Chapter 23: [Akhir dari semuanya]

114 7 0
                                    

Orang-orang itu sepertinya bukan begal tapi penculik, mereka memasukkan Karisha ke dalam mobil dan mengikat tangan serta kakinya, Karisha memelototi mereka karena ikatan di tangannya lumayan kencang.

“Ugh sialan. Bisakah kalian memperlakukanku lebih baik? Tebusannya akan berkurang jika aku lecet,” ucapnya sambil meringis.

Penculik yang mengemudikan mobil tertawa mendengar ancamannya, dia tidak terlalu peduli apakah Karisha akan lecet atau anggota badannya putus sekalipun karena mereka tetap akan mendapatkan bayaran.

“Kau pikir kami peduli? Fuahaha pada akhirnya kau akan menjadi mainan kami, kami juga akan mendapat bayaran yang bagus setelah merampok rumahmu,” jelas sang penculik.

Para penculik lainnya mulai ikut tertawa, mereka tidak sabar ingin bermain dengan anak dari salah satu pengusaha terbesar di kota ini. Karisha menatap tajam ke arah mereka semua, dia harus mencari tahu siapa dalang dibalik penculikan ini.

“Kalian, siapa yang menyuruh kalian menculikku hah?! Kalian akan menyesali perbuatan kalian,” bentak Karisha.

Semoga saja mereka terpancing olehnya dan mengatakan siapa dalangnya, dia tidak ingin terlalu lama di culik seperti ini, jadi dia harus menggali informasi dari mereka secepatnya.

Ini bukan pertama kalinya dia diculik seperti ini, kesuksesan orang tuannya tentunya membuat beberapa orang iri padanya, dia juga memiliki beberapa saingan dari perusahaan lainnya.

Mereka semua menggunakan banyak cara untuk menggulingkan perusahaan ayahnya, salah satunya adalah dengan menculik dirinya untuk meminta tebusan atau agar ayahnya tidak jadi memenangkan suatu proyek.

Mungkin jika ditotalkan dirinya sudah diculik hampir tujuh kali dalam kehidupannya ini, karena hal itulah ayahnya memberikan beberapa perhiasan padanya yang telah di berikan alat pelacak.

Karisha telah mengaktifkan semuanya karena itulah sedari tadi dia tidak panik sama sekali karena dia tahu sudah ada beberapa orang yang akan mengejarnya untuk menyelamatkan dirinya. Ada juga sopir tadi yang pasti sudah melapor pada ayahnya.
Dia mengerjapkan matanya ketika melihat seseorang pengendara yang memakai motor sport seperti sedang mengikuti mereka, untung saja para penculik itu tidak menyadarinya.

“Sepertinya kau sangat penasaran, baiklah akan ku beritahu kau siapa yang menyuruh kami menculikmu,” ucap sang penculik.

“...Orang itu adalah teman satu sekolahmu, namanya Liliyana,” lanjutnya.

‘Ternyata dia ya,’ batin Karisha.

Perkiraannya sedikit meleset karena dia pikir kalau yang melakukan ini adalah Leon, tetapi ternyata yang melakukannya adalah si perempuan sok polos itu.

Leon sekarang pasti sanggatlah sibuk untuk menyelamatkan perusahaannya dan tidak akan memiliki waktu untuk mengurus soal penculikan ini.

“Perempuan itu sepertinya sangat dendam padamu, dia bahkan menawarkan tubuhnya sebagai bayaran, hahaha,” ucap penculik lainnya menambahkan.

“Dia terlihat polos tapi ternyata hanya perempuan jalang saja, dia sangat mahir memuaskan kami,” ucap sang penculik.

“Kami bahkan sempat merekamnya,” tambahnya sambil menunjukkan sebuah video di handphonenya.

Karisha melihat ke arah handphone tersebut, dalam hatinya dia menyeringai memikirkan pembalasan untuk Liliyana karena telah berani mengusiknya.

“Kenapa? Syok mendengarnya?” tanya sang penculik.

Mereka semua tertawa ketika melihat Karisha menundukkan kepalanya setelah mereka menunjukkan video tersebut padanya.

Para penculik ini ternyata membawanya ke sebuah gudang tua yang berada di pinggiran kota, mereka memasukkannya ke dalam gudang dan mengikatnya ke kursi.

“Huh mereka meninggalkanku. Ikatannya kencang banget lagi, ini kapan sih yang mau menyelamatkanku datang?” gumam Karisha menggerutu.

Dia bisa mendengar kalau salah satu penculik sepertinya sedang menelepon ayahnya untuk minta tebusan atau semacamnya. Dia hanya berharap kalau orang-orang yang akan menyelamatkannya datang secepatnya sebelum para penculik ini melakukan sesuatu padanya.

“Tapi siapa yang mengikutiku tadi? Sepertinya itu bukan bawahan ayahku deh,” gumamnya bertanya-tanya.

“Apa dia orang baru ayahku ya?” tambahnya

Karisha tiba-tiba mendongakkan kepalanya dan menoleh ke arah pintu masuk gudang, di luar terdengar suara keributan seperti ada seseorang yang bertarung.

“Hmm cepet banget datangnya,” ucap Karisha terkejut.

Sepertinya setelah ini dia harus meminta ayahnya untuk menaikkan gaji mereka karena sudah bekerja dengan sangat baik.

Setelah beberapa menit keributan di luar akhirnya berhenti, sepertinya pertarungan telah selesai dan semoga saja para penculik itu yang kalah.

Pintu masuk gudang didobrak secara brutal, seorang laki-laki yang dikenalnya datang dengan membawa sebuah balok kayu di tangan kanannya.

Penampilannya cukup acak-acakan, apalagi dengan beberapa luka lebam dan baju yang kotor serta memiliki beberapa sobekan di sana-sini. Dia menjatuhkan balok kayunya sebelum menghampirinya dengan raut wajah khawatir.

“Dante?! Kenapa kau di sini?” tanya Karisha.

“Mau main catur. Tentu saja untuk menyelamatkanmu bodoh, untuk apa pertanyaan itu,” balas Dante sebelum menjitak kepala Karisha.

“Aduh! Dante sakit ih! Orang aku cuma nanya,” ucap Karisha dengan wajah cemberut.

Dante menggelengkan kepalanya sebelum membatu memotong tali yang mengikat Karisha, dia melakukannya dengan cukup hati-hati karena takut melukainya.

“Ah akhirnya bebas, tanganku pegal,” ucap Karisha mengelus tangannya yang sempat terikat.

“Sudahlah, sekarang kita harus menelepon polisi agar orang-orang itu bisa di proses secara hukum,” ucap Dante.

Dia meraih tangan Karisha dan menggandengnya keluar dari gudang, Karisha menatap tangan mereka yang saling terjalin sebelum mengalihkan pandangannya.

“Tunggu, sebelum itu ada yang harus ku lakukan,” ucap Karisha melepaskan pegangannya tangannya.

Dia pergi menghampiri salah satu penculik sebelum menggeledah sakunya. Perbuatannya mendapatkan pandangan heran dari Dante.

“Dapat!” seru Karisha sambil menunjukkan handphone di tangannya.

“Apa yang mau kau lakukan dengan benda itu?” tanya Dante.

“Membalas dendam p dalang di balik penculikan ini,” ucap Karisha memperlihatkan sebuah video padanya.

Dante terlihat kaget ketika melihat video tersebut, walaupun dia sudah tahu kalau Liliyana itu perempuan tidak benar tetapi dia tidak menyangka kalau Liliyana akan melakukan sesuatu sejauh itu.

“Perempuan itu ternyata lebih busuk dari yang ku duga,” ucap Dante.

“Ya memang begitu,” balas Karisha.

“Sebentar lagi para bawahan ayahku akan datang kemari, ayo kita tunggu mereka,” ucap Karisha berjalan melewati para penculik yang babak belur dan tidak sadarkan diri.

Dante mengangguk menanggapinya kemudian mengikutinya dan duduk di sebelah Karisha yang duduk di sebuah batang pohon.

Perempuan itu terlihat mengotak-atik handphonenya, entah apa yang di lakukannya karena Dante sendiri tidak terlalu paham jalan pikiran perempuan ini.

“Selesai, besok akan ada berita menggemparkan tentang seorang murid sekolah yang melakukan hal tidak senonoh serta perbuatan jahat lainnya,” ucap Karisha.

“Kau lumayan kejam,” komentar Dante.

“Dia duluan yang mengusik ketenanganku, jadi terima balasannya,” ucap Karisha.

“Jadi jika aku mengusikmu dengan pernyataan cintaku apakah kau akan membalasnya?” celetuk Dante.

“Hah?!” Karisha menatap Dante terkejut, wajahnya memerah karena ucapan Dante yang tiba-tiba.

Dante tertawa melihat reaksinya yang terlihat sangat lucu di matanya, Karisha memukul-mukul punggung Dante dengan kesal.

“Ah kau curang, kenapa kau selalu bisa menggodaku,” rengek Karisha.

Tidak lama kemudian beberapa orang berseragam muncul mendatangi mereka, orang-orang itu adalah para anak buah dari ayahnya Karisha.

Mereka dengan cepat mengurus para penculik tersebut serta membantu Dante mengobati lukanya. Ayahnya serta Adam juga datang setelahnya dan sangat berterima kasih pada Dante yang menyelamatkan putrinya.

***


Pagi-pagi sekali sekolah telah di hebohkan dengan berita seorang murid dari sekolah mereka yang sedang melakukan perbuatan tidak senonoh untuk mendapatkan uang serta membayar orang untuk melakukan penculikan.

Video tersebut sudah tersebar kemana-mana bahkan keluar sekolah, semua orang yang memiliki handphone pasti mengetahui berita tersebut.

Para murid sama sekali tidak menyangka kalau perempuan yang mereka anggap polos ternyata seorang perempuan jalang yang melakukan sesuatu yang bejat untuk memenuhi keinginannya.

Liliyana dibully habis-habisan oleh seisi sekolah dan bahkan beasiswanya di cabut karena perbuatannya yang dianggap merusak reputasi sekolah.

“Daniel, kumohon jangan tinggalkan aku. Berita itu semuanya bohong, tidak mungkin aku melakukan perbuatan seperti itu,” ucap Liliyana dengan air mata berlinang.

“Kau pikir aku bodoh hah! Videonya sudah tersebar dimana-mana, dan kau bilang itu bohong?! Jangan bercanda,” bentak Daniel.

Dia sangat marah mendengar kekasihnya telah berbuat seperti itu di belakangnya, padahal dia sudah memberikan uang bulanan padanya tetapi inilah balasan yang dia dapatkan, sebuah pengkhianatan.

“Kumohon Daniel, percayalah padaku! Hanya kau satu-satunya yang bisa menolongku,” ucap Liliyana memohon.

“MENJAUH DARIKU SIALAN! AKU TIDAK JNGIN BERHUBUNGAN DENGAN PEREMPUAN JALANG SEPERTIMU!” ucap Daniel murka.

Dia menghempaskan Liliyana hingga terjatuh sebelum meninggalkannya, Liliyana hanya bisa menangis meratapi kehidupan yang hancur secara sosial.

Rencananya untuk bisa hidup mewah hancur seketika, mimpinya hilang dan sekarang dia akan menderita, bahkan ada kemungkinan polisi datang menemuinya.


***



Dari rooftop Karisha dan Dante melihat kejadian tersebut dengan wajah datar, perbuatan Liliyana sudah diluar batas, jadi mereka berdua sepakat kalau hal ini adalah hukuman terbaik untuknya.

“Dia sudah hancur, tidak ada yang akan menerimanya lagi,” ucap Dante.

“Ya, kecuali orang-orang dari sisi ‘itu’, mereka akan dengan senang hati menerimanya,” balas Karisha.

“Jadi, apa rencanamu setelah ini?” tanya Dante.

Keduanya duduk di salah satu bangku yang ada di rooftop, bangku itu sengaja di letakkan di sana atas permintaan Karisha.

“Tentunya melanjutkan kehidupanku seperti biasanya dengan lebih santai dan melakukan beberapa hobi,” balas Karisha.

“Begitu ya, belum ada rencana memulai hubungan lagi?” tanya Dante.

“Ah tidak, sepertinya belum ada laki-laki yang berani menyatakan cintanya secara langsung padaku,” balas Karisha menatap Dante dengan seringai nakalnya.

Dante membalas seringainya sebelum berkata, “kalau begitu aku akan menjadi laki-laki pertama yang melakukannya.”

Dante bangkit dari duduknya kemudian berlutut di depannya sambil memegang tangannya, di tangan satunya dia memegang bunga mawar merah.
“Karisha Beryl Giustina, kau perempuan yang sangat menarik, aku menyukai sifatmu yang nyentrik, caramu makan, rambutmu yang unik, aku suka semua tentangmu. Kau menarik minatku, tidak pernah aku seserius ini suka pada seorang perempuan, Karisha jadilah pacarku,” ucap Dante dengan raut wajah serius.

“Kapan kau mendapatkan mawar itu? Dari tadi aku tidak melihatnya,” tanya Karisha menghancurkan suasana.

“Ah kau mengacaukan momen yang ku bangun, jawab dulu pernyataanku ini,” ucap Dante frustrasi.

Karisha terkekeh sebelum membalas, “Baiklah, karena pernyataan cintamu yang terdengar tulus, aku Karisha menerimamu sebagai pacarku.”

Karisha kemudian mengambil bunga mawar tersebut, Dante tersenyum sebelum mencium punggung tangan Karisha.

“Kau ini memang tidak bisa di ajak romantis ya,” ucap Dante lelah.

Keduanya kemudian tertawa. Dante merangkul Karisha, keduanya memutuskan untuk bolos hari ini dan menikmati momen kebersamaan mereka












The End

Karisha: I Am Vilains (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang