EXTRA CHAPTER

105 14 0
                                    

Tidak terbantahkan bahwa Jepang sudah terkenal dengan kesopanan dan keanggunannya. Salah satu kebudayaan Jepang yang menjadi contoh adalah cara duduk sejati atau Seiza yang dilakukan saat upacara sakral dan acara formal untuk menunjukkan penghormatan.

Satu lagi, selain bermakna rasa hormat pada tuan rumah atau orang yang lebih tua, Seiza juga dilakukan untuk menyampaikan permintaan maaf dengan sungguh-sungguh.

Kalau di dunia Ainana, Seiza dilakukan saat seseorang melakukan kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja dan harus dinasehati.

Seperti sekarang, Riku duduk Seiza di depan RE:Vale. Tidak disangka. Berbeda dengan reaksi IDOLiSH7, TRIGGER, atau ZOOL, Yuki juga Momo tampaknya luar biasa marah pada Riku.

Sebenarnya lebih baik begitu. Riku jadi semakin sadar bahwa dia melakukan hal yang sangat merepotkan.

Hanya saja sudah 30 menit berlalu, kakinya mulai kesemutan.

"Kenapa anggota IDOLiSH7 lain juga ikut duduk di lantai?" bisik Haruka bingung melihat surai yang berbeda warna duduk Seiza sejajar.

"Agar Nanase-san tidak terlalu tertekan," jawab Minami sepelan mungkin.

"Ternyata mereka menyeramkan kalau marah," Torao merinding. Dia melihat jam. "Sudah hampir setengah jam,"

Riku membuang napas berat. Momo dan Yuki akhirnya mengambil napas setelah memarahinya tanpa jeda. Riku membungkuk dalam-dalam. "Aku minta maaf,"

"Setidaknya kau baik -baik saja sekarang," Yuki menyisir poninya ke belakang. Wajahnya menjadi lebih santai setelah mengeluarkan semua unek-uneknya.

Momo mengangguk. Berkacak pinggang di depan Riku. "Jangan diulangi lagi,"

"Aku akan usahakan!" kata Riku mantap.

"Kalau ada yang menganggumu katakan padaku, Riku," Nagi tiba-tiba berdiri. Melihat Riku dengan serius. "Aku tidak mau kau kesepian lagi,"

"Jangan tiba-tiba menghilang. Itu sangat tidak menyenangkan, kau tahu?!" Mitsuki juga berdiri. Berkacak pinggang di sebelah Momo.

"Rasanya seperti aku terkena serangan jantung di umur semuda ini," Yamato membuang napas berat. Mengikuti Mitsuki dan Nagi yang bangkit dari duduknya. "Onii-san tidak senang karena itu,"

"Maafkan aku," sesal Riku semakin menundukkan kepalanya.

"Jangan pergi lagi!" Tamaki melipat tangannya. Memberikan tatapan seriusnya.

"Riku-kun kalau membutuhkan sesuatu aku akan melakukan yang aku bisa untuk memenuhinya," Sougo berkata sendu. Berjongkok menghadap Riku dengan tatapan lembut. "Jadi jangan sembunyikan apa-apa lagi, oke?"

Mata Riku mengerjap. Mendapat reaksi sekuat ini sejujurnya sangat menghangatkan hatinya. Mengabaikan kalau kini dia ditekan sana sini. Tatapan khawatir dan kelegaan. Membawa Riku kembali kepada kenyataan bahwa dirinya terhubung dengan banyak orang.

"Riku, kau tidak merepotkan siapapun. Jadi, jangan sungkan untuk bercerita pada kami," Touma tiba-tiba muncul di sebelah Riku. Masih dengan wajah tegasnya.

"Kenapa anak itu ikut-ikutan?" gumam Torao menggeleng tak percaya. Haruka dan Minami hanya bisa mengembuskan napas lelah melihat kelakuan Touma.

Mata Haruka mengamati wajah Riku yang meringis mendapatkan sesi omelan kedua. Kali ini dari banyak orang. "Sekarang hanya Nanase yang duduk. Apa mereka lupa untuk tidak membuatnya tertekan?"

"Bukankah itu bagus? Mereka jadi sediki keras padanya," Minami mengedikkan bahu. "Mereka terkadang terlalu memanjakan, Nanase-san,"

"Kau juga melakukannya pada Haruka?" Torao memutar bola matanya jengah.

Another Note [IDOLiSH7 Fanfiction: RESTART POiNTER] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang