19. Tetap Percaya

82 51 209
                                    

~ Happy Reading ~

Aku hanya bisa menghembuskan napas resah, sejak tadi aku masih belum dapat memejamkan mataku.

"Kenapa lagi - lagi seperti ini? aku lagi - lagi membuat Risra merasa cemas bahkan Armaga, dia tapi masih begitu sabar menjawab setiap pikiran buruk yang aku lontarkan."

Merasa pegal terus pada posisi yang sama aku memilih duduk, mataku tak sengaja melihat ke arah jaket kupluk yang di gantung di belakang pintu.

"Apa malam ini ada bintang? aku rindu menatap nya, biasanya benda kecil itu mampu membuatku tenang dengan kerlipan kecilnya."

Tak ingin banyak pikir panjang, aku memilih mengganti pakaian dengan celana panjang ples kaos lengan pendek baru menyambar jaket merahku.

"Ku harap Risra tidak bangun," batinku cemas saat hendak membuka gagang pintu depan.

Aku akhirnya berhasil keluar rumah, merasakan sapuan angin malam meniup pelan poni depanku yang terurai.

Aku berniat menuju ke tempat biasa melihat bintang, tak lupa aku membawa selembar uang merah untuk membeli sesuatu di supermarket.

Aku berniat membeli sebuah es krim coklat, tak lupa sebuah roti isi kelapa. Sebotol air? mana mungkin aku melupakannya, itulah yang pertama kali ku ambil.

Sesampai di supermarket aku langsung membeli apa yang aku mau, lalu melangkahkan kakiku ke tempat sepi.

Suasana benar - benar sunyi, tapi tak membuatku merasa takut sedikitpun. Ya setidaknya masih banyak kendaraan yang berlalu lalang di jam segini, belum di katakan larut.

Mataku sibuk mencari di mana tempat yang cocok agar ku nyaman menatap benda yang aku sukai, tapi perhatian ku tertuju pada seorang pria yang berdiri di tengah - tengah lorong.

"Siapa itu? aneh, kenapa dia betah di tengah lorong gelap. Apa karena ada hal kah?"

Merasa penasaran aku memberanikan diri untuk melangkah mendekat, pelan tapi pasti samar - samar aku mendengar ia seperti berbicara seorang diri.

"Kenapa jadi seperti ini? kenapa aku harus masuk ke tubuh pria yang memiliki orang tua dengan pendirian keras? apa kalian tidak mengerti jika aku berhak memilih cintaku sendiri? meksi ini hanya dunia bayangan, rasanya tetap sakit."

"Mawar, maafkan aku masih membuatmu terjebak di dunia ini. Andai dulu bisa sedikit lebih cepat, kita pasti masih di dunia kita. Dan aku tidak perlu menunggu lama Reinkarnasi jiwamu, sekarang bagaimana cara aku membawamu kembali?"

Aku terkejut saat tiba - tiba suara isakan dari sosok itu mulai terdengar, kakinya seperti lemas lalu jatuh terduduk.

"Hei, apa lo baik - baik aja?"

Tak tahan aku memberanikan diri menyentuh pundaknya, hal itu reflek membuat Armaga terkejut saat mendengar suara Mawar.

"Ma-mawar,"

"Sttttttssss,"

Aku menaruh satu jari telunjukku di bibirnya, memintanya agar tak lagi berbicara.

"Lo cowok kuat, biasanya lo gak pernah terlihat rapuh di depan gue. Kemana senyum tampan lo yang biasanya?"

Armaga tak dapat berkata - kata, ia masih mematung menatap mata indah lawan yang sedikit di sinari cahaya bulan.

"Bangunlah,"

Armaga menurut, tapi sekarang aku malah harus sedikit mengadah saat melihat wajahnya. Tentu saja, Armaga adalah pria yang sangat tinggi.

"Apa lo gak mau genggam tangan pacar lo? ayo ikut gue,"

Reinkarnasi Putri Mawar Merah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang