Indah sedang berada di supermarket, ia sedang menyusuri rak rak supermarket, memilah dan memilih bahan makanan yang akan ia beli dengan satu tangan menggenggam ponsel nya yang terhubung panggilan dengan Dave.
"Iya Dave, aku tau... kamu gimana? udah lebih baik? suhu tubuh mu udah lebih baik kan? tidak demam lagi?" ucap Indah yang sembari memilih bahan makanan itu.
Gerakan nya terhenti saat merasakan tepukan di bahu nya. Indah menoleh, ia mengernyitkan saat melihat sosok wanita yang berdiri di belakang nya dengan perut besar.
"Sebentar Dave," ucap Indah yang menginstruksikan Dave untuk menjeda panggilan nya.
"Ya? Maaf ada apa mbak?" tanya Indah pada wanita itu.
"Kamu Indah kan?" tanya nya. Indah semakin mengernyitkan dahi nya, seingat nya ia tak memiliki teman yang sedang hamil besar.
"Saya Karin, teman nya Mas Langit" ucap nya seakan tau kebingungan Indah.
Deg...
Wanita ini, ya... dia Karin.
Bagaimana bisa Indah lupa dengan wajah nya?
"Bisa kita berbicara sebentar? Ada banyak yang harus saya bicarakan dengan kamu," ucap Karin dengan senyum nya yang tulus.
Indah menganggukkan kepalanya, lalu ia mematikan sambungan telepon nya dan memasukkan telepon nya ke dalam tas.
"Saya akan tunggu disana, silahkan lanjutkan kembali berbelanja nya," ucap Karin dengan menunjukkan tempat duduk di dalam supermarket besar itu.
"Baik, tunggu saya akan menyelesaikan nya dalam 5 menit," sahut Indah, dan Karin menganggukkan kepalanya.Sepuluh menit berlalu, Indah sudah menyelesaikan belanja nya, ia menghampiri Karin yang sudah duduk di tempat duduk nya.
"Sorry, aku nggak tau minuman apa yang kamu minum. Jadi aku tidak memesan minuman untuk mu," ucap Karin setelah menyesap teh herbal milik nya yang ia bawa dengan Tumbler milik nya.
"Tak apa, aku tidak haus"
"Ah iya, kita belum berkenalan dengan baik. Aku Karin, maaf sudah mengganggu hari mu," ucap Karin dengan mengulurkan tangannya.
"Indah," Indah menerima uluran tangan Karin, dan menjabat nya.Hening...
Lima menit tak ada yang membuka suara nya, baik itu Indah ataupun Karin. Karin, wanita itu mengelus perut nya yang besar, ia menghela nafas nya panjang lalu tersenyum pada Indah.
"Sedari dulu, aku tahu kalau kamu itu pacar nya Mas Langit. Tapi, aku selalu nggak peduli, karena Mas Langit sendiri nggak pernah memperkenalkan kamu ke aku, ataupun membahas kamu sebagai pacar nya," ucap Karin dengan menatap lurus ke depan.
"Aku dari dulu selalu dekat dengan Mas Langit, karena kakak angkat ku Kenzo adalah sahabat nya,"
"Aku tidak ingin membahas masa lalu kelam kami di masa remaja dulu, karena Mas Langit memang tak pernah memiliki masa lalu kelam sebenarnya. Cukup masa lalu ku milik ku, dan aku hanya ingin mengatakan... Mas Langit tidak pernah aku sentuh sedikit pun, Indah," sambung Karin dengan memberanikan diri menatap kearah Indah yang ada di sisi nya.
"Tapi kamu mencintai nya kan?" tanya Indah.
"Tentu, aku tentu mencintai Mas Langit. Hanya wanita bodoh yang tidak jatuh cinta pada sosok Raden Langit Tirtoadji," jawab Karin cepat.
"Karin muda dulu bukan langsung menjadi adik angkat nya Kenzo, melainkan aku kekasih Kenzo sahabat Mas Langit. Namun sial nya, ayah Kenzo justru menjadikan ku sebagai anak perempuan nya, yang dimana aku harus memutuskan hubungan ku dengan Kenzo. Aku patah hati, namun Mas Langit... dia selalu ada untuk ku, selalu menemani ku, selalu di sisi ku. Hingga akhir aku jatuh cinta pada nya,"
"Aku berulang kali mencoba menjebak Mas Langit untuk tidur dengan ku agar ia menjadi kekasih ku, tapi selalu gagal, selalu berakhir aku tidur bersama dengan pria lain, bukan Mas Langit,"
"Sampai pada akhirnya... aku tahu, bahwa Mas Langit tak pernah menyimpan perasaan nya untuk ku. Hari dimana ia kehilangan mu, itu adalah hari kehancuran nya. Dia memang tetap hidup, tapi tidak dengan jiwa nya. Kamu... membawa jiwa nya pergi dan juga cinta nya,"
"Indah... Mas Langit sejak dulu hanya mencintai mu, aku... bukan kekasih apalagi selingkuhan nya. Aku hanya wanita yang ingin di cintai dan memiliki perasaan nya, tapi sayang... hanya kamu satu-satunya wanita yang selalu bertahta di hati nya,"
"Raga nya memang bersama ku, tapi tidak dengan jiwa dan cinta nya. Dia selalu mencari mu, dia memutuskan untuk tak akan menikah jika itu bukan dengan mu,"
"Indah... jangan pernah sesekali menyerah seperti kemarin hanya karena ada wanita yang mendekati kekasih mu, dia milik mu, maka kamu berhak menendang wanita lain yang berusaha merebut milik mu," ucap Karin yang terus menatap wajah Indah.
"Aku bukan mencintai nya, tapi aku obsesi pada nya. Aku selalu di buat penasaran oleh nya yang misterius, dan aku... selalu di buat penasaran oleh nya bagaimana aku tidur dengan nya,"
"Tapi demi Tuhan, aku tidak menyentuh nya... Tuhan melindungi nya untuk mu, karena Tuhan tahu dia hanya milik mu,"
Karin memberanikan diri menyentuh tangan Indah. "Maaf Indah, aku telah lancang merusak hubungan mu dan Mas Langit, maafkan obsesi ku, maafkan semua kesalahanku. Aku benar-benar bersalah pada mu, aku selalu ingin menemui mu dan meminta maaf pada mu,"
"Indah... hanya kamu yang pantas menjadi pendamping nya, hanya kamu yang pantas menjadi menantu Tirtoadji, bukan aku. Aku hanya sebatas teman, dan akan selamanya begitu,"
Indah menarik nafas nya pelan, ia menepuk telapak tangan Karin dengan pelan.
"terimakasih sudah menemui ku dan menyapa ku Mbak Karin. Aku senang bertemu dengan mu," ucap Indah lembut dengan senyuman tulus nya.
"terimakasih atas kejujuran Mbak,"
Karin ikut serta tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
"Dia... Apa sudah menemui mu?" tanya Karin.
Indah menganggukkan kepalanya. "Kami sudah bertemu,"
"Syukurlah... semoga kalian selalu bersama," ucap Karin senang.
"Tapi kami tidak akan bersama Mbak," ucap Indah pelan.
"Loh? kenapa? Kalian masih saling mencintai kan? Mas Langit nggak mungkin terima perjodohan-perjodohan nya lagi," sahut Karin cepat.
"Bukan salah di Mas Langit, tapi aku,"
"Kamu sudah memiliki kekasih?" tanya Karin cepat dan khawatir, lalu Indah menjawab dengan sebuah anggukan kepala nya.
"Aku akan menikah dengan pria lain,"Deg...
Karin diam... ia mencerna seluruh kalimat Indah sang rival nya dulu.
"Jadi... kamu akan menikah? dan pria itu bukan Mas Langit?" tanya Karin pelan dan Indah menganggukkan kepalanya pelan.
Karin menundukkan kepalanya, ia merasa menyesal dan bersalah. seharusnya ia menemukan Indah lebih dulu agar Indah tak menikahi pria lain.
"Kamu serius Indah? Mas Langit... Apa dia tahu tentang hal ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Langit
RomanceRaden Langit Tirtoadji, mahasiswa semester 6 yang masih menjabat sebagai Presma alian Presiden Mahasiswa. Raden Langit Tirtoadji, kerap di sapa Langit itu. Langit laki-laki yang selalu sibuk dengan dunia nya, di jodohkan dengan seorang gadis kutu bu...