Titik 0 KM Yogyakarta

69 5 0
                                    

Di dalam mobil Avanza putih yang di sewa oleh Dave, dengan Dave yang menyetir dan di sisi nya ada Langit, lalu di kursi penumpang belakang ada Ayah Sena dan Indah.

Suasana di dalam mobil sangat hening, Dave yang fokus menyetir, Langit yang bingung mau berbicara seperti apa, Ayah Sena yang fokus mengamati dua pria matang yang ada di hadapan nya, sedangkan gadis satu-satunya yang ada di dalam mobil Dave, yaitu Indah, gadis cantik itu hanya diam dengan melihat jalanan kota Yogyakarta yang macet dari dalam kaca mobil Dave.

"Dave, kaya nya mobil kamu harus puter balik dan masuk ke bassement hotel deh," ucap Indah seraya menunjuk kearah hotel yang ada di seberang jalan sana.

"Ah gitu ya? Berarti kita nggak bisa masuk kearea Titik 0 nya dong?" tanya Dave bingung.

"Jalanan nya di tutup bro, nggak liat sampeyan iku jalanan di tutup," ucap Langit dengan sedikit ketus.

Ayah Sena mengernyitkan dahi nya, lalu ia hanya mengeluarkan smirk nya.

"Nggak usah nge-gas dong bro. Gue bukan orang sini, jadi wajar kalau gue bertanya," ucap Dave yang juga dengan nada ketus.

Indah kembali diam dengan menghela nafas nya pasrah. Seharusnya tadi jangan satu mobil saja, rasa nya Indah seperti menghadapi dua bocah kecil yang sedang bermusuhan.

Mobil Dave sudah masuk ke dalam bassement hotel, lalu ke empat nya pun keluar dari mobil Dave. Ayah Sena menggenggam tangan Indah, sedangkan Dave dan Langit berjalan di belakang Indah dan Ayah Sena.

Ke empat nya berjalan beriringan untuk menyusuri jalanan yang sudah padat oleh lautan manusia.

Di paling depan sana ada Langit, lalu Indah, diikuti oleh Ayah Sena dan dibelakang Ayah Sena ada Dave. Dave sebenarnya ingin sekali jalan paling depan, namun sayang nya ia tak mengenal jalanan yang sedang di lewati oleh nya itu.

"Kita bisa masuk Cafe Senopati, kaya nya masih ada kursi kosong," celetuk Langit dengan menghentikan langkah nya dan menoleh kearah Indah serta menatap Indah dan tersenyum.

"Aku pengen lesehan aja Mas, kaya nya seru," sahut Indah lembut.

"Ayah nggak apa-apa kan kalau kita lesehan kaya orang-orang?" tanya Indah pada sang Ayah.

"Boleh Nak," sahut Ayah Sena dengan mengelus kepala putri nya.

"Dave nggak apa-apa kan lesehan? Kamu harus cobain lesehan di tengah jalan bareng banyak orang," ucap Indah dengan menatap Dave yang sudah tersenyum.

"Boleh, kaya nya seru juga buat cerita kita nanti," sahut Dave yang membuat Ayah Sena serta Langit memicingkan mata mereka.

Indah hanya meringis, seperti nya ia harus diam saja.

Ke empat nya pun kembali berjalan, lalu Indah menghentikan langkah nya dan menunjuk salah satu stand makanan yang di gemari banyak nya kaum milenial.

"Ayah beli itu tuh, biar pun makan nya di Jogja, tapi makanan nya harus tetap Odeng dan teman-teman nya," celetuk Indah pada sang Ayah.

"Oke !!! Ayo kita beli," Ayah Sena menuntun putri nya untuk kearah stand makanan Korea, dan Langit pun mengikuti dari belakang.

"Mas yang beli minum nya ya Ndah," ucap Langit yang berpindah ketempat stand minuman yang bersebelahan dengan stand makanan Korea.

Setelah memilih makanan yang akan ia makan bersama dengan ketiga pria yang bersama nya itu. Indah melirik bingung, kemana Dave? Kenapa pria itu tidak ada.

"INDAH SAYANG !!!"

Indah, Ayah Sena dan juga Langit menoleh kearah sumber suara yang tak jauh dari mereka.

Ayah Sena memicingkan mata nya begitu juga dengan Langit. Kenapa pria itu ada di tengah-tengah kerumunan orang?

Ponsel Indah bergetar, menampilkan nama Dave. Indah menghubungkan panggilan telepon itu.

"Sini, aku udah dapet tempat duduk nya," Indah terbelalak, jadi Dave sedari tadi mencari tempat duduk untuk mereka?

"Oke aku kesana, makasih ya Dave," Sambungan telepon pun terputus.

"Ngapain cowok itu teriak-teriak begitu Ndah? Malu-maluin," celetuk Langit yang kesal setengah mati saat mendengar teriakan Dave yang memanggil Indah dengan kata 'Sayang'.

"Dave udah dapet tempat duduk nya Mas. Dia nyari tempat buat duduk ternyata," Langit sontak saja terkejut. Seperti nya ia lagi-lagi kalah start dari pria itu.

"Kasih itu makanan semua nya ke dia, jangan kamu yang bawa," ucap Ayah Sena ketus.

"Iya sini Ndah, biar Mas yang bawa. Kamu jalan aja sama Ayah di depan," ucap Langit yang benar-benar tak enak hati pada Ayah Sena.

Indah pun memberikan plastik makanan yang ia genggam itu dan memberikan nya pada Langit. "Makasih Mas," ucap nya.

Indah pun berjalan dengan Ayah Sena di depan Langit. Langit menggerutu dalam hati, seharusnya tadi ia lebih dulu menawarkan diri untuk membawa makanan sialan ini.

Ia terlalu fokus pada kecemburuan nya dan membuat mantan calon ayah mertua nya itu mensarkas nya langsung.

"Sini Ndah duduk," ucap Dave yang membersihkan tempat karpet plastik yang ia beli tadi.

"Kamu beli karpet plastik nya dimana Dave? Kapan beli nya?" tanya Indah yang menatap takjub kecepatan atas pergerakan Dave.

"Tadi waktu kamu sama Ayah pergi jajan, aku membeli karpet plastik ini ke bapak disana. Bapak nya baik banget Ndah, mau nunjukin aku spice untuk kita duduk disini," jawab Dave dengan suara bariton dan lembut nya itu.

Ke empat nya menikmati malam tahun baru dengan damai. Ya, walaupun sesekali Langit dan Dave bersahutan dengan ketus, namun ternyata tak seburuk yang Indah bayangkan sedari tadi.

Sedangkan Ayah Sena, pria paruh baya itu terus mengamati kedua pria matang yang sedang mencari perhatian putri nya ini.

Langit diam-diam mengarahkan kamera ponsel nya kearah Indah. Ia memotret wajah cantik Indah.

Jika ia ditanya, di antara ribuan keindahan bintang di langit malam dengan hadir nya Indah di hadapan nya, mana yang lebih cantik?

Maka ia akan menjawab, hanya Indah.

Jika di hadapkan dengan gunung Fuji di Jepang pun, maka jawaban nya hanya Indah yang paling cantik dan Indah seperti nama nya.

Ayah Sena bisa melihat tatapan penuh cinta yang dilayangkan oleh Langit pada putri nya. Begitu juga dengan Dave yang menatap dalam wajah putri nya dengan tersenyum.

"Seperti nya putri kita akan dilema, Ayu," ucap Ayah Sena dalam hati untuk mendiang istri nya.

Waktu pun berlalu, letusan kembang api terdengar bersahutan yang artinya pergantian tahun sudah tiba.

Sekarang pukul 00.03 di tahun yang berbeda. Indah menatap ke tiga pria yang ada di hadapan nya.

Ayah Sena, ayah nya. Cinta pertama nya sampai detik ini, pria paling setia pada nya.

Langit, kekasih pertama nya, pria sejuta kenangan dan luka nya.

Dave... Pria yang mengajak nya untuk memulai masa depan bersama nya, pria yang penuh dengan segala effort untuk nya.

Dan disini, di titik 0 KM Yogyakarta. Ia menatap langit malam yang di hiasi bintang serta kembang api yang bersahutan.

Ia mengatakan, ia bahagia.

"Happy New Year Ayah,"

"Happy New Year Mas Langit,"

"Happy New Year Dave,"

Dia LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang