~ Happy Reading ~
"Kenapa wajah lo merah gitu?"
Dengan cepat aku langsung memalingkan wajahku, tak sanggup menatap ke arah nya yang terlihat tersenyum puas.
"Gue salting, emang kenapa?" sengitku yang lebih memilih memakan sendiri, namun Armaga menahan gerakan tanganku.
"Udah jangan ngambek, gue gak akan gitu lagi." ucapnya membuatku seakan terhipnotis untuk diam.
Tangan Armaga kini memegang kap yang berisi bubur ayam, ia membuka lalu meniup bubur ayam yang tampak mengepul.
Mataku tak sengaja melihat sebuah buku yang terdapat di meja samping tempat tidurku, dengan gesit aku berinisiatif mengambil nya lalu mengipaskan pada bubur.
"Sini bukunya," pinta Armaga.
"Kali ini lo gak boleh larang gue, gue itu udah laper ya dan lagi apa salahnya sih gue ngipas? toh gak akan bikin tangan gue patah," kesalku membuatnya diam.
"Hmm, bagus gak ada jawaban." batinku fokus mengipas.
Setelah dingin Armaga menyuapiku dengan telaten, aku benar - benar di perlakukan seperti anak kecil di hadapannya.
"Huh... Andai yang memperlakukan ku seperti ini papaku, pasti aku akan jauh merasa senang. Tapi untuk apa aku terlalu berharap? bukannya papaku orang yang super sibuk ya?" aku bertanya dan menjawab pertanyaan ku sendiri.
Tanpa sadar buburnya habis, aku terkejut kala Armaga menyodorkan botol minum padaku.
"Nih minum dulu, kenapa dari tadi lo ngelamun aja? apa ada yang lo pikirin?" tanyanya dan aku hanya menggeleng cepat.
"Oya gue mau ucapin makasih sama elo, karena lo udah peduli sama gue."
"Gak masalah, meskipun lo nolak saat gue deketin. Gue bakal berusaha bikin elo nyaman sama gue,"
Mendengar jawabannya membuatku sangat penasaran.
"Permisi... Apa gue ini mukanya mirip sama mantan elo? karena lo gak bisa balikan lagi sama entu mantan jadi elo jatohin semua kasih sayang lo kegue?"
"Gue gak pernah pacaran, gue dulu hampir aja mau menikah. Tapi pernikahan gue gagal,"
"Apa?!"
"Gak perlu kaget kayak gitu, apa salahnya nikah muda bukan?"
Armaga berusaha menjawab setenang mungkin, tidak mungkin ia berkata jika umurnya saat ini sudah lebih di atas lawan bicaranya.
"Gue mau balik ke kelas, lo mau ikut gak?" ajakku yang sudah turun dari kasur hendak berjalan ke arah pintu.
"Elo serius ngajak gue?" tanyanya menunjuk dirinya sendiri.
"Anggap aja gue gak pernah ngomong," resahku membuatnya bergegas bangkit menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Putri Mawar Merah
Teen FictionAku tidak pernah membayangkan Jika aku hanya tinggal di dunia bayangan Lalu di mana kehidupan ku yang sebenarnya? Apa benar aku sekarang seorang putri Mawar? Ku pikir kenapa mama dan papa sempat memberikanku nama itu, ternyata ini karena pengaruh du...