya di perusahaan. Lalu apa menyebabkan Matteo pulang ke rumah sungguh membuat Raha penasaran.

Raha mengayunkan kakinya mengenakan sepatu hak tinggi, menaiki teras hingga memasuki rumah. Langkah Raha baru terhenti ketika mendengar deheman dari seseorang hingga membuatnya menatap ke arah sumber suara.
Di meja makan Matteo di sana seraya tersenyum ke arahnya. Lelaki itu bahkan menghampiri Raha kini berdiri di hadapannya.

"Aku sedari tadi menunggumu," kata Matteo dengan senyum yang masih nampak di sudut bibirnya.
"Menungguku, untuk apa?" tanya Raha heran.
"Ya untuk makan malam kita yang tertunda."
Raha tertawa getir sembari bersedekap.
"Untuk apa kamu melakukan ini?"
"Memang kenapa, apa aku salah menebusnya karena aku melupakan makan malam kita dulu?"

"Ya Matteo, apa kamu ingin memperbaiki keadaan? kemarin malam kamu mengirimkan bunga dan sekarang mengajakku makan malam bersama, asal kamu tahu semua yang kamu lakukan itu tidak akan mengubah keputusanku tentang kedudukanmu."
Raut wajah Matteo yang tadi berseri berubah pucat, bahkan rahang lelaki itu nampak mengeras.
"Nikmati makan malammu Matteo, karena... aku sudah biasa makan sendiri," sindir Raha berbalik melangkah pergi. Namun jalan Raha tertahan sebentar, wajahnya menoleh sedikit pada Matteo yang berdiri di belakangnya.
"Kamu seperti seorang yang penakut Matteo, apakah kamu tidak menyangka aku mampu menjalankan bisnis keluargaku tanpamu? maka jangan terlalu percaya diri," kata Raha sembari melanjutkan langkahnya.

Kening lebat Matteo mengerut memperhatikan punggung Raha semakin jauh dari pandangannya. Ia mengumpat keras membenci situasi ini, padahal ia berharap mampu mencairkan suasana buruk di antara ia dan Raha. Namun, Matteo mengerti hubungannya memang tidak pernah baik dengan Raha—mungkin terlihat aneh ketika ia tiba-tiba berusaha mendekatkan diri.
Ucapan Raha terlintas di benaknya, kalimat itu seakan pernah keluar dari bibirnya—bahwa ia tak pernah takut dengan keberadaan Raha yang hanya bisa mengandalkannya untuk menjalankan kerajaan bisnis keluarga wanita itu.
Ya Matteo baru ingat—kalimat itu pernah ia ucapkan pada Della beberapa hari lalu sewaktu melakukan video call di ruang kerjanya di lantai dua. Mungkinkah saat itu Raha mendengarkannya hingga melakukan tindakan yang merendahkan dirinya dengan menyingkirkan kedudukannya di perusahaan.

"Oh shit!" umpat Matteo meremas rambutnya. Semua akan hancur, apa yang ia bangun dan ia pertahankan selama ini akan runtuh begitu saja.

"Aku harus tenang, semua akan kembali normal," gumam Matteo dengan napas tak beraturan.
Ponsel Matteo bergetar dari balik saku jasnya, ia merogohnya menatap nama yang tertera di layar ponsel.
"Tante Fronie," gumam Matteo. Wanita yang menghubunginya adalah Ibu dari Della. Mereka beberapa kali pernah bertemu ketika Della memperkenalkan dengan ibunya itu.

Matteo menjawab panggilan dari Tante Fronie menyapa ramah di balik ponsel.
"Hallo Tante."

"Nak Matteo, maaf menelponmu malam begini."
"Tidak apa kok Tante, memang ada apa Tante?"
"Della, Tante kesulitan menghubunginya sejak kemarin, apakah sekarang dia bersamamu?"
"Ti...dak Tante."
"Ya Tuhan ke mana dia? Tante sangat mencemaskannya."
"Sabarlah Tante, Della pasti baik-baik saja, mungkin dia sekarang bersama teman-temannya."

"Tante sudah menghubungi satu persatu temannya dan mereka mengatakan tidak tahu menahu keberadaan putri Tante. Para teman Della mengatakan Della sering menghabiskan waktu bersama denganmu Nak Matteo."
Kali ini Matteo bungkam tidak mampu menjawab, ia memang memiliki janji dengan Della kemarin malam. Namun ketika ia menjemput wanita itu di apartemen Matteo tidak menemukan keberadaan wanita itu.
"Matteo kamu masih di sana?"

"Ah iya Tante, Della sungguh tidak bersamaku Tante, kalau aku dengar kabarnya aku akan kasih tahu Tante."

"Baiklah, Selamat malam Nak Matteo."

"Selamat malam Tante."

Panggilan berakhir, Matteo menjauhkan ponsel dari telinganya tenggelam dalam pikirannya tentang keberadaan Della yang tiba-tiba saja menghilang.

***
Pagi hari Raha duduk di balkon atas luar kamarnya menikmati segelas teh yang baru diantarkan Matilda. Raha membuka laptopnya memuat berita online yang mengemparkan di pagi ini. Putri dari keluarga Albern menghilang sejak kemarin malam dan sampai saat ini keberadaannya tidak diketahui.

Raut wajah Raha datar ketika membaca artikel berita itu sembari menyesap minumannya. Setelahnya Raha menutup laptopnya melangkah masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.

Usai mandi Raha mengenakan blouse putih di padupadankan dengan rok coklat, mengrias wajahnya dengan make up natural dan menyanggul rapi rambutnya. Raha bersiap pergi untuk memulai kegiatan barunya di perusahaan. Ia menuruni anak tangga sembari menghubungi Hadwin. Namun ponsel lelaki itu tidak aktif sama sekali dan itu jarang terjadi.

"Apa dia sudah di kantor?" gumam Raha memasukan ponsel ke dalam tas lalu melanjutkan langkahnya menuju teras.

Raha memasuki mobil ketika Azzo membukakan pintu mobil untuknya. Tidak lama Azzo telah duduk di kursi kemudi menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah.

"Azzo apa Hadwin pagi tadi datang ke rumah?" tanya Raha.
"Oh Pak Hadwin, ia Nyonya tapi Beliau pergi lagi," jawab Azzo ramah.
"Pergi lagi?"
"Iya beriringan dengan mobil milik Tuan Matteo."
Raha mengerutkan keningnya heran kenapa bisa Hadwin pergi beriringan dengan mobil Matteo, karena Hadwin adalah orang kepercayaannya maka tidak memiliki kepentingan dengan Matteo.
"Apa Hadwin tidak mengatakan apa pun, atau kalian sempat bicara?"

"Tidak sama sekali Nyonya, pagi sekali saya sedang membersihkan mobil melihat mobil milik Pak Hadwin memasuki halaman, Beliau keluar langsung melangkah ke teras dan berpapasan dengan Tuan Matteo. Mereka terlihat terlibat pembicaraan. Namun saya tidak mendengar apa yang dibahas lalu setelahnya Pak Hadwin mengiringi Tuan Matteo pergi dengan mobil berbeda," kata Azzo menjelaskan.

Raha kini tenggelam dalam pikirannya, menerka apa yang sebenarnya terjadi.

Matteo—mungkin saja bisa bertindak gila karena Raha sekarang menggeser kedudukan lelaki itu, maka Raha harus lebih waspada, ia yakin Hadwin bisa mengatasi dari kegilaan suaminya itu.

Tbc

RahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang