Malam yang berat akhirnya terlewati. Rasanya sangat buruk. Iori kelelahan secara fisik dan mental. Tidak yakin jam berapa dia tidur. Dia bahkan tidak bisa mengingat hal yang membuatnya terjaga.
Setengah sadar, Iori melangkahkan kakinya ke depan pintu kamar Riku. Mereka berenam sudah melihatnya kemarin. Ruangannya sudah tertara rapi dengan kardus yang akan dipindahkan seminggu lagi.
Kunci kamar masih tergantung manis di tempatnya. Iori membukanya pelan. Dia mendekati tumpukan kardus. Berharap Riku meninggalkan sesuatu. Setidaknya catatan. Setidaknya pesan.
Iori membuang napas berat. Sangat besar keinginan mereka untuk membongkar kardus yang ditinggalkan. Hanya saja mereka memilih menghormatinya.
Tidak menemukan apa-apa, Iori memilih duduk di lantai. Menyandarkan tubuhnya pada kardus yang menjadi saksi bisu kepergian Riku. Dia menyentuh pelipisnya.
Iori tidak boleh begini. Dia harus mengontrol dirinya sendiri. Banyak hal yang sudah terjadi. Dia pasti, ah tidak, mereka pasti bisa melaluinya. Seperti biasa.
Sial. Kehilangan Riku secara tiba-tiba ternyata pengaruhnya lebih besar dari yang dia duga. Bagaimana dia bisa menjadikan IDOLiSH7 bintang bersinar kalau tidak ada Riku. Mereka bertujuh harus ada di sana.
Memangnya Riku sudah puas dengan popularitasnya? Bukannya Iori sudah berjanji akan menjadikannya superstar? Kenapa malah menghilang? Apa Riku takut? Kenapa dia tidak mengatakan apa-apa?
Iori tidak melihat teater musikal Zero dari dekat. Dia tidak tahu kesedihan dari Kujou. Sialnya dia malah mengalaminya sendiri. Tidak hanya menontonnya.
Mereka semua.
Iori tidak mengerti. Mau dipikitkan berulang kali, Riku seharusnya tidak akan pergi. Dia tidak punya alasan untuk itu.
Kalaupun ada, Iori tidak tahu. Tidak ada yang tahu. Karena itu, satu-satunya hal yang harus dia lakukan adalah menemukan Riku. Iori akan bertanya padanya. Rahasia Riku dan alasannya meninggalkan mereka semua.
Malaikat polos yang kekanakan dan egois itu pasti tidak berpikir panjang. Dia mungkin tidak tahu kekacauan apa yang bisa dia ciptakan dari kepergiannya. Iori harus menekannya sebelum menjadi tidak terkendali.
Fanmeeting bukan acara yang akan mendapat sorotan dari banyak orang, tapi kalau tiba-tiba mengumumkan Riku hiatus sehari setelahnya, hanya akan menarik perhatian. Mereka butuh 2-3 hari sampai keadaan menjadi normal. Ulang tahun mereka yang ketiga akan menjadi lebih sepi, beruntung dia dan yang lain punya jadwal individu. Seharusnya itu dapat mengurangi kekhawatiran penggemar.
Tsumugi dan agensi pasti sudah mempertimbangkannya. Iori juga Yamato sudah menyampaikan keputusan mereka. Dia hanya tinggal menunggu arahan dari agensi. Riku sudah menyelesaikan jadwal kerja individunya. Mereka hanya perlu menolak atau mengalihkan tawaran yang masuk.
Tidak apa. Semuanya baik-baik saja. Dia hanya perlu merencanakannya dengan baik. Tidak akan lagi ada kesalahan.
"Iorin," suara itu muncul bersamaan dengan pemiliknya. Tamaki membuka pintu lebih lebar. Ada kantung mata di wajahnya.
"Yotsuba-san, kau sudah bangun?" Iori bertanya dengan nada lembut. Dia berbasa-basi meski jawabannya tercetak jelas di mata biru muda itu.
Tamaki mendekati Iori dan duduk di sebelahnya. "Aku tidak bisa tidur," Tamaki berkata lemah. Dia kemudian membaringkan kepalanya di paha Iori.
Biasanya Iori akan protes sebelum akhirnya menyerah membiarkan Tamaki, tapi kali ini tidak ada gerutuan yang keluar dari mulut Iori. Dia hanya mengembuskan napas pendek. "Yotsuba-san, kau bisa masuk angin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [IDOLiSH7 Fanfiction: RESTART POiNTER] END
FanfictionKatanya dia seperti buku. Mudah dibaca. Tetapi apa pembacanya sudah membacanya dengan benar? atau belum sampai ke kisah masa lalu yang disembunyikan? Janji masa lalu yang ditagih membuat kekacauan. Bisakah mereka melupakannya atau menghadapinya? Ke...