Chapter 6: [Liliyana diculik]

101 8 28
                                    


Ketika jam pelajaran dimulai Karisha sudah beberapa kali menguap, pelajaran kali ini adalah pelajaran sejarah dan materinya adalah tentang kehidupan manusia purba.

Karisha merasa kalau pelajaran ini tak akan berguna untuknya, lagipula dia tidak ada keinginan untuk menjadi Arkeolog atau bekerja di sebuah museum tertentu.

Kapan pelajaran ini selesai sih?’ batin Karisha bosan.

Melihat ke sekeliling dia mendapati banyak murid lain yang keadaannya tidak jauh berbeda dengannya, ada yang menahan kantuk, ada yang sudah tertidur, dan ada juga yang terlihat serius memperhatikan penjelasan guru di depannya.

Murid tersebut membuat Karisha kagum, bisa-bisanya dia begitu semangat dengan pembelajaran yang menurut orang lain membosankan, lihat saja temannya Alena yang sudah tertidur dengan posisi yang tidak anggun.

Bisa-bisanya dia tidur saat jam pelajaran,’ batin Karisha.

Dia menggelengkan kepalanya dengan kelakuan temannya, semoga saja gurunya tidak melihat ke arahnya atau dia mungkin akan dihukum. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi karena sang guru begitu bersemangat menerangkan materinya.

Karisha menghela nafas sebelum bersandar di kursinya, materi sejarah membuatnya kembali memikirkan masa depan, tentu saja dia tidak bisa mempercayai plot dalam novel seutuhnya.

Walaupun dunia ini mungkin mirip bahkan sama seperti yang ada di dalam novel tetapi bagaimanapun ini adalah dunia nyata, masa depan yang akan datang sulit untuk diprediksi.


Ting Nong Neng


Suara bel membangunkannya dari monolognya, jam pelajaran sepertinya sudah selesai.

“Karena sudah waktunya jam istirahat, Bapak sudahi saja materinya sampai di sini. Terima kasih dan selamat istirahat,” ucap Guru sejarah sebelum pergi.

Para murid bersorak gembira, hilang sudah rasa kantuk mereka tadi, Karisha hanya terkekeh melihat kelakuan mereka yang tidak jauh berbeda dengan teman sekelasnya di kehidupannya dulu.

Sepertinya di sekolah mana pun itu jam istirahat adalah hal yang paling di nanti oleh setiap muridnya. Yah Karisha pun begitu, dia bangkit dari duduknya dan membangunkan Alena sebelum mengajaknya pergi ke kantin.

Perutnya sudah protes ingin diisi makanan.

“Oi Ale, Bangun! Udah istirahat, aku mau makan. Kau ikut tidak?” seru Karisha sambil menggoyangkan pundak Alena.

Alena terbangun dari tidurnya dan menguap sambil mengucek matanya pelan. “Kenapa Sha, pelajaran udah beres?” tanya Alena dengan suara parau.

“Udah dari tadi, kau mau ikut ke kantin enggak?” balas Karisha.

“Ikut, tapi bentar ya, mau ngumpulin nyawa dulu,” ucap Alena sambil bersandar di kursinya.

“Yudah tapi jangan lama, bisa-bisa aku kelaparan,” balas Karisha dengan tidak sabaran.

Setelah Alena mendapatkan kembali kesadarannya sepenuhnya, mereka pun pergi menuju kantin untuk mengisi perut mereka agar mendapatkan energi untuk menghadapi pelajaran selanjutnya.

Sesampainya di kantin mereka pergi memesan makanan kemudian pergi mencari tempat duduk yang masih kosong untuk mereka tempati.

Melihat Alena yang membeli Seblak ekstra pedas membuat Karisha heran. “Bukannya kau tidak di bolehkan makan pedas? Tapi kok sering banget beli makanan pedas,” tanya Karisha.

Karisha sendiri hanya membeli Salad buah dan sebuah Sandwich.

“Justru itu, karena di rumah enggak di bolehin jadinya aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mencicipi semua makanan pedas,” jelas Alena.

Keluarganya melarang Alena makan-makanan yang terlalu pedas karena tak baik untuk kesehatannya, tetapi anak ini sering kali melanggar larangan orang tuanya.

“Terserahlah, tapi jangan keseringan. Kalau kau mati aku tidak punya teman lagi,” ucap Karisha dengan santainya.

“Jahat banget, kau menyumpahi aku mati ya?” ucap Alena kesal.

Karisha hanya tertawa ketika melihat Alena cemberut, menurutnya ekspresi Alena seperti itu sangat lucu membuatnya mau tidak mau ingin selalu menjahilinya.


BRAK!


Seseorang menggebrak mejanya hampir saja membuat makanan mereka tumpah, sontak saja Katisha menatap kesal pada orang yang melakukannya.

“Daniel kau apa-apaan sih?!” tanya Alena kesal.

Tidak memedulikannya, Daniel menatap garang pada Karisha. “KARISHA! Beritahu aku di mana kau menyembunyikan Liliyana hah!” bentak Daniel.

Karisha menatap malas ke arahnya sebelum membalas, “kenapa kau menanyakannya padaku? Aku bukan keluarganya.”

Dia sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan menghilangnya Liliyana, mungkin saja gadis itu menemui laki-laki kaya lainnya untuk dimanfaatkan.

“Jangan berbohong! Aku tahu pasti kau yang menculiknya! Hanya kau yang suka jahat padanya!” bentak Daniel.

“Daniel! Hilangnya jalangmu itu gak ada hubungannya dengan kami! Karisha dari tadi ada bersamaku,” balas Alena.

Dia sama sekali tidak suka dengan Daniel yang membentak Karisha, bisa-bisanya orang ini membentak tunangannya sendiri hanya karena perempuan itu menghilang.

“Sialan kau! Jangan sembarang berbicara,” ucap Daniel.

Dia mengangkat tangannya mencoba untuk menampar Alena, tapi hal itu tidak terjadi karena teman Daniel yakni Andy menghentikannya dengan memegang tangannya.

“Hentikan itu Daniel! Kau tidak boleh seenaknya melakukan kekerasan apalagi pada perempuan, tindakanmu tidak gentle,” Ucapnya.

“Dan kalian berdua. Lebih baik jangan bohong dan katakan yang sebenarnya,” lanjutnya.

“Sudah kubilang aku tidak tahu, bukan aku yang mengerjainya kali ini,” balas Katisha.

Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Daniel kembali memanas, dia akan kembali membentak Karisha tetapi Andy menghentikannya lagi, dia menggelengkan kepalanya sebelum membawa Daniel pergi.

“Sudahlah Daniel, lebih baik kita mencarinya lagi. Maaf mengganggu kalian,” ucap Andy dengan sopan.

“Awas kau Karisha! Jika kau terbukti terlibat, kau akan berurusan denganku,” ancam Daniel sebelum pergi.

Sepertinya mereka memutuskan untuk mencari Liliyana daripada harus bertanya pada Karisha karena hal tersebut hanya akan membuang waktu mereka.

“Apa-apaan mereka itu, datang bikin gaduh lalu pergi seenaknya,” gerutu Alena.

“Kau seperti tidak tahu saja tentang sifatnya,” ucap Karisha.

“Hei Karisha, kau tidak kesal dengan mereka? Dari tadi kau sepertinya tak peduli sama sekali,” tanya Alena heran.

“Bukan begitu, aku hanya malas berhubungan dengan mereka, aku koar-koar bagaimanapun tak akan berpengaruh pada mereka,” balas Karisha.

Dia tidak peduli lagi tentang Daniel, atau setidaknya dia mencoba tuk tidak peduli. Urusan Liliyana kali ini juga memang bukan dia yang melakukannya, dia sedang tidak mood berurusan dengan manusia seperti mereka.

“Kau duduk saja dan nikmati makananmu lagi,” ucap Karisha.


***


Sementara itu Daniel dan Andy sedang panik mencari Liliyana ke sana-kemari, mereka bertanya pada setiap murid tentang keberadaannya.

“Bagaimana ini Daniel? dari tadi sama sekali tak ada yang melihat Liliyana,” ucap Andy.

“Kita terus cari, aku yakin Liliyana masih ada di sekitar sekolah ini,” balas Daniel.

Mereka berdua kembali mencari Liliyana ke setiap penjuru sekolah, mereka berdua bahkan memeriksa setiap toilet karena takut ada seseorang yang mengunci Liliyana di sana, tapi mereka sama sekali tak dapat menemukannya.

“Kita sudah mencari hampir ke setiap tempat tapi belum ketemu juga,” ucap Andy.

Dia berbicara sambil terengah-engah kelelahan karena harus berlari keliling sekolah mencari Liliyana, perempuan itu memang sering kali terkena masalah membuat mereka berdua kerepotan.

“Ugh kita pasti melewatkan suatu tempat,” ucap Daniel frustrasi.

“Oh iya, kita belum memeriksa gudang sekolah,” balas Andy.

Mereka berdua kemudian bergegas pergi menuju ke gudang yang berada di belakang sekolah, tempat itu jarang didatangi oleh para murid kecuali ada barang yang harus disimpan di sana.

Sesampainya di depan gudang mereka berdua mencoba untuk membukanya tetapi ternyata gudang tersebut terkunci, mereka pun memutuskan tuk mendobrak pintu tidak peduli apakah akan di hukum.

Setelah pintu terbuka mereka berdua buru-buru masuk dan mendapati Liliyana yang terbaring lemas di tumpukan potongan kain dengan tubuh terikat tali serta tepung dan telur di sekujur tubuhnya.


“”Liliyana.”











To Be Continued

Author note: jangan asal menuduh seseorang tanpa bukti, nanti kau mungkin akan malu sendiri

Karisha: I Am Vilains (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang