Semakin Berjarak

69 7 0
                                    

Disebuah kamar bernuansa putih biru itu, seorang laki-laki yang sedang berdiri di balkon dengan tangan nya yang menggenggam ponsel milik nya.

Laki-laki itu sedang menghubungi kekasih nya yang sudah menghilang entah kemana kabar nya. Nada sambung terus terdengar, namun lagi-lagi hanya suara operator yang menjawab panggilan nya.

Tadi saat selesai mengantar Karin setelah kejadian memalukan yang di Mall. Langit dan Karin tak jadi untuk ke Gramedia, Langit langsung kembali ke mobil nya dengan Karin yang ketakutan.
Langit mengantar adik mendiang sahabat nya itu kerumah nya. Setelah memastikan Karin sudah mulai membaik, Langit baru bisa meninggalkan Karin.

Setiba nya di rumah nya, Langit langsung membuka paper bag yang diberikan oleh Genta pada nya. Di dalam paper bag itu terdapat satu kotak makanan dan juga minuman.

Tak menunggu waktu lagi, Langit memakan makanan yang di buat oleh sang kekasih dengan tersenyum. Rasa nya benar-benar ia merindukan masakan yang dibuat oleh kekasih nya.

Awal nya Langit berfikir ia akan melakukan Videocall dengan Indah, namun ternyata gadis nya itu tak kunjung menjawab panggilan nya.

Langit menaikkan bahu nya acuh. Yasudah lah mungkin kekasih nya sedang sibuk.

***

Hari semakin berlalu, Langit semakin sibuk dengan segala urusan mengenai acara Anniversary Universitas nya. Bahkan Langit tak lagi menghubungi Indah, begitu juga Indah. Gadis itu juga sudah tak mengirimkan pesan ataupun makanan lagi.

"Bang Langit? Udah makan belum? Aku bawain makanan," ucap Karin yang tiba-tiba saja muncul di ruangan BEM.

"Boleh deh. Kamu masak?" tanya Langit seraya menggeserkan beberapa dokumen serta laptop nya.

"Mana bisa aku masak. Aku beli lah," sahut Karin santai sembari tersenyum manis.

Karin duduk di sisi Langit, bahkan kedua nya duduk tanpa jarak. Karin membuka kotak makan catering nya itu, sedangkan Langit langsung tersenyum dan menyuap makanan nya.

"Enak nggak?" tanya Karin dengan mendekatkan wajah nya. Jika siapapun yang melihat, kedua nya bak seperti pasangan yang berciuman.

"Enak. Makasih ya," Langit mengelus pipi Karin, membuat sang empu tersenyum dan menyandarkan kepala nya ke lengan Langit yang tak bergerak itu.

"Seneng deh kalau Bang Langit suka. Next time ku pesen lagi deh disana, dengan menu lain tapi nya,"

"Boleh, aku siap kok menghabiskan makanan yang kamu bawa,"

"Aaahhh... Manis banget sih," pekik Karin seraya menangkap wajah Langit dari samping.

Anggota BEM hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kebucinan pasangan love bird menurut mereka.

"Kamu udah selesai matkul nya?" tanya Langit pada Karin dengan nada lembut dan suara berat nya itu.

"Belum. Masih ada satu matkul. Bang Langit pulang jam berapa?" Tanya Karin.

"Kaya nya pulang malem, udah H-2 acara. Aku nggak bisa pulang kaya biasa nya, pasti agak maleman juga," Karin menganggukkan kepalanya mengerti.

"Oke, nanti aku pulang bareng teman ku aja deh. Semangat Abang," ucap Karin yang langsung mengecup pipi Langit, membuat satu ruangan BEM itu heboh.

Karin hanya tertawa dengan berjalan keluar dari ruang BEM. Sedangkan Langit hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

Genta, pria itu hanya tersenyum sinis. Genta tak akan ikut campur lagi urusan percintaan sahabat nya itu. Biarkan saja sahabat nya akan menyesali perbuatannya suatu hari nanti.

Dia LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang