Chapter 21: [Pernyataan gila]

86 5 0
                                    

Karisha sekarang sedang duduk sendirian di rooftop memandang ke area sekitar sekolah, tempat ini sebenarnya area ini merupakan area terlarang bagi siswa, tapi siapa yang akan menghentikan Karisha untuk datang ke sini.

Temannya Alena tidak tahu pergi ke mana karena perempuan itu meninggalkannya dengan alasan kalau dirinya ingin menemui seseorang.

“Perempuan itu belum melakukan pergerakan sama sekali padaku, apa karena dia sudah menjadi pacar Daniel ya?” gumam Karisha.

Bilang saja dia paranoid, tetapi mengingat sifat dari Liliyana yang dikenalnya membuatnya harus waspada agar kejadian dulu tidak terulang lagi.

Karisha memandang taman di mana ada Daniel dan Liliyana yang sepertinya sedang makan siang berdua, sebuah seringai kecil terbentuk di bibirnya.

‘Nikmatilah selagi bisa, Liliyana. Sebentar lagi aku mungkin akan mengakhiri semuanya,’ batin Karisha.

Dia sudah memantapkan tekadnya, membiarkan semuanya berlangsung terlalu lama cukup menyebalkan dan ada kemungkinan semua yang di rencanakan olehnya tidak akan berjalan lancar.

Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sosok familiar yang sedang duduk berdua di bawah pohon yang cukup rindang, Karisha tiba-tiba merasa ada yang tidak beres dengan matanya.

“Alena dan Andy? Aku tidak tahu kalau mereka sedekat itu, mereka bahkan berpegangan tangan segala,” ucapnya sambil memicingkan mata dengan curiga.

“Sepertinya setelah ini aku harus meminta pajak jadian padanya,” lanjutnya.

Jika benar kalau Alena dan Andy berpacaran, sebagai temannya dia harus mendukungnya selama hal yang dilakukan olehnya bukan hal yang ilegal.

Tetapi jujur saja, Karisha merasa tertinggalkan. Dia hanya berharap kalau Alena tidak berubah dan masih mau main dengannya walaupun sudah punya pasangan.

“Kau tahu, ini merupakan area terlarang bagi siswa biasa,”

Mendengar suara tersebut membuat Karisha kaget dan refleks menoleh ke belakangnya, dia mendapati Dante yang berjalan santai ke arahnya dengan tangan berada di sakunya.

‘Sok keren amat ni orang,’ batin Karisha.

Cara berjalan Dante masih terlihat seperti dibuat-buat, Karisha tidak tahu dia meniru hal seperti itu dari mana.

“Mengagetkan saja, lagi pula kau juga tahu kan aku bukan siswa biasa,” balas Karisha.

“Tentu saja aku tahu, tapi kau tidak bisa seenaknya ke sini tanpa izin,” jelas Dante.

Dia kemudian duduk di samping Karisha dan bersandar mencari posisi yang nyaman.

“Kau peduli soal itu?” tanya Karisha.

Dia tahu kalau Dante hanya basa-basi saja tapi itu agak menyebalkan karena waktu santainya terganggu olehnya.

“Tidak juga,” balas Dante dengan santainya.

Dia tidak akan melarang Karisha untuk datang ke sini, lagi pula melarangnya akan menjadi hal yang sia-sia karena dia pasti akan tetap datang ke sini lagi.

Suasana seketika menjadi hening, keduanya berdiam diri menikmati kesunyian ini sambil melihat pemandangan di sekitar.

“Hei Karisha, menurutmu jika kau bereinkarnasi ke sebuah dunia yang menyerupai novel fiksi yang tidak nyata dan kita adalah salah satu tokoh jahat di dalamnya, apa yang akan kau lakukan?” tanya Dante tanpa mengalihkan pandangannya.

Karisha menatap Daniel beberapa detik sebelum mengalihkan pandangannya kembali. Sepertinya hal menarik lainnya mendatanginya lagi.

“Kau sudah gila, hal itu tidak mungkin terjadi,” sanggah Karisha.

“Ya kan aku bilang jika, bukan berarti hal tersebut benar adanya,” balas Dante.

Dante ingin melihat reaksi Karisha tapi yang di dapatkannya hanya tatapan yang seolah mengatakan ‘kau tidak waras ya?’ yah sebuah hal yang wajar.

Apa yang di katakan olehnya mungkin memang terkesan agak gila, ya sangat gila. Lagi pula orang waras mana yang akan mempercayai hal seperti itu.

“Kenapa kau memikirkan sesuatu yang kau tau mustahil akan terjadi?” tanya Karisha.

Pertanyaannya Dante membuat spekulasi yang Karisha bayangkan menjadi kebenaran, sepertinya Dante memang sama seperti dirinya atau dia memang pencinta cerita fantasi dan agak gila.

“Hanya bertanya saja, aku hanya ingin tau bagaimana tanggapanmu,” balas Dante.

Karisha menghela nafas sebelum berkata, “apa yang kulakukan jika hal itu terjadi? Aku hanya akan melakukan hal yang ingin ku lakukan saja tanpa peduli plot dan lainnya. Dengar Dante, lihat sekelilingmu dan amati perilaku mereka, apakah menurutmu semua yang mereka lakukan, emosi dan perasaan mereka itu palsu? Hanya fiksi karangan yang tervisualisasikan? Enggak kan?”

“iya sih, kau benar, mereka nyata,” balas Dante.

Dia tidak menyadari keanehan dari ucapan Karisha yang seolah-olah dia yang bereinkarnasi dan dunia ini adalah perwujudan dari sebuah cerita fiksi.

“Tapi aku masih penasaran akan satu hal,” ucap Dante.

“Soal apa lagi,” balas Karisha mulai jengah dengan Dante yang banyak bertan6.

“Rambutmu, apa itu asli?” tanya Dante

Dia menatap Karisha, rambut putih yang dimilikinya terkesan unik karena di sekolah ini tidak ada yang mewarnai rambutnya seperti itu.

Karisha memainkan ujung rambutnya sebelum menjawab, “ini asli, sejak kecil rambutku sudah berwarna putih seperti ini. Katanya aku terkena sindrom Marie Antoinette, keadaan di mana rambut memutih secara tiba-tiba, bisa dibilang ini kelainan genetik, tapi dokter bilang hal ini tidak mempengaruhi kesehatanku sama sekali, hanya agak menyebalkan karena warnanya sangat mencolok.”

“Ah begitu ya. Kukira kau mengecatnya,” ucap Dante.

Sindrom ini bisa terjadi karena stres berlebih atau karena bawaan gen, keadaan di mana rambut kekurangan melamin yang menyebabkan rambut menjadi putih.

Keluarganya tidak ada yang memiliki rambut putih kecuali kakek neneknya yang memang karena umur membuat rambut mereka beruban.

Karisha sendiri memiliki spekulasi bahwa rambutnya seperti ini mungkin karena dirinya pernah mengalami kematian yang menyebabkan trauma mendalam padanya, walaupun sebenarnya dia tidak merasa trauma tetapi dia tidak bisa mengatakan tentang alam bawah sadarnya.

Tetapi jika memang seperti itu kenapa Liliyana dan Dante tidak memiliki rambut putih? Apa karena mereka tidak mengingat bagaimana proses mereka mati?

Tidak ada gunanya dia memikirkan hal seperti itu karena akan membuang waktunya saja.


***


Karisha duduk di depannya komputernya yang berada di kamarnya, jarinya yang lentik dengan lincah menari di atas keyboard, sebuah rumus pemrograman terlihat di layar komputernya.

“Mari kita lihat, apakah tuan Leon yang berwibawa dan di segani itu memang sebaik seperti yang di lihat banyak orang,” gumam Karisha.

Saat ini dia sedang meretas sistem perusahaan Leon serta akun pribadinya, Karisha mengecek semua hal yang berkaitan dengan dirinya, dia sudah melakukan pengecekan ini lebih dari empat jam.

Dia tahu kalau yang dilakukan olehnya ini melanggar kodek etiknya sebagai Hacker karena melakukan sesuatu yang bisa dianggap ilegal.

Walaupun begitu Karisha tetap akan melakukannya karena hal ini berhubungan dengan keluarganya. Memang sih hal ini bertentangan dengan kode etiknya, asalkan keluarganya aman dia akan melanggarnya.

“Yah, sudah tertembus. Ternyata memang memakan waktu cukup lama ya,” gumamannya.

Cukup banyak yang harus dia cek jadi sepertinya malam ini dia akan bergadang, tetapi semua itu akan terbayarkan ketika semuanya terungkap.

Karisha menghentikan kegiatannya sejenak ketika menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, dia tertawa melihat hal tersebut.

“Kau cukup kotor juga ternyata ya.”

“Ish ish, kau telah melakukan banyak hal ilegal rupanya, apa yang akan dikatakan oleh publik jika hal ini diketahui oleh mereka ya?”

Karisha terkekeh sebelum berkata, “besok mungkin terakhir kalinya kau akan merasakan yang namanya kebebasan tuan Leon, ini akibatnya jika kau bermain-main dengan keluargaku.”

Melihat semua data yang didapatkan olehnya membuatnya merasa bangga, dengan semua ini pasti masalahnya akan selesai.

Karisha secara anonim mengirim semua hal kotor yang ditemukan olehnya dari komputer Leon ke beberapa platform media sosial juga mengirim salinannya pada ayahnya.

“Keluarganya ternyata memang tidak ada yang waras. Mereka aneh, lebih aneh dari keluargaku.”

Setelah selesai dengan semua hal tentang Leon, dia hanya tinggal menunggu hasilnya saja. Karisha tiba-tiba teringat dengan seseorang yang sering kali membuat masalah dengannya.

“Liliyana, sepertinya aku juga harus melakukan pengecekan padamu, apakah kau sesuci yang di katakan orang-orang?” tanya Karisha entah pada siapa.

Sepertinya dia akan terlambat datang ke sekolah besok karena malam ini dia harus bergadang agar mendapatkan hasil yang bagus.

“Kau menuai apa yang kau tanam, hati-hatilah karena karma itu nyata,” ucapnya.















To Be Continued

Karisha: I Am Vilains (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang