Chapter 18: [Malam pertemuan]

81 1 0
                                    

Malam telah tiba, langit menjadi gelap gulita seolah ditutupi oleh sebuah tirai, hanya bulan dan bintang yang terlihat bertaburan di langit menjadi penerang.

Walaupun langit terlihat cukup indah tetapi tidak dengan suasana hati Karisha sekarang. Pikirannya cukup campur aduk setelah mendengar rekaman tersebut, dia tidak menyangka kematiannya di sebabkan oleh temannya sendiri.

Karisha duduk bersandar  di kursi yang berada di balkon kamarnya, dia menatap langit dengan tatapan kosong. Dia bingung dengan apa yang akan di lakukannya kedepannya, Liliyana adalah temannya di kehidupannya sebelumnya.

Orang yang menjadi pembunuhnya juga dia, dan alasan pembunuhannya juga terbilang tidak terlalu berat, dia di bunuh hanya karena Jean atau yang saat ini bernama Liliyana cemburu padanya, jika dia tahu kalau perempuan itu menyukai pacarnya mungkin dia akan memutuskan untuk tidak pacaran saja.

“Dasar psikopat,” gumamnya.

Tetapi nasi sudah menjadi bubur, masa lalu sudah tidak mungkin untuk di ubah kembali, jadi tidak ada gunanya dia menyesali hal ini. Baiklah, sekarang Karisha sudah memutuskan apa yang akan di lakukan olehnya nanti.

“Mau dia temanku atau bukan, apa yang dia lakukan dahulu tidak bisa dimaafkan. Aku harus sedikit mengubah rencanaku,” ucap Karisha dengan penuh tekad.

Karisha bangkit dari duduknya lalu pergi dari kamarnya menuju dapur untuk mencari makanan, dia harus mengisi perutnya terlebih dahulu agar bisa berpikir dengan lebih lancar. Ayolah, siapa yang bisa berpikir ketika perutnya kelaparan.

Untung saja di dapurnya dia menyimpan beberapa stok makanan, atau lebih tepatnya camilan. Dia mengambil beberapa dan membawanya menuju ke kamarnya lagi.

Sempat terlintas di pikirannya untuk mencari ide di toilet tetapi dia mengurungkan niatnya karena yakin akan merasa tidak nyaman. Lebih enak berpikir sambil makan daripada sambil buang air.

***

Malam ini adalah hari H dimana dirinya dan keluarganya akan bertemu dengan keluarga Daniel untuk makan malam, jadi walaupun enggan Karisha pergi menuju salon bersama dengan ibunya serta Alena, kebetulan Alena mengunjungi rumahnya jadi dia sekalian ikut bersama mereka.

Salon kecantikan yang di tuju adalah salon langganan Aliya. Ibunya itu sudah menjadi pelanggan tetap di sana, dia bahkan sudah saling mengenal dengan pemilik salon tersebut. Karena sudah di salon jadi Karisha memutuskan untuk menikmatinya saja.

Sesampainya mereka di salon tersebut mereka di sambut oleh karyawan di sana, Aliya sudah memesan reservasi beberapa hari lalu jadi sekarang mereka hanya perlu menikmati perawatan yang di sediakan oleh salon saja.

“Terima kasih telah mengajakku ke sini Tante, Karisha. Ah aku sudah lama tidak ke salon,” ucap Alena di sela-sela proses krimbatnya.

“Sama-sama, nikmati perawatan sebaik mungkin, kita pantas mendapatkannya,” balas Aliya.

Sementara keduanya mengobrol Karisha sendiri sudah tertidur pulas karena pijatan karyawan salon yang cukup nyaman, rasanya seperti semua masalah yang ada di kepalanya di angkat seketika.

Karisha terbangun ketika proses krimbatnya selesai, setelah itu mereka pergi untuk mencoba fasilitas pijatnya, pijat yang di lakukan oleh orang-orang terlatih dan tentu saja yang melayani mereka adalah seorang perempuan.

Tidak mungkin mereka mau melakukannya tritmen pijat ini jika hang melakukannya adalah laki-laki.

“Ugh pijatannya sangat enak, sepertinya aku akan tertidur lagi,” ucap Karisha.

“Kau sudah tidur tadi, masa masih ngantuk,” ucap Alena.

Karisha mengangkat bahu tidak peduli lalu berkata, “mau bagaimana lagi, pijatannya sangat nyaman. Iya kan Mah?”

“Um kau benar Sayang, mama juga mulai mengantuk,” balas Aliya sambil sesekali menguap.

Dia juga mengantuk karena pijatan yang sangat nyaman, dia sudah tidak bisa menahan rasa kantuk tersebut dan akhirnya tertidur. Karisha dan Alena terkekeh sebelum tidur mengikuti jejak Aliya.

***

Setelah selesai melakukan beberapa perawatan mereka memutuskan untuk pulang. Sopir Karisha mengantarkan Alena pulang ke rumahnya setelah mengantar Aliya dan Karisha terlebih dahulu.

Sesampainya di rumah, Karisha langsung pergi ke kamarnya untuk mempersiapkan dirinya, dia memilih salah satu pakaian di lemarinya yang menurutnya cocok untuk di pakai di acara keluarga mereka nanti.

Karisha memakai atasan One Shoulder berwarna putih dipadukan dengan celana bahan beludru berwarna cokelat muda, dia juga memakai Baguette Bag berwarna hitam sebagai tempat menyimpan Handphone.

“Sudah aku duga, aku memang terlihat sangat menawan,” ucap Karisha memuji dirinya sendiri.

Dia terpesona oleh penampilannya sendiri yang terpantul dari cermin di depannya. Setelah selesai berdandan Karisha terlebih dulu mengecek handphone untuk memastikan rencananya malam ini akan berhasil.

Dia kemudian turun menemui keluarganya yang sudah berkumpul di bawah dengan mengenakan pakaian yang lumayan mewah.

‘Yah bagus, hari ini sebuah peristiwa penting akan terjadi, setelah ini kita harus merayakannya,’ batin Karisha.

“Sudah siap?” tanya Jhonatan.

Karisha mengangguk sebagai jawaban, “ya, aku siap Ayah.”

Mereka kemudian memasuki mobil dan berangkat menuju restoran tempat mereka akan bertemu, restoran tersebut merupakan restoran bergaya jepang dengan menu yang populer yakni makanan khas jepangnya.

Restoran tersebut terbilang cukup mewah, hiasan dengan tema Jepang sangat melekat dii sana. Jujur saja, restoran ini adalah salah satu restoran favorit Karisha.

“Meja atas nama Leon Frederick,” ucap Jhonatan.

“Tempatnya ada di ruang pribadi, biar saya antarkan,” balas sang karyawan.

Mereka kemudian di bawa menuju ke sebuah ruang pribadi yang mungkin hanya muat untuk sepuluh orang saja, memasuki ruangan tersebut mereka di sambut oleh keluarganya Daniel.

Daniel yang melihat kedatangannya menatap tidak suka ke arahnya, dia menutupi ekspresinya dengan cukup baik sehingga banyak orang tak dapat melihat ekspresinya itu.

“Selamat semuanya, maaf karena kami datang agak telat,” ucap Jhonatan.

“Tidak masalah pak Jhonatan, saya tahu pasti kalau Anda cukup sibuk,” balas Leon dengan santai.

Sementara kedua laki-laki gila kerja tersebut berbicara tentang bisnis, Para perempuan sedang membicarakan banyak hal, intinya mereka semua sedang bergosip.

“Aliya terlihat sangat menawan. Begitu pula dengan Karisha terlihat sangat cantik memakai itu, anaknya tante saja tadi sama diam gitu,” ucap Sindiya.

“Tante bisa saja, tante juga terlihat sangat cantik,” balas Karisha.

“Benar, aku penasaran produk apa yang kau pakai,” tambah Aliya.

Mereka berbincang-bincang sebentar sebelum kedatangan makanan mereka menghentikan obrolan mereka. Mereka kemudian menyantap hidangan yang telah di sediakan, suasana kekeluargaan cukup terasa walaupun agak palsu jika menurut Karisha.










To Be Continued

Karisha: I Am Vilains (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang