Ragu

78 8 7
                                    

Sena akhirnya mengatakan pada sang dokter, bahwa ia tak jadi melakukan pemeriksaan terhadap fisik nya terutama ginjal nya yang akan di donor kan kepada sang putri.

Sena mengatakan pada sang dokter, bahwa ia akan berusaha mencari pendonor ginjal untuk putri nya itu, dan dokter pun mengerti.

Tiga hari Indah di rawat di rumah sakit, Farah selalu datang untuk menemani teman nya itu. Sedangkan Indah tetaplah Indah, gadis itu tersenyum manis menyambut kedatangan Farah. Farah tak habis pikir, bagaimana bisa ia memiliki teman sesantai itu disaat ia memiliki penyakit separah itu.

Astaga... Farah baru tahu kalau teman nya memiliki sifat sesantai itu.

"Ndah, coba dong ceritain ke gue. Gimana bisa Lo menjalin hubungan sama si Presma tampan itu," tanya Farah yang penasaran akut akan hubungan teman nya itu dengan sang Presma.

"Kita berdua di jodohkan dari sebelum orang tua gue dan Mas Langit memiliki anak. Dan perjanjian konyol itu pun ternyata menjadi wasiat Bunda yang di tinggalkan untuk gue,"

"Gue bisa apa? Gue mencoba menerima takdir gue yang saat itu baru lulus SMA harus di hadapkan dengan pertunangan,"

"Tapi... Lo sekarang jatuh cinta nggak sama si Presma?" tanya Farah ragu.

Indah hanya diam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Sedangkan Farah menyunggingkan senyumnya, ia tahu jawaban nya.

"Lo mencintai nya kan?" tanya Farah yakin.

Indah hanya menaikkan bahu nya. Apa perasaan nya bisa di bilang cinta? Tapi jika ia benar-benar mencintai tunangan nya itu, apa ia sanggup melanjutkan hubungan pertunangan ini tanpa di cintai?

Bukankah cinta itu kata nya simbiosis mutualisme? Tapi kenapa pepatah mengatakan persentase tertinggi mencintai itu merelakan?

Jadi ia harus memakai yang mana sebagai pedoman cinta nya?

"Mas Langit nggak mencintai gue," lirih Indah seraya tersenyum.

"Terus kalau Mas Langit nggak mencintai lo, hubungan kalian akan tetap lanjut? Dan lo, akan tetap menjadi pasangan hidup nya?"

"Menikah itu seumur hidup, Ndah. Lo, udah pernah bahas ini sama Mas Langit? Tentang perasaan kalian?"

Indah menggelengkan kepalanya lirih, Farah terkejut. Bagaimana bisa kedua nya tak membicarakan masalah perasaan?

"Gue, terlalu takut untuk mendengar jawaban Mas Langit tentang hubungan ini, Far," ucap Indah lirih.

"Gue pengecut,"

Farah mengerti sekarang, hubungan yang di dasari oleh perjodohan itu nggak semua nya berakhir bahagia dan saling mencintai seperti di novel - novel yang ia baca itu. Melihat bagaimana kenyataan teman nya ini, membuat Farah mengerti. Bahwa menjalin hubungan dengan didasari perjodohan akan membuat salah satu atau kedua belah pihak tersiksa, bukan?

"Gue akan selalu dukung apapun itu keputusan lo. Kalau seandai nya nanti pun harus berakhir, it's okey, Tuhan sedang menyiapkan jodoh terbaik untuk lo. Ya, syukur - syukur kalian bisa sampai menua kan, ber-ikrar janji di hadapan Tuhan?" Farah mencoba menenangkan teman nya itu. Bagaimana pun Indah tidak boleh banyak pikiran, karena akan mengganggu kesehatan nya sekarang.

"Gue ke kampus dulu deh, mau ada jam pelajaran nanti satu jam lagi," ucap Farah seraya bangkit dan berpamitan pada Indah.

"Hati-hati, thanks ya Far," Farah menganggukkan kepala nya. Kini Indah pun terbaring di ruang rawat nya seorang diri. Namun tak lama suara pintu terdengar terbuka, ternyata itu ayah nya.

"Teman mu sudah pulang?" tanya Ayah Sena.

"Iya, dia ada jam matkul," jawab Indah dengan tersenyum.

"Apa yang Ayah bawa?" tanya Indah saat melihat Ayah nya datang dengan sebuah paper bag di tangan nya.

"Makanan buatan Ayah. Ayah tau, kamu pasti sudah bosan kan dengan makanan rumah sakit, hm?" ledek Ayah Sena seraya duduk di kursi sisi brankar putri nya.

"Wah... Ayah memang terbaik. Pantas saja, Bunda secinta itu sama Ayah," Ayah Sena tertawa terbahak-bahak.

"Kata siapa Bunda mu itu langsung jatuh cinta sama Ayah? Oh tidak, Bunda mu itu type gadis yang cuek dan susah buat di kasih perhatian tahu," Indah terkejut, masa sih Bunda nya seperti itu?

"Dulu itu, Ayah mengejar Bunda sampai rasa nya mau menyerah. Ayah lebih baik  berperang di medan perang dengan para musuh, dibandingkan harus meluluh lantahkan hati Bunda mu," ucap Ayah Sena.

"Sesulit itu?" anggukan kepala Ayah Sena membuat Indah tak percaya.

"Bahkan kami sempat berpisah dulu Nak. Bukan karena Ayah yang tak mampu meluluhkan Bunda mu, tapi Ayah hanya tak ingin membuat Bunda mu tak nyaman dengan keberadaan Ayah,"

"Dan sangat kebetulan sekali, saat itu masa tugas Ayah di Yogya sudah berakhir, dan Ayah harus segera kembali ke Bandung. Ayah berfikir kepergian Ayah akan di anggap biasa saja oleh Bunda mu, ternyata Bunda mu kehilangan Ayah," Ayah Sena tertawa dan tersenyum mengingat bagaimana Almarhumah istri nya itu langsung mengatakan cinta pada nya saat pertemuan ke dua secara tak sengaja di Surabaya.

"Terus, Ayah ketemu Bunda lagi dimana?" tanya Indah yang semakin penasaran kisah cinta kedua orang tua nya.

"Di Surabaya. Saat Ayah sedang pulang kampung untuk menengok buyut mu yang sakit kala itu. Dan ternyata Bunda mu ada di Surabaya untuk pertemuan bersama klient nya itu," 

"Wah... Berapa lama ayah berpisah dengan Bunda?"

"Hm... Sekitar 5 tahun. Saat itu Bunda mu sudah sukses menjadi pengacara yang galak. Tapi Ayah kembali dan lagi jatuh cinta pada sosok Ayu yang begitu tegas,"

"Nak... Perjodohan mu dengan Langit, tidak harus berhasil kok. Ayah tahu, perjodohan ini adalah salah satu wasiat Bunda mu, tapi Nak... Jika kamu tidak nyaman dan tidak menginginkan ini, tidak apa-apa. Tidak perlu di paksakan,"

"Ayah tahu, kamu selalu tertekan akan hubungan mu dengan Langit kan? Lepaskan kalau itu membuat mu kembali menjadi putri Ayah yang ceria. Bunda mu tidak akan pernah marah Nak,"

"Mencintai seorang diri itu memang sangat menyakitkan, tapi percayalah Nak... Jangan pernah egois hanya karena kamu mencintai orang itu. Jika kamu mencintai Langit, dan Langit tidak mencintai mu, maka lepaskan. Kamu masih terlalu muda untuk merasakan sakit nya cinta sendirian. Masa depan mu masih panjang,"

Indah tertegun mendengar ucapan Ayah nya. Apah Ayah nya tahu bahwa hubungan nya dengan Langit hanya berjalan di tempat? se-terlihat itu kah?

"Kamu tidak perlu khawatir untuk mengenai kedua orang tua Langit itu. Ayah akan menghadapi nya, kamu putria Ayah, Ayah berhak melindungi mu,"

"Apa Ayah tidak menyukai Mas Langit?" tanya Indah pada sang Ayah.

"Ayah menyukai Langit. Langit laki-laki yang baik dari keluarga yang baik. Ayah nya yang seorang DPRD, dan ibu nya yang seorang pengacara itu, ayah menyukai nya. Ayah senang dan bahagia kalau cinta itu ada di hati mu dan Langit. Tapi tidak untuk hanya di hati mu. Kamu bisa memutuskan hubungan ini, sebelum cinta mu meluas dan membuat mu menjadi terobsesi oleh Langit,"

"Ayah tidak mau melihat putri Ayah kesakitan hanya karena tidak di cintai oleh suami nya kelak. Menikahlah dengan laki-laki yang cinta nya lebih besar dari mu, dan menikahlah saat kamu telah menyelesaikan semua permasalahan dalam diri kamu,"

"Kamu mengerti maksud Ayah? Jangan terburu-buru untuk melangkah, jika kamu masih ragu akan langkah kaki mu. Berdoa Nak, Ayah akan selalu mendukung apapun keputusan kamu, mengerti?"

Indah menganggukkan kepala mengerti, ia tersenym dengan menggenggam tangan sang Ayah. "Terima kasih Ayah, aku sayang Ayah,"

"Ayah lebih sayang pada mu, Nak. Kamu harta paling berharga yang Bunda mu tinggalkan untuk Ayah,"

"Ayah merindukan Bunda?" tanya Indah pelan.

"Tentu saja, siapa yang tidak merindukan kekasih hati nya, hm? Kamu juga pasti merindukan Langit kan?" Ledek Ayah Sena seraya menaik turunkan Alis nya itu.

"Ayah, ih... Nyebelin," Indah mencebikkan bibir nya, membuat Ayah Sena tertawa lepas. Astaga putri nya ternyata benar-benar sudah jatuh cinta pada si laki-laki Presma itu.

"Iya deh, yang lagi jatuh cinta, bawaan nya kangen terus ya,"

"AYAAAAAHHH !!!"

Dia LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang