Pdf Raha bisa kalian beli di wa +62 895‑2600‑4971
Meja digebrak sangat kuat, Hadwin yang duduk memperhatikan kemarahan yang meluap pada lelaki yang berdiri di hadapannya terpisah oleh meja kerja, rahang lelaki itu mengeras dengan urat menonjol jelas di antara lehernya. Tuan Matteo Wills beberapa saat lalu mengajaknya bicara empat mata ketika ia sampai di rumah untuk menemui Nyonya Raha. Dengan terpaksa Hadwin mengikuti permintaan Tuan Matteo dan di sinilah ia berada—di apartemen mewah Tuan Matteo yang berusaha mengintrogasi dirinya dengan pertanyaan Hadwin sendiri tidak pahami."Sekali lagi aku tanyakan padamu Hadwin, di mana keberadaan Nona Della Valorie?" tanya Matteo berdesis.
Sikap Hadwin masih sangat tenang—membaranikan diri membalas tatapan Matteo."Saya tidak tahu Tuan, berapa kali saya katakan pada anda, tapi anda terus memaksa saya seolah saya penjahat."
"Pembohong! Aku yakin kamu tahu sesuatu, jujur saja Hadwin, aku akan memberikan uang atau apa pun kamu mau, penawaran ini tidak datang dua kali," kata Matteo membujuk.
"Kenapa anda begitu tidak percaya dan marah, lagian untuk kepentingan apa saya tahu keberadaan Nona Della, saya tidak mengenal Beliau dan sama sekali tidak pernah interaksi dengan Beliau sebelumnya."
Kali ini wajah Matteo pias. Tidak mungkin ia melempar tuduhan Hadwin dan Raha bekerja sama untuk menjatuhkan dirinya dan atas menghilangnya Della begitu saja karena Raha mengetahui hubungan gelapnya dengan wanita itu.
Matteo mencondongkan tubuhnya—menatap Hadwin tajam."Baiklah kalau kamu bersikeras bungkam, maka... aku akan mencari jalan lain membuka kebohonganmu. Sekarang tinggalkan apartemen ini."
Hadwin menggeser kursi dan berdiri merapikan jasnya, ia memberi hormat beranjak menjauh. Ketika Hadwin membuka pintu untuk pergi langkahnya tertahan sejenak menatap pada sepatu hak tinggi milik seorang wanita yang berada di sudut sofa, ia tahu itu bukankah milik Nyonya Raha. Setelahnya Hadwin melanjutkan langkahnya keluar dari hunian apartemen itu.
"Shit!" Usai kepergian Hadwin amarah Matteo semakin memuncak—menyingkirkan barang dari atas meja. Ia harus tahu di mana keberadaan Della bagaimana pun caranya, Matteo yakin Raha terlibat dalam konspirasi ini untuk memanipulasi dirinya dan menjebaknya.
Manghilangnya Della adalah kejadian misterius yang sulit dipecahkan karena tidak ada saksi mata dan bahkan cctv di area sekitar hunian wanita itu begitu saja tidak berfungsi. Rasanya tidak mungkin Della memiliki musuh di luar sana—terkecuali Raha, ya... istrinya itu memang mengetahui siapa Della dan peran Della dalam hidup Matteo.
"Lihat saja Raha, kali ini kamu ingin bermain denganku heh..., maka dengan senang hati aku akan meladenimu," desis Matteo yang duduk di kursinya. Ia merogoh saku jasnya meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang yang akan membuat Raha tidak berkutik dan takluk di bawah kendalinya lagi.
"Hallo ini tentang kasus menghilangnya Nona Della, sepertinya aku mengetahui dalang di balik kasus ini," kata Matteo menyeringai.***
Usai dari pertemuan dengan beberapa kolega bisnis malamnya Raha bertemu dengan salah seorang sahabatnya Ana di sebuah cafe yang sering menjadi tempat ngumpul mereka. Kali ini Raha dan Ana hanya berdua tanpa Ashlee dan Vivi yang berada di luar kota. Keduanya saling duduk berhadapan menikmati segelas minuman kopi yang baru diantarkan pelayan.
"Kamu nampak lelah Raha." Ana memperhatikan raut wajah cantik Raha yang nampak pucat.
"Hemm... kamu benar aku sangat lelah, mulai sekarang aku terjun langsung menangani perusahaanku tentu dengan bantuan orang kepercayaanku."
Kening Ana mengerut."Bukankah suamimu yang menjalankan bisnis keluargamu?"
"Tidak lagi."
"Kenapa?"
Raha bungkam memilih menyesap minumannya dan Ana menyadari ketidakberesan hubungan antara Raha dan Matteo.
"Apa Matteo mengkhianatimu?" tebak Ana ketika Raha menaruh gelas di meja. Raha menatap pada Ana yang mencemaskannya.
"Aku tahu itu, kamu tidak perlu menjawabnya." Ana mendengkus.
"Apa yang kamu tahu?""Tentang suamimu dan wanita muda itu."
Deg. Wajah Raha pias menatap tajam pada Ana.
"Apa maksudmu Ana?""Maaf Raha, sebelumnya aku pernah melihat kebersamaan suamimu dengan seorang wanita di pusat swalayan. Mereka terlihat sangat mesra dan aku beranggapan keduanya memiliki hubungan yang sepesial. Namun aku tidak berani mengatakan padamu... takut hatimu tersakiti, aku cukup peduli padamu dan aku ingin yang terbaik untukmu tapi melihat kamu sangat menyedihkan seperti ini aku tidak akan menutupi apa yang kusaksikan."
"Seharusnya kamu mengatakan padaku, mau aku tersakiti atau tidak. pengkhianatan yang dilakukan Matteo berujung merugikan untukku."
"Aku menyesal." Ana meraih tangan Raha mengenggamnya hangat. "Maafkan aku," lanjut Ana memelas.
"Ya lupakanlah... ini bukan salahmu. Hanya aku yang bodoh terlalu berharap 3 tahun dalam pernikahan ini...dicintai suamiku, ternyata aku memang kalah dari awal karena Matteo tidak bersungguh-sungguh dengan pernikahan kami. Rasanya terlalu lelah berjuang sendiri."
"Memang dia saja bajingan, pintar manipulatif dirimu. Tidakkah kamu ingin membalasnya?"
Kening Raha mengerut dengan usul Ana berikan.
"Aku sudah membalasnya dengan mendepaknya dari pimpinan perusahaan, hanya tinggal wanita itu tapi aku kesulitan karena lacur itu menghilang.""Bukan itu saja, tapi dengan cara yang sama Raha."
"Dengan cara yang sama?" Raha mengulang kalimat yang Ana ucapkan."Ya...Raha, selama ini hidupmu terlalu datar, tanpa kamu bisa terpuaskan dengan kesenangan batinmu yang Matteo tidak bisa berikan padahal kamu butuh itu." Ana mengeluarkan ponselnya menujukan pada Raha yang membuat Raha tercengang.
"Tidak." Wajah Raha merona menjauhkan pandangannya dari aplikasi yang Ana perlihatkan.
"Tidakkah kamu ingin mencoba."
"Untuk apa?""Seperti aku katakan... balas dendam, aku yakin Matteo semakin panas dan jatuh dengan kebutalan ini. Bukankah lelaki busuk itu pantas mendapatkannya."
Raha bergeming, ia tidak terlalu menanggapi dengan saran Ana. Ponsel Raha bergetar dari dalam tasnya, ia pun merogohnya dan mengangkat panggilan dari Hadwin.
"Baiklah aku akan pulang."Raha memutus panggilannya dan menyimpan ponselnya kembali
"Ada apa?"
"Ada pihak kepolisian datang ke rumah, sekarang Hadwin sedang menghadapi mereka.""Memang apa yang terjadi?"
"Entahlah, aku juga tidak mengerti."
"Baiklah hati-hati, kalau ada apa-apa hubungi aku."
Raha mengangguk, meraih tasnya, sebelum pergi ia menberikan kecupan di pipi Ana.
"Raha!" panggil Ana ketika selangkah Raha berjalan yang memutar tubuhnya menatap sahabatnya itu.
"Ya."
"Seseorang akan menunggumu besok malam di sebuah club."
"Apa?"
"Kamu harus datang," kata Ana sembari tersenyum lebar.
Raha menghela napasnya memilih meneruskannya langkahhya pergi meninggalkan cafe.Kini Raha sudah berada di dalam mobil yang dikemudian Azzo. Ucapan Ana barusan terngiang di ingatan dan menurut Raha itu adalah hal konyol.
"Balas dendam seperti apa itu, aku tidak akan melakukannya."
Hal terpenting sekarang Raha harus cepat sampai ke rumah, ia tidak tahu untuk apa pihak kepolisian bertamu dan ingin bertemu dengannya.
Tbc