14 Sentuhan Menggila

234 75 2
                                    

Pdf Raha bisa kalian beli  di wa +62 895‑2600‑4971‬

Bisa diBaca lengkap di Karyakarsa Aqiladyna

Bisa diBaca lengkap di Karyakarsa Aqiladyna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Mentari pagi sudah keluar dari peraduan memberikan sinar hangatnya ke tanah bumi. Rainer berdiri di jendela kaca sembari mengisap rokoknya menatap pada langit yang mulai terang, tatapannya beralih pada sosok wanita yang masih berbaring di ranjang—tertidur dengan pulasnya. Sosok wanita yang tidak biasa, begitu berkelas dan mahal.

Nyonya Raha Bulrey—entah kenapa wanita ini memilih menghabiskan satu malam dengan lelaki penghibur seperti dirinya. Awalnya Rainer mengira itu hal wajar dan termasuk gaya hidup wanita kaya raya. Namun bercak darah yang tertinggal di sprai setelah percintaan menjadi saksi bahwa wanita yang ia tiduri tidak pernah tersentuh sebelumnya oleh lelaki.

Ini sangat mengejutkan, apakah Nyonya Raha tidak memiliki suami atau kekasih? Namun, dari cincin berlian yang melingkar di jemari manis kanan Nyonya Raha menegaskan wanita itu sudah memiliki keterikatan dengan lelaki lain.

Rainer mematikan putung rokoknya ke asbak di atas meja, ia melangkah mendekati ranjang dan duduk di tepinya memperhatikan wajah cantik Raha yang terpejam.
"Tidur seperti ini anda luar biasa cantik," puji Rainer mengulurkan tangannya, punggung jemarinya menyentuh pipi Raha hingga membuat pergerakan dalam tidur wanita itu.

Rainer memberi jarak sentuhannya ketika kelopak mata Raha perlahan terbuka. Warna mata yang indah—coklat terang membuat Rainer terkagum ketika bersitatap dengan Raha.

Raha tersentak mengambil posisi duduk.

"Aku melihat mahluk paling indah pertama kali di dunia ini yang bangun di pagi hari."

Wajah Raha memerah, ia menarik selimut dan memalingkan pandangannya dari Rainer.

Raha tidak pernah berpenampilan murahan. Namun kali ini lihatlah dirinya ia telanjang di balik selimut, rambutnya yang sering tersanggul rapi kini terurai berantakan tanpa hiasan make up di wajahnya.

Raha melirik pada Rainer, pandangan lelaki itu masih lekat seakan menguliti Raha hingga membuat Raha panas.

"Jangan pandangi aku seperti itu," kata Raha tegas.

"Anda tidak suka?"

Raha bungkam menatap pada tas miliknya di atas meja nakas, ia meraihnya mengeluarkan dompetnya dan mengambil lembaran uang dari dalamnya lalu memberikannya pada Rainer.

"Untukmu."

"Saya sudah dibayar diawal."

"Anggap... ini tip."

Rainer melirik pada lembaran uang itu lalu tersenyum.

"Apakah ada tip tambahan lagi?" tanyanya.

"Apa ini kurang? aku akan menambahkannya." Raha meraih dompetnya lagi dari dalam tas. Namun Raha terkesiap ketika Rainer menahan pergelangan tangannya. Uang digenggaman Raha pun terlepas hingga berhamburan di atas kasur.

"Saya tidak ingin tip berupa uang. Namun... pandangan Rainer singgah ke belahan dada Raha yang mengintip di balik selimut itu hingga Raha semakin memerah berusaha mempererat genggaman tangannya di selimut itu.

"Saya ingin bercinta dengan anda lagi."

Raha menepis kasar tangan Rainer.

"Tidak, hanya sekali. Setelah ini kita tidak harus bertemu lagi."

"Kenapa? anda tidak suka pelayanan saya atau...."
Pandangan Rainer mengilat menatap pada cincin berlian yang bersinar di jemari manis kanan Raha. "Anda takut suami atau kekasih anda mengetahuinya."

Raha nampak marah mengerutkan keningnya.
"Itu bukan urusanmu, tugasmu hanya melayani majikanmu di atas ranjang."

"Ucapan anda begitu pedas Nyonya."

"Apa kamu tersinggung, tapi aku benar kan."

"Ya anda sangat benar." Rainer meraih tangan Raha mengecup punggungnya membuat Raha memerah.

"Saya senang mengenal anda dan berharap hari ini bukan pertemuan kita yang terakhir."

Raha tertunduk, tidak ada yang ia pikirkan selain kekosongan. Namun di hati kecilnya yang terdalam menyimpan kesedihan yang teramat besar. Akan tetapi ia tak pernah menyesali satu malam yang panas bersama lelaki asing ini.

Cup! Pupil Raha melebar menatap Rainer yang mengecup bibirnya, ketika lelaki itu memberi jarak Raha melihat wajah Rainer begitu nyata. Wajah yang seakan pernah singgah dalam ingatannya, tapi Raha tidak tahu sebelumnya pernah berjumpa di mana.

"Bibir anda manis... sangat manis dan senang mengenal anda. Sampai jumpa di lain waktu," bisiknya serak.

Tbc

RahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang