Chapter 22: [Diculik?]

74 3 0
                                    


“Sialan! Apa yang terjadi, kenapa mereka tiba-tiba membatalkan kerja samanya?” tanya Leon penuh emosi.

Asistennya kini berada di depannya menundukkan kepalanya tidak berani menatap sang atasan, dia sendiri juga tidak mengerti kenapa para client membatalkan kerja sama mereka.

“Kau, keluar dari ruanganku! Sebaiknya kau cari tahu apa yang terjadi!” bentaknya.

“I-Iya bos, akan s-saya cari tau p-penyebabnya,” balas sang asisten dengan penuh ketakutan.

Tidak mau kembali menjadi sasaran amarah sang bos, Asisten tersebut langsung pergi dari ruangan Leon.
Leon duduk di kursinya sambil memijat pelan kepalanya yang terasa berdenyut, dia baru saja mendapatkan beberapa proyek yang lumayan besar tapi clientnya malah membatalkan kerja sama mereka.

Hal ini juga terjadi pada beberapa Clientnya, bahkan beberapa investor yang mendukungnya kini mulai melepaskan diri darinya.

“Sialan, tidak mungkin kan hal ini terjadi karena pembatalan pertunangan itu? Padahal beritanya tidak tersebar sama sekali,” gumamnya.

Pintu ruangannya di ketuk lalu terbuka sebelum dia mengizinkan orang tersebut masuk, dia hampir saja akan memakinya jika orang tersebut bukanlah rekan bisnisnya.

Melihat rekan bisnisnya, Leon langsung berdiri menyambutnya, “Ah Jhonatan, ada keperluan apa sampai repot-repot datang ke kantorku? Ah silah duduk dulu, aku akan menyuruh OB membuat minuman,”

Jhonatan datang sambil membawa sebuah map coklat, dirinya mendatangi Leon lalu duduk di kursi yang berada di seberang meja Leon.

“Tidak perlu repot-repot, aku kemari hanya ingin memberikan dokumen ini padamu,” ucap Jhonatan dengan datarnya.

Dia menaruh map yang di bawanya ke meja Leon dan menyuruhnya untuk membacanya, Leon mengambil map tersebut lalu membaca dokumen yang berada di dalamnya.

Matanya melotot melihat isi dari dokumen itu, jari tangannya meremas ujung kertas tersebut, Leon harus menahan emosinya agar tidak mengamuk, dia tidak boleh kehilangan martabaknya.

“D-Dengar Jhonatan, ini bukan ulahku oke aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal ini,” ucap Leon mencoba untuk menyangkal perbuatannya.

“Kau pikir aku bodoh Leon? Semua bukti mengarah padamu, tidak usah menyangkalnya lagi. Kau temanku Leon, jadi aku tidak akan memperpanjang masalah ini, tetapi kau harus menandatangani surat pernyataan pemutusan kerja sama ini,” ucap Jhonatan dengan datarnya.

Lagi pula memperpanjang masalah ini hanya akan membuang waktu saja, biarkan waktu yang menentukan nasib dari Leon selanjutnya. Setelah ini Jhonatan memutuskan untuk tidak lagi ikut campur dengan hal yang berhubungan dengan Leon.

Jujur saja, Jhonatan merasa sangat kecewa pada temannya ini, dia sudah sangat mempercayainya dan bahkan menganggapnya sebagai saudara tetapi Leon malah mencoba mengambil perusahaan miliknya.

Atas desakan dari Jhonatan serta ancaman yang di berikan olehnya, Leon pun dengan terpaksa menandatangani pernyataan pemutusan kerja sama mereka.

Dia mungkin akan kehilangan rekan kerjanya tapi yang terpenting asetnya aman serta dirinya tidak masuk penjara, setelah ini dia pasti akan membalas dendam pada Jhonatan karena memperlakukannya seperti ini.

“Setelah ini kita tidak memiliki hubungan apa pun, ku peringatkan padamu juga untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan keluargaku, aku mungkin tidak akan berbaik hati seperti sekarang,” ucap Jhonatan sambil memperingatkannya.

Dia mungkin akan menghancurkan Leon dan keluarganya jika Leon berani berbuat sesuatu yang mengancam keselamatan keluarganya.

Setelah itu Jhonatan pergi dari ruangan Leon, lagi pula dia sudah tidak ada urusan lagi dengannya. Setelah Jhonatan pergi, Leon mengamuk melemparkan barang yang ada di mejanya.

Leon berteriak kesal sambil mengacak-acak mejanya, “SIALAN! GAGAL! SEMUANYA GAGAL! Bagaimana dia bisa tahu soal itu, sial! Pasti ada yang berkhianat padaku.”

Dia terduduk lemas sambil memijat kepalanya yang terasa berdenyut. Rencananya hancur total, sekarang apa yang harus dia lakukan.


***


Beberapa hari ini Daniel terlihat sangat kacau, lingkar matanya agak gelap, suasana hatinya lumayan suram dan dia bahkan sering kali bertindak emosional.

Keadaan keluarganya sedang tidak baik-baik saja, perusahaan orang tuanya sedang berjalan menuju kehancuran, ayahnya bahkan harus menjual beberapa aset miliknya untuk menutupi hutang perusahaan.

Dia juga kena imbasnya karena kendaraan miliknya juga disita oleh bank, banyak berita jelek tentang keluarganya menambah penderitaannya.

Orang-orang mulai menjauhinya dan bergosip tentang ayahnya yang di tuduh melakukan sesuatu yang ilegal, masalah ini membuatnya frustrasi.

Daniel menjadi semakin emosional dan bahkan sekarang hubungannya dengan Liliyana menjadi memburuk karena hal ini.

“Daniel, ayo makan siang bersama. Minggu ini kau sangat sibuk sampai tidak bisa menemuiku,” ucap Liliyana.

Dia memeluk lengan Daniel sambil tersenyum manis kepadanya, sayang sekali hal itu hanya di balas tatapan kosong dari Daniel.

“Maaf Liliyana, mungkin lain kali. Aku punya tugas yang perlu ku lakukan,” balas Daniel melepaskan pelukan Liliyana dari tangannya.

“Ayolah Daniel, sampai kapan kau akan mengabaikanku seperti ini,” ucap Liliyana kesal.

Tadinya dia ingin mengajak Daniel makan bersama dan mengajaknya berkencan sepulang sekolah tapi tanggapan Daniel padanya sangat dingin membuatnya kesal.

Daniel memijat kepalanya frustrasi lalu berkata, “bisakah kau diam, Liliyana? Jangan menambah masalahku.”

“D-Daniel kau... Kenapa kau jahat padaku?! Aku hanya ingin dekat denganmu,” balas Liliyana dengan mata berkaca-kaca.

Liliyana kemudian menangis sebelum berlari pergi meninggalkan Daniel yang terdiam mematung menatap kepergiannya.

Dia tidak percaya Daniel membentaknya barusan, Daniel bisa saja menggunakan kalimat yang lebih halus, tetapi dia malah membentaknya seperti itu.

Rasa kesal dihatinya semakin menjadi ketika mendapati Daniel tidak berusaha untuk mengejarnya sama sekali. Ini sangat keterlaluan, dia tidak percaya Daniel melakukan ini padanya.

Semuanya salah Karisha, kalau bukan karena perempuan itu membuat masalah perihal pertunangan mereka, keluarga Daniel tidak akan mendapatkan masalah seperti ini dan hubungannya dengan Daniel akan baik-baik saja.

“Karisha, Kau akan membayar semua yang kau lakukan,” ucapnya dengan penuh emosi.

Liliyana tidak menyadari kalau ada seseorang yang berdiri tidak jauh darinya mendengar ucapannya barusan.


***

Karisha berdiri di depan gerbang sekolah menunggu sang sopir datang menjemputnya. Tidak perlu menunggu lama, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depannya dengan kaca depan terbuka menampakkan wajah sang sopir pribadinya.

“Maaf membuat Anda menunggu lama, Nona,” ucap sang Sopir sambil membukakan pintu Uuntuk Karisha.

“Tidak masalah pak, aku belum nunggu terlalu lama,” balas Karisha.

Dia masuk ke dalam mobil dan duduk bersandar di kursi belakang, sang Sopir kemudian menjalankan mobilnya menuju arah pulang. Perjalanan tidak terasa sepi karena alunan musik yang menemani perjalanan pulang mereka.

Mobil tiba-tiba berhenti membuat Karisha menoleh ke arah Sopir dengan tatapan heran.

“Ada apa pak? Kenapa berhenti?” tanya Karisha.

“I-Itu Nona. D-Di depan ada yang menghalau kita,” balas sang Sopir dengan paniknya.

Sebuah mobil berhenti di depan mobil mereka menghalangi mereka untuk lewat, beberapa orang berwajah sangar keluar dari mobil mendekati mobil mereka.

“Keluar kalian Berdua! Atau kami hancurkan mobil ini,” ancam mereka.

“B-Bagaimana ini Nona?” tanya sang Sopir.

Kalau lawannya satu atau dua orang dia masih bisa mengalahkannya tetapi jika lawannya sebanyak ini yang ada dia yang babak belur dihajar oleh para begal ini.

“Bapak tenang, biar saya telepon seseorang untuk membantu kita,” balas Karisha sambil dengan santainya mengambil handphone di tasnya.

Orang-orang itu mengelilingi mobil mereka sambil mengetuk kaca mobil menyuruh keduanya untuk keluar, sang Sopir semakin panik melihat hal ini.

“hmm kok enggak di angka sih? Mungkin sibuk, ya,” gumam Karisha.

“Nona Karisha!” panggil sang Sopir.

“Kenapa Pak? Saya sedang mencoba menghubungi seseorang,” Balas Karisha.

“Saya akan melawan mereka, ketika ada celah Saya harap Nona segera pergi dari sini,” ucap sang Sopir dengan penuh tekad.

Karisha mengerutkan keningnya tidak suka, dia kemudian berkata, “Pak, jangan ngada-ngada, Bapak enggak mungkin bisa menang melawan mereka.”

Mana mungkin Sopirnya bisa menang melawan mereka, dia tahu kalau sopirnya ini bisa bela diri tetapi melawan lima orang sekaligus bukan hal yang mudah.

Tanpa menunggu persetujuan dari Karisha, sang sopir keluar dari mobil dan melawan lima orang tersebut, awalnya sang sopir memang bisa seimbang melawan mereka tetapi lama-kelamaan dia kelelahan dan orang-orang itu bisa menumbangkannya.

Mereka mendatanginya dan membuka paksa pintu mobilnya. Bukan itu saja tetapi mereka juga akan menyeratnya pergi keluar.

“Hei, kalian merusak mobilku! Kalian harus menggantinya! Dan juga lepaskan tangan kotor kalian,” Bentak Karisha dengan jengkel.

“Nona Karisha, sebaiknya Anda diam dan ikut kami jika kau ingin selamat,” ucap salah satu dari mereka.

Karisha langsung terdiam, tangannya menyentuh kalung di lehernya. Orang-orang itu kemudian membawanya masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi.

Mereka tidak menyadari kalau Karisha menyeringai karena dia menundukkan kepalanya.

‘Dasar penculik amatir,’ batin Karisha.











To Be Continued

Karisha: I Am Vilains (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang