~ Happy Reading ~
Aku selalu melihat dunia setiap malam, ibu ku bilang aku bisa melihat banyak benda kecil cantik di atas langit.
Bintang!
Pasti bagimu sudah tidak asing lagi bukan? aku begitu mencintainya, berharap ada sosok bintang yang berubah jadi pangeran dari atas sana. Tapi...
Itu hanya haluku semata, nyatanya pangeran bintang itu tidak ada.
"Mawar!"
Panggil salah seorang temanku yang baru saja membeli sesuatu di sebuah supermarket, aku hanya tersenyum melihatnya berjalan sedikit tergesa - gesa.
"Astaga kau ini sejak tadi kemana saja? aku lelah mencari mu, ngapain coba di tempat gelap gini?" herannya.
"Karena aku suka," jawabku santai kembali memandang langit.
"Hmmm, ini udah larut. Ayo pulang," ajaknya menarik tanganku menjauh dari kegelapan.
"Risra, bolehkah kau memberikanku waktu lima menit saja untuk mengangumi benda yang aku suka?" tanyaku.
"Huh... Ya sudah jangan lama - lama, kamu gak mau kan kalau sampai kita di marahi oleh mamamu?" herannya.
"Ah, kamu ini bagaimana. Mamaku kan sudah tidak ada," gelengku tersenyum pahit.
"Duh maaf - maaf, aku lupa kalau mamamu baru saja meninggal tiga Minggu yang lalu. Sekarang kamu hanya punya papa," sedihnya.
"Bahkan papa aja masih gak sempatin waktu buat temanin aku, papa sibuk dengan kerjaannya. Padahal aku pengen banget di peluk papa kayak anak lainnya, tapi... Aku bisa apa? aku sekarang cuma punya kamu." ucapku yang tanpa sadar sudah meneteskan air mataku.
"Mawar, kamu itu wanita yang kuat. Makanya papa percaya kalau kamu gak akan sedih kalau papamu pergi, ingat? hasil dari kerja keras papa kamu kan untuk kamu juga," peringat Risra.
"Tapi... Aku gak perlu semua itu, aku cuma mau hidup sederhana asal bisa dekat terus sama papa. Dulu pas papa gak ada di rumah aku kan selalu punya mama buat aku cerita, sekarang aku mau cerita sama siapa?" sedihku.
"Hei! apa kau melupakan ku sekarang? aku ini kan teman yang rela meninggalkan rumahku sendiri demi nemenin kamu, hadeh..." ucap Risra menyenggol sikuku.
"Hmm, aku tau. Tapi kamu kan umurnya sebaya denganku,"
Ouch!
Aku meringis kala tangan Risra mengetuk puncak kepalaku.
"Kamu itu, bener - bener banyak maunya. Kayak papamu gak pernah pulang aja, kan setiap sebulan sekali kita main sama papa kamu." peringat Risya.
"Tapi aku gak puas," sedihku memasang tampang paling menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Putri Mawar Merah
Teen FictionAku tidak pernah membayangkan Jika aku hanya tinggal di dunia bayangan Lalu di mana kehidupan ku yang sebenarnya? Apa benar aku sekarang seorang putri Mawar? Ku pikir kenapa mama dan papa sempat memberikanku nama itu, ternyata ini karena pengaruh du...