Berada di tempat yang lebih dingin dari biasanya membuat Riku harus lebih berhati-hati. Hanya dia yang bisa memperhatikan dirinya sendiri. Riku mengeratkan mantel tebalnya. Menggunakan Beenie hat yang menutupi telinga. Rui membantu Riku mengenakan sarung tangan.
"Oke, kita siap," kata Rui riang sambil pelan-pelan membuka pintu belakang.
Aroma musim dingin langsung menerpa wajah Riku. Tidak apa. Dia akan terbisa ditarikan napas kelima. Riku melangkah hati-hati di antara salju dengan ketinggian sedang.
"Riku-san sudah melihat ke stasiun? Jam di sana lebih tua dari Rei-san," Rui mulai bercerita.
Riku mengangguk. "Tempatnya cantik. Seperti di film-film,"
"Masih banyak lagi tempat yang cantik!" Rui menarik tangan Riku. Mereka sampai di bangunan luas yang ramai. "Ini supermarket paling luas di sini,"
"Ah, aku akan sering ke sini," Riku tertawa pelan. Rui mengangguk penuh semangat. "Mungkin besok aku akan mengajak Riku-san berbelanja bersama,"
Selanjutnya mereka berjalan melewati trotoar. Tidak banyak kendaraan di sini. Lebih banyak yang berjalan. Mungkin karena distrik pinggir kota yang luasnya tidak seberapa. Seperti di dunia dongeng.
Banyak bangunan menarik dengan bentuk yang elegan. Riku tidak bosan untuk menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Benar-benar seperti dunia dongeng. "Jadi ini tempat yang Zero inginkan,"
"Hm?" Rui menatap Riku penasaran. Riku tersenyum. "Ada orang yang ingin mencari tempat untuk dirinya sendiri,"
"Begitukah? Aku rasa tempat ini sangat cocok,"
"Sangat," Riku berjalan lagi.
Kali ini mereka berhenti di taman cantik yang tenang. Ada gazebo di beberapa tempat, tapi yang paling besar menarik perhatiannya. Orang-orang duduk di bangku yang disediakan di depan gazebo itu. Tersenyum lembut melihat sekelompok orang beryanyi bersama. Paduan suara. Meski Riku tidak mengerti yang mereka nyanyikan, tapi suara mereka terdengar lembut di telinganya.
Rui mengajak Riku untuk mendekat. Bangku sudah penuh jadi mereka harus berdiri. Rui berbisik pelan. "Setiap satu minggu sekali akan ada penampilan di sini,"
Harmoni itu menarik perhatian Riku. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya. Lembut masuk ke pendengarannya. Dia tanpa sadar menahan napas sampai lagu selesai.
"Riku-san?"
Suara Rui menyadarkannya. Riku tersenyum lembut. "Aku dulu juga bagian dari klub paduan suara di sekolah,"
"Benarkah? Tertarik melakukannya lagi?" tawar Ruki penuh harap.
"Tapi aku tidak bisa bahasa Northmeir?" Riku menolak.
"Tenang saja! Aku akan mengajari, Riku-san. Lagi pula Riku-san butuh kegiatan menyenangkan, bukan?" Rui menarik tangan Riku. Buru-buru mengajaknya pulang. "Aku juga anggota paduan suara. Seharusnya aku masih punya beberapa partitur,"
"Pa-partitur?" Riku tertawa gugup. Rui terlalu bersemangat sampai dia tidak bisa menolaknya.
Yah. Sepertinya akan menyenangkan.
Mereka masuk ke dalam kafe lewat pintu belakang lagi. Mengabaikan pertanyaan Rei, Rui mengajak Riku masuk ke ruangan yang tampaknya seperti ruang musik. Ada piano besar di sana. Riku duduk di depan piano itu sambil memperhatikan Rui yang mulai membuka laci.
Rui memberikan beberapa lembar kertas. Dia duduk di sebelah Riku. Tersenyum riang menunjuk beberapa kata yang hampir membuat Riku menangis. "Aku akan menulis bagaimana cara mengucapkannya dengan mudah,"
![](https://img.wattpad.com/cover/361441883-288-k333811.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [IDOLiSH7 Fanfiction: RESTART POiNTER] END
FanficKatanya dia seperti buku. Mudah dibaca. Tetapi apa pembacanya sudah membacanya dengan benar? atau belum sampai ke kisah masa lalu yang disembunyikan? Janji masa lalu yang ditagih membuat kekacauan. Bisakah mereka melupakannya atau menghadapinya? Ke...