Chapter 13: [Kau lebih menarik]

90 5 11
                                    

“Sudah aku duga, aku tidak bisa mengandalkan novel itu hanya karena memiliki kesamaan dengan dunia ini,” gumam Karisha.

Karisha duduk dengan santai di kursi yang berada di balkon kamarnya, matanya menatap ke arah Blazer yang terlipat rapi di meja yang ada di depannya.

“Sepertinya Dante juga tidak menyukai perempuan itu, aku cukup penasaran dengan apa yang terjadi,” gumamnya.

Seringai muncul di bibir manisnya. Rasa ingin tahunya tergelitik, penampilan Dante hari ini yang terlihat tidak suka pada Liliyana dan Daniel membuatnya penasaran dengan apa yang menjadi pemicunya.

Tidak mungkin kan dia membenci keduanya begitu saja.

Seringai di bibirnya tidak luntur, matanya menatap ke arah Blazer dengan penuh minat, “siapa kau sebenarnya, Dante?.”

Orang ini menarik perhatiannya, bukan dalam arti romantis, dia sama sekali belum tertarik untuk memulai hubungan lagi sebelum semua masalahnya selesai.

***

“Sialan kau Karisha! Kau benar-benar makhluk menyebalkan, tidak bisakah kau berhenti mengganggu rencanaku?!” ucap Liliyana emosi.

Karena kejadian tadi siang sekarang orang-orang itu mulai tidak suka padanya, mereka mulai curiga padanya. Dia hanya ingin menjadi pasangan Daniel dan menjadi orang kaya saja, apa itu begitu sulit?

“Dan lagi, Dante. Kenapa Antagonis itu sepertinya membenciku, rasanya aku belum pernah menyinggungnya? lagi pula ini belum saatnya dia muncul,” tanya Liliyana kebingungan.

Liliyana merasa kalau plot cerita dunia ini mulai kembali melenceng dari cerita novel yang dibacanya. dia sama sekali tidak mengerti kenapa hal ini terjadi, padahal dia sudah melakukan semuanya sesuai dengan cerita.

“Bagaimanapun caranya, aku harus membuat plotnya kembali seperti semula. Karisha, awal mula Butterfly Effect terjadi padanya,” ucapnya.

“Tidak di kehidupan ini ataupun di kehidupan sebelumnya, kenapa selalu saja ada orang yang menghalangiku,” lanjutnya kesal.

Kehadiran Karisha membuatnya tidak tenang, selama perempuan itu masih ada dia tidak akan hidup dengan bebas. Tapi walaupun begitu, dia tidak bisa begitu saja menyingkirkannya yang mungkin akan mempengaruhi plot cerita.

Perempuan ini masih menganggap semua ini hanya dunia fiksi, dia tidak menyadari kalau ada akhir yang tidak dia duga terjadi.

***

Karisha berjalan santai koridor sekolah sambil menenteng paper bag coklat di tangannya, tujuannya adalah ruangan OSIS, dia ingin mengembalikan blazer milik Dante. Teman sekelasnya memberitahunya kalau Dante sedang ada di ruang OSIS.

Bagaimana pun juga Dante itu ketua OSIS jadi cukup wajar kalau dirinya ada di ruang OSIS. Sesampainya di depan ruang OSIS, dia mengetuk pintu tiga kali sebelum membukanya setelah mendapatkan izin dari orang yang ada di dalam.

Di dalam sudah ada Dante yang telah di sambut oleh Dante yang sedang duduk di sebuah kursi, di meja di depannya ada beberapa dokumen serta buku. Mungkin sebuah proposal untuk kegiatan tertentu.

Dante hanya memakai seragam sekolahnya saja tanpa blazernya, tapi kali ini dengan sebuah kacamata yang bertengger di hidungnya, yang terlihat cukup cocok untuknya.

Dante menghentikan kegiatannya sejenak sebelum bertanya, “ada perlu apa, Karisha?.”

“Aku mau mengembalikan ini,” balas Karisha sambil menaruh paper bag di mejanya.

“Oh, blazernya ya. Kau tidak lupa mencucinya kan?” tanya Dante penuh selidik.

Karisha mendengus pelan sebelum membalas, “tentu saja aku mencucinya!. Blazer mu itu juga terkena jus, yang ada nanti dikerubungi semut kalau enggak di cuci.”

Dia juga tidak enak jika mengembalikan blazernya kalau tidak di cuci terlebih dahulu, dia sudah pernah memakainya jadi sudah sewajarnya dia mencucinya, dan lagi blazernya cukup bau. Apa kata dunia jika seorang Karisha mengembalikan blazer yang belum di cuci.

“Baguslah.”

Karisha kemudian duduk di kursi yang ada di sana, dia cukup pegal berdiri sejak tadi. Hal tersebut membuat Dante mengerutkan keningnya.

“Kenapa kau masih di sini?” tanyanya.

“Aku bosan, lagian apa kau keberatan aku tetap di sini?” tanya Karisha.

“Tidak, aku tidak keberatan,” balas Dante.

Jujur saja, Dante cukup kesepian tinggal di ruangan ini sendirian sementara anggota OSIS yang lain sedang makan siang atau memiliki kegiatan lain. Dan lagi kehadiran Karisha membuatnya cukup nyaman.

“Aku cukup penasaran,” ucap Karisha.

“Tentang apa?” tanya Dante menaikkan sebelah alisnya.

“Kau sepertinya tidak menyukai Liliyana, kenapa?” tanya Karisha.

“Dia perempuan yang cantik, walau tidak secantik diriku. Dia cukup pintar, polos, kenapa kau malah seperti tidak menyukainya,” lanjutnya.

“Ucapanmu memang benar. Dia cantik, pintar, dan juga polos, terlalu polos sampai membuatku muak,” jawab Dante dengan datarnya.

“Ffttt- Hahaha,” Karisha tidak bisa menahan tawanya mendengar jawaban Dante.

Mendengar antagonis lain yang seharusnya mencintai Liliyana malah membencinya membuatnya tertawa, dia semakin yakin kalau dunia ini adalah dunia yang sebenarnya dan bukan dunia fiksi dimana semua hal terikat pada cerita Novel itu.

“Yah, dari pada dengannya, aku lebih tertarik padamu,” ucap Dante tersenyum sambil menahan dagunya di  tangannya.

Tawa Karisha terhenti seketika, dia tertegun menatap tidak percaya ke arah Dante dengan wajah memerah.

"K-Kau, J-jangan ngomong seenaknya, Bodoh!" ucap Karisha gagap.

"Siapa yang ngomong seenaknya? Aku menyampaikan fakta, lagi pula di bandingkan dengannya kau memang lebih menarik, aku suka itu," ucap Dante dengan santainya.

"J-Jangan bercanda! Sial, sepertinya mengurus banyak pekerjaan Osis membuatmu gila hingga ngomong tidak jelas," pekiknya.

Karisha langsung berlari keluar dari ruangan OSIS. Sial, dia terbiasa menggoda orang dan bukannya sebaliknya.

***

Karisha berjalan mengentakkan kakinya menuju meja tempat Alena sedang makan, wajahnya yang masih memerah tertekuk kesal, dia duduk dan langsung menyambar minuman Alena tanpa izin lalu meminumnya membuat sang empunya melotot ke arahnya.

“Hei itu punyaku,” protes Alena.

“Nanti ku ganti. Jangan pelit, lagian kau bukan orang miskin,” balas Karisha kesal.

Melihatnya seperti itu membuat Alena heran. “Ada apa denganmu? Perasaan sekarang kau sedang tidak datang bulan deh.”

“Sialan kau, aku tidak sedang datang bulan,” ucap Karisha.

“lalu?” tanya Alena.

Dia cukup penasaran kenapa Karisha berlaku seperti itu, apa ada seseorang yang mengganggunya lagi? Kalau benar itu terjadi Alena akan menghajar orang itu karena berani mengusik sahabatnya ini.

“Dante sialan itu, beraninya dia menggodaku. Ugh kesel-kesel,” balas Karisha sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

Alena tercengang mendengarnya, tapi kemudian sebuah senyum penuh arti terbentuk di bibirnya. Entah apa yang di pikirkannya tetapi sepertinya dia sedang memikirkan hal bodoh.

“Ada apa dengan senyumanmu itu?” tanya Karisha.

“Ah tidak-tidak, aku hanya sedang senang saja. Sepertinya musim semi akhirnya mendatangimu ya, aku cukup senang,” balas Alena.

“A-apa yang kau bicarakan ini. J-jangan mengada-ngada,” ucap Karisha panik.

Tidak. Tidak mungkin dia menyukai Dante, tidak mungkin juga kalau Dante menyukainya, ucapan Dante tadi pasti hanya bercanda saja. Dia mulai menyesal mengatakan hal ini pada Alena, sekarang dia tidak bisa berhenti memikirkannya.










To Be continued

Karisha: I Am Vilains (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang