Elsiff menatap lamat-lamat tato bergambar lambang semicolon dengan sayap kupu-kupu yang sedang hinggap pada ranting yang ada di pergelangan tangan kiri sopir pribadinya. Ia sempat dibuat cukup terkejut karena sosok yang kini mengemudikan mobil triton 4x4 miliknya adalah Seraphina. Perempuan berambut warna-warni yang hari kemarin ia akui sebagai calon istrinya.
Dari depan, perempuan berkemeja putih dan celana hitam panjang itu sesekali melirik Elsiff lewat kaca spion di depan. Debar jantungnya menggila. Ia tidak menyangka jika teman kekasih Emma yang sedang mencari sopir pribadi adalah tetangga barunya sendiri. Meskipun Felix—kekasih Emma memang pernah mengatakan nama dan sosok siapa yang akan menjadi majikannya, tetapi sekalipun Seraphina tidak pernah memeriksa orang tersebut lewat internet dan tidak menyangka jika itu benar-benar Elsiff Maceo. Ia lupa, karena sebelumnya ia sudah berputus asa tidak akan diterima.
Lebih mengejutkan, pagi dini hari tadi Seraphina mendapatkan pesan langsung dari sebuah nomor asing—Elsiff—yang mengirimkan sebuah file berisi tugas-tugas yang harus dilakukan, alamat, dan menyatakan diri sebagai teman Felix sang dokter umum yang sedang mencari sopir pribadi. Tanpa banyak menanyakan apa pun, Seraphina langsung disuruh bekerja hari itu juga. Karena itulah ia berakhir di sini dengan rasa gugup yang masih menyelimuti.
Saat mendapati jika alamat yang diberikan adalah alamat tempat parkir yang ada di basemen gedung apartemen yang dihuninya, Seraphina sebetulnya sudah memiliki perasaan yang tidak cukup nyaman. Ia mengkhawatirkan tanggapan tentang beberapa hal dan resume yang telah ia kirimkan kepada Felix sebelumnya, agar diberikan kepada calon majikannya.
Anehnya, saat pertama kali berjumpa sebagai pegawai dan bos di tempat parkir, Elsiff bersikap normal layaknya tidak pernah terjadi apa pun. Bahkan, seperti tidak terkejut atau terpengaruh apa pun saat tahu jika orang yang akan menjadi sopir barunya adalah Seraphina. Ia hanya mengatakan, agar mereka bergegas karena Elsiff tidak ingin terlambat. Sikapnya cukup dingin. Membuat Seraphina ragu, apakah Elsiff sudah mengetahui dan membaca seluruh resumenya atau tidak.
Sedari awal menaiki mobil, Elsiff belum membuka mulut, membuat Seraphina merasa canggung dan seperti ingin kabur. Akan tetapi, ia tidak bisa dan tidak boleh mundur, ia sangat membutuhkan pekerjaan. Apalagi gaji yang ditawarkan direktur utama agensi periklanan di kota itu pun cukup menggiurkan.
"Apa kau menguntit?" Pertanyaan yang begitu tidak terduga dan tenang itu menyentak seluruh kesadaran Seraphina. Ia cukup mengerti dengan apa yang dimaksudkan pria berusia tiga puluh satu tahun di kursi belakang sana.
"Tentu saja tidak, Tuan. Semalam adalah pertemuan ... pertama kita. Aku tidak pernah melakukan hal menjijikan seperti itu! Itu tidaklah sopan dan ...." Seraphina terdiam sesaat sembari mengigit bibir, ia tiba-tiba teringat akan sesuatu. " ... itu sangat mengerikan!"
Elsiff melirik tangan Seraphina yang mencengkram kuat setir kemudi, lalu kembali fokus pada i-pad di tangan. Ia teringat dengan apa yang disampaikan temannya tentang Seraphina.
"Aku sudah tinggal di unit apartemen itu selama hampir tiga tahun, Tuan," tambah Seraphina. Ia baru tahu semalam jika Elsiff adalah orang yang melakukan pindahan satu minggu yang lalu. Renovasinya cukup mengganggu pendengaran Seraphina sebagai penghuni di samping unit apartemen itu.
"Kau benar-benar bisa menyetir dan bebas dari penggunaan obat-obatan terlarang, bukan?" tanya Elsiff lagi. Pertanyaannya cukup serius untuk seseorang yang bekerja sebagai sopir pribadi, tetapi Seraphina memahami hal tersebut. Dari yang kekasih Emma informasikan, Elsiff mengidap amaxophobia dan tidak menyukai orang yang tidak kompeten.
"Aku bersih, Tuan. Anda bisa memeriksa SKCK dan surat izin mengemudiku. Aku memiliki tiga SIM. SIM A, SIM A umum, dan SIM C." Jawaban tersebut membuat Elsiff refleks menatap intens Seraphina, cukup kagum. Pasalnya, SIM A umum adalah surat izin mengemudi yang dipergunakan untuk mobil umum seperti angkutan orang ataupun barang yang bertujuan komersil. Perempuan berambut ruffle itu sepertinya sangat bekerja keras.
"Kau pernah menjadi kurir pengiriman? Itu pekerjaan yang tidak mudah."
"Iya. Dua tahun lalu aku pernah bekerja di sebuah PT besar sebagai pengirim barang, dan meskipun melelahkan, itu cukup menyenangkan. Aku jadi tahu, jika tubuhku tidak selemah yang orang-orang kira. Aku bahkan satu-satunya perempuan diantara banyaknya kurir pria di sana. Anda bisa mengandalkanku, Tuan. Aku akan bekerja keras!" seru Seraphina dengan penuh semangat. Ia bahkan sampai mengepalkan tangan di udara dan menoleh sesaat seraya tersenyum. Bagaimanapun ia harus bekerja secara profesional.
Elsiff mengangguk-angguk samar. Sopir barunya itu sangat bersemangat dan mudah beradaptasi dengan baik. Elsiff menyukai semangat dan rasa percaya diri yang ditunjukkan Seraphina. Sopir pribadi sebelumnya begitu sembrono dalam berkata dan bertingkah laku, karenanya Elsiff segera memecatnya.
"Baiklah. Mari kita lihat lebih dulu, sejauh mana kau bisa melakukan ini," balas Elsiff. "Kau ingat semua tugas-tugasmu?" tanya Elsiff memastikan, karena ia mengirimkan file pada pukul tiga dini hari dan bertemu dengan Seraphina pukul enam tiga puluh.
"Ya, Tuan. Aku akan melakukan yang terbaik. Terima kasih atas kesempatan yang Anda berikan. Aku tidak akan menyia-nyiakannya!" jawab Seraphina sama semangatnya.
Selama beberapa saat Elsiff terdiam melihat senyuman lebar dan gummy smile di wajah Seraphina yang terpantul lewat spion. Semalam, hanya ada ekspresi keterkejutan yang menghiasi wajah perempuan kurus itu.
***
Tiba di tempat tujuan pertama, Seraphina dibuat kagum dengan bangunan tinggi menjulang yang begitu futuristik. Baru kali ini ia melihatnya dari jarak yang sangat dekat. Sebuah perusahaan agensi besar yang selama tiga tahun terakhir termasuk dalam jajaran perusahaan paling berpengaruh dalam negeri. Suasananya pun sudah cukup ramai, orang-orang berpakaian rapi mulai berdatangan memasuki kantor.
Sesaat Seraphina terdiam, membayangkan andai dirinya bisa melakukan semua lebih baik lagi, ia pun pasti bisa berada dalam posisi itu—mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai keinginan. Sadar jika dirinya baru saja berandai-andai, perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu langsung menggelengkan kepala pelan. Elsiff sampai melirik sembari merapikan jas yang dikenakan, sebelum turun dari mobil.
Tangan Seraphina nyaris mendorong pintu mobil untuk terbuka, jika saja kehadiran seseorang yang berlari dari arah depan sana tidak ia sadari. Ia bahkan langsung pura-pura menggaruk dahi sembari menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Sesosok perempuan berusia sebaya Seraphina itu menghampiri Elsiff dengan langkah yang lebih anggun dari sebelumnya. Ia memberi hormat serta sapaan hangat kepada sang direktur. Rambut panjang hitamnya yang tergerai, bola mata yang besar, dan pakaian feminin membuat perempuan dengan nama Astrea itu terlihat begitu bersinar. Senyumnya benar-benar cantik.
"Selamat pagi, Mr. Maceo! Anda baru saja tiba?" tanya Astrea begitu ramah.
"Hm. Selamat pagi," balas Elsiff dengan senyum tipis.
"Sera—" Perkataan Elsiff terhenti saat melihat apa yang dilakukan sopir barunya, membuatnya hampir tertawa, tetapi kemudian Elsiff memilih menipiskan bibir sembari mengetuk kaca mobil.
"Y-ya, Tuan?" Seraphina kembali duduk dengan benar sembari melirik ke belakang tubuh Elsiff, berharap jika Astrea sedang memalingkan pandangan. Akan tetapi, Astrea sepertinya sama penasarannya dengan Seraphina. Perempuan bertubuh mungil itu ingin tahu dengan siapa Elsiff berbicara. Suaranya berbeda dengan suara sopir-sopir sebelumnya.
"Ingat semua yang telah ku jelaskan dengan baik! Sekarang kau boleh pergi. Jangan sampai terlambat!" ucap Elsiff serius, dibalas anggukan oleh Seraphina.
"Baiklah. Selamat bekerja, Tuan! Semoga hari Anda menyenangkan. Ganbate!" seru Seraphina sembari mengepalkan kedua tangan di udara dengan bersemangat. Ia berusaha memelankan suara. Namun, hal tersebut malah membuat Elsiff mematung selama beberapa saat.
Tubuh Elsiff menghalangi jarak pandang. Sampai Seraphina akhirnya pergi berlalu, sedikit pun Astrea tak bisa melihat lawan bicara atasannya beberapa saat lalu. Ingin bertanya pun Astrea segan. Apa urusannya?
"Agenda hari ini apa saja?" Elsiff melenggang terlebih dahulu, Astrea sebagai sekretarisnya mengekor.
Sementara di jalanan, usai menghela napas panjang Seraphina berujar, "Dunia ini sempit sekali!"
###
Gimana sejauh ini ceritanya?
Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Of Seraphina
General FictionRATED 17+ "Rasa sakit itu bukan hanya cerita, luka itu bukan hanya ilusi, dan kerapuhan itu bukan bohong belaka. Aku hanya tak ingin mengumbarnya, karenanya kudekap sekuat tenaga dan jiwa." Seraphina