Malam Panjang Bagian 2

111 16 2
                                    

Rasanya mencekik. Situasi canggung yang amat serius dengan tatapan tajam dari kakak kembarnya membuat Riku takut bernapas keras-keras. Hari ini benar-benar di luar nalar. Riku masih belum sembuh dari keterkejutannya setelah bertemu ZOOL kini ada TRIGGER di depannya.

Memangnya dunia sesempit itu?

Riku menunduk dengan Rei duduk di sebelahnya setelah dia sedikit memaksa orang itu. Tenn duduk diapit Gaku dan Ryuu. Melipat tangannya tanpa mengalihkan pandangan dari Riku. Baru pertama kali ini Tenn terlihat sangat menyeramkan.

Riku memang lamban untuk sadar diri, tapi dia tahu hal yang dirinya lakukan dua bulan lalu pasti sudah menyusahkan banyak orang.

Suasana berat bahkan juga mempengaruhi Rui. Dia gugup membawakan beberapa cangkir teh. Ryuu berucap terima kasih dengan suara lembutnya. Berkat itu Riku bisa membuang napas sedikit lega.

Sayangnya setelah Rui pergi, tidak ada yang bersuara lagi. Bisa dimengerti. Kalau berpisah tidak baik-baik jadinya seperti ini.

Riku tahu bahwa semua ini salahnya. Jadi, berbesar hati dan setelah diam untuk memberanikan diri, Riku mengangkat wajahnya. Sesaat dia terpaku ketika melihat sorot tajam di manik Tenn. Meski begitu setelah menarik napas pendek, mulut Riku terbuka.

"Jangan mengatakan apa-apa dulu. Aku masih marah,"

Perintah mutlak Tenn membuat Riku menelan kalimat yang sudah ada di ujung lidahnya. Dia langsung menutup bibirnya rapat-rapat. Riku tersenyum pahit.

"Apa kau tahu?!" Tenn bahkan tidak bisa menyelesaikan omelannya. Terlalu banyak yang ingin disampaikan pada Riku. Tenn mendecih jengkel. "Lupakan. Apa yang ingin kau katakan?"

"Tidak jadi," sahut Riku pendek.

"Sepertinya kita harus memberikan waktu untuk kalian berdua," Rei akhirnya mengambil alih sebelum mereka menghabiskan beberapa jam hanya berdiam diri. Rei berdiri kemudian menepuk kepala Riku pelan. Tersenyum memberi semangat mengabaikan wajah keberatan Riku.

"Tenn, jangan terlalu kasar," kata Gaku memperingatkan Tenn untuk tidak menambah rumit situasi mereka.

"Kau sudah menanti hari ini. Itu yang penting Tenn," Ryu menepuk bahu Tenn.

Mereka bertiga pergi dari meja. Rei dengan ramah menawari mereka teh di dapur. Meninggalkan Tenn dan Riku sendirian.

Suasana menjadi hening. Riku menggigit bibir bawahnya gugup. Dia menautkan jari-jarinya yang kaku. Pemanas berdesing menandakan mesin itu berfungsi dengan baik, tapi Riku merasa ujung kaki sampai wajahnya membeku.

"Tenn-nii! Aku minta maaf bukan karena aku takut atau apa. Aku minta maaf karena benar-benar merasa bersalah!" Riku akhirnya tidak tahan dengan tatapan Tenn yang menusuk. Dia berseru tertahan dengan wajah gugup.

"Jadi, kau tahu kalau apa yang kau lakukan itu salah?" balas Tenn tajam.

Riku merasa jantungnya berhenti sesaat. Dia mengangguk lemah. "Sangat,"

"Lalu?" Tenn bertanya kasar. Matanya menjadi tak tenang. "Apa kau melakukan ini karena dendam padaku?!"

"Huh??" mulut Riku terbuka lebar. Dia menggeleng dengan kuat. Menatap Tenn penuh keyakinan. "Aku tidak melakukannya karena itu. Aku tidak akan melakukannya karena itu,"

Tuduhan Tenn memang kejam. Dia sangat memahami Riku dan tahu jawabannya. Hanya saja mendengar pengakuan dari mulut Riku membuatnya lebih tenang. Dia hanya ingin memastikannya langsung. Wajah kaku Tenn menjadi lebih santai. Dia mengembuskan napas panjang yang tersirat kelegaan.

"Kau tahu perasaan ditinggalkan tiba-tiba... kenapa," tanya Tenn dengan nada sendu. Matanya yang tajam menjadi lemah.

Riku menunduk dalam-dalam. "Ada alasannya,"

Another Note [IDOLiSH7 Fanfiction: RESTART POiNTER] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang